“... Terimakasih padamu
Jasamu akan kukenang
selalu
Tak pernah lelah tunjuk
ajarku
Terimakasihku padamu
cikgu ...”
Pernahkah pembaca mendengar penggalan
lagu di atas? Semestinya sudah seringa mendengar atau bahkan melihat filmnya.
Ya, betul itulah cuplikan lagu dari film Upin dan Ipin. Begitu seringnya lagu
tersebut diperdengarkan menjadikan lagu tersebut banyak dikenal dan mungkin
banyak dihafalkan oleh para anak – anak. Tidak berlebihan jika mereka hafal
betul lirik lagunya karena hampir setiap pagi atau sore hari film Upin dan Ipin
ditayangkan. Siapa yang tak kenal tokoh Upin dan Ipin? Hampir semua orang di
Indonesia mengenalnya bahkan figur tokoh Upin dan Ipin dapat menghidupi
orangnya banyak. Sebagai contoh tokoh – tokoh di film Upin dan Ipin bisa
dijadikan cendera mata, gambar disain kaos, balon dan lain – lain yang dapat
mendatangkan materi dengan cara dijual.
Booming tokoh Upin dan
Ipin bisa bertahan lama karena para broadcaster tidak ada pilihan lain guna
menarik konsumen anak – anak. Tidak banyak film anak – anak yang cerita dan
karakternya benar – benar anak – anak. Kita masih melihat film yang tokohnya
anak – anak tetapi jalan ceritanya terlalu berat bagi anak – anak sehingga
tidak menarik bagi anak – anak. Yang lebih parah lagi ada film anak – anak yang
jalan ceritanya tidak pernah masuk akal atau bahkan jalan ceritanya tidak
jelas, yang ada hanya pertikaian antara yang baik dan yang jahat. Lalu
bagaimana film anak – anak akan disukai anak – anak. Seharusnya ada komitmen
dan integritas dari pemangku jabatan entah itu pihak pemerintah pusat, Badan
Sensor Film, pelaku seni, tokoh – tokoh masyarakat untuk gencar mengkampanyekan
save our children. Selamatkan anak –
anak kita dari budaya luar ngeri, dari lagu – lagu orang dewasa dan anarkisme.
Anak – anak kita butuh keteladanan dari tontonan yang dapat menjadi tuntunan.
Jangan kotori dan cemari anak – anak kita dengan budaya Upin dan Ipin dimana
bahasa malaysia terasa kental sekali. Jangan biarkan mereka mencintai bahasa
melayu tersebut dan meninggalkan bahasa Indonesia. Anak anak kita perlu juga
kita selamatkan dari lagu – lagu orang dewasa, lagu – lagu yang tidak layak
mereka konsumsi. Mereka perlu diperdengarkan lagu anak – anak yang baik dan
mendidik. Masak para pelaku seni tidak bisa membuat lagu atau film anak – anak
yang baik dan bermutu. Negara tetangga kita saja bisa membuat film sekelas Upin
dan Ipin atau Boboboy, masak Indonesia dengan 250 juta jiwa tidak ada yang
berkompeten?
Kemudian untuk para
pemilik stasiun TV, ayolah beri pencerahan kepada anak – anak Indonesia untuk
mencintai budayanya, negaranya dengan menayangkan tayangan yang mengulas
tentang keunggulan Indonesia. Keunggulan Indonesia terdiri dari banyak sekali
aspek seperti aspek seni budaya, pendidikan, teknologi dan lain – lain. Saya
merasa bahwa kita mampu untuk mengembalikan masa kanak – kanak anak – anak
kita. Mereka hanya butuh kehadiran kita, kehadiran negara, kehadiran orang –
orang yang mencitnai anak – anak kita, para generasi Indonesia. Jangan biarkan
anak – anak kita kehilangan budaya negaranya, kehilangan masa anak – anak dan
kehilangan rasa cintanya kepada negeri Indonesia.