Saat membaca buku “Jalani,
Nikmati,Syukuri”, aku jadi teringat sebuah film lama. Film berjudul “Paycheck”
yang diperankan oleh Ben affleck dan Uma Thurman. Film itu pernah dirilis pada
tahun 2003. Sudah lama banget ya? Iya sih. Tetapi kesan dan pesannya masih
kuingat sampai sekarang. Dalam film tersebut diceritakan tentang seorang ilmuwan
yang menemukan sebuah teknologi masa depan. Teknologi tersebut bisa digunakan
untuk melihat masa depan. Ngeri banget ya?
Kenapa ngeri? Karena semua
orang ingin mengetahui masa depannya. Mereka saling berebut dan penasaran
dengan masa depan. Saat seseorang melihat masa depannya yang jelek, maka dia akan berusaha mencegahnya. Begitu pun dengan orang lain. Orang yang mempunyai masa depan bagus, cenderung ingin mempertahankan. Timbullah rasa
saling curiga dan saling mengalahkan. Keadaan bumi menjadi kacau balau. Tersebab
semua orang ingin memperbaiki masa depannya yang buruk. Begitu juga sebaliknya. Semua orang saling berlomba
menjadi yang terbaik. Orang-orang mudah
stress, terlalu serius dan tidak punya hati.
Untungnya film itu
berakhir dengan happy ending. Si ilmuwan
bisa menghancurkan mesin ciptaannya sendiri. Kemudian dia membiarkan hidup ini
tetap menjadi misteri, tetap menjadi rahasia.
Lalu apa hubungannya
dengan buku “Jalani, Nikmati, Syukuri”?
Bayangkan saja, bila
teknologi canggih tersebut ada di dunia. Misteri dunia tidak ada lagi. Semua
orang mengetahui apa yang bakal menimpanya. Semua orang tahu apa yang akan
terjadi dengannya. Mereka juga tahu bagaimana masa depannya. Dengan kondisi
seperti itu, tentu semua orang akan gelisah dalam hidup. Kita tidak bisa
menjalani hidup dengan bahagia. Jangankan hidup bahagia, mungkin kita akan lupa untuk berbahagia. Kita lupa
bagaimana cara menikmati hidup. Bahkan kita tidak tahu bagaimana cara
mensyukuri hidup. Kenapa? Karena kita kehilangan harapan, kita kehilangan
misteri dan kita kehilangan nikmat hidup.
Semua masa depan telah
tampak dan bisa kita saksikan. Kalau sudah tahu masa depan untuk apa kita
berdoa? Doa-doa tidak akan dipanjatkan lagi. Pun ibadah akan kita tinggalkan. Kenapa?
Tersebab kita sudah tahu akhir perjalanan kita. Kita sudah tahu apa yang akan
menimpa kita. Orang-orang akan malas melakukan kebaikan. Sebab hasilnya sama
saja, tidak merubah hidup mereka. Gambaran masa depan sudah terbayang. Lebih ngeri
lagi, kita tahu akhir dari hidup kita. Jadi untuk apa, membantu orang lain? Tidak akan
ada lagi kejutan dari Allah.
Apa
yang sebenarnya kita miliki?
Saat teknologi masa
depan ada, kita tidak memiliki apa-apa. Bahkan mimpi pun kita tidak punya. Semua
telah dirampas oleh teknologi masa depan. Kita tidak punya pilihan lain tersebab
kita sudah melihat masa depan kita. Yang kita tuju hanya mempertahankan atau
mengubah masa depan tersebut. Masa depan yang buruk kita ubah dan masa depan baik kita
pertahankan. Mirisnya, untuk melakukan hal tersebut, kita harus mengalahkan orang
lain.
Andaikan ada pilihan
seperti buku ini. Buku yang isinya membebaskan kita untuk memilih, kita mau membaca
di awal, tengah atau akhir buku. Tidak masalah, terserah. Tersebab di
buku ini tidak ada daftar isinya. Daftar isi yang menuntut kita membaca runtut, dari awal sampai akhir. Tidak bisa diloncati. Namun buku ini beda, buku ini unik. Keunikkan tersebutlah yang membuat kita bebas
memilih, mau membaca dari mana saja. Tinggal pilih. Buku ini memang dimaksudkan
untuk membebaskan para pembacanya untuk memilih. Demikian juga hidup kita, kita
bebas memilih mau hidup yang seperti apa.
Ingat,
selalu ada pilihan
Selaras dengan apa yang
ditulis dalam buku ini, hidup selalu ada
pilihan. Saat mesin waktu atau teknologi masa depan tidak memberikan
pilihan -tersebab kita sudah tahu masa depan-, hidup kita selalu ada
pilihan. Begitu pun saat ayahku meninggal, aku mempunyai banyak pilihan. Aku bisa memilih untuk terus
melanjutkan sekolah dengan biaya terseok-seok. Aku bisa berhenti sekolah dan mencari
pekerjaan. Atau aku bisa di rumah saja dan meratapi nasib hidupku.
Untungnya, Allah menolong dan memberikan kekuatan. Aku berani mengambil resiko dan yakin Allah tidak akan menimpakan beban melebihi kemampuanku. Seperti yang difirmankan dalam Al-quran surat Albaqarah
ayat 286.
“Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya.”
Alhamdulillah ibu kuat,
aku kuat. Kita memilih berjuang. Dengan kemampuan yang ada, aku melanjutkan
sekolah. Sekarang aku bisa menjadi seperti ini. Laki-laki yang mandiri dan
tangguh. Hal itu disebabkan aku telah memilih hal yang benar. Andaikan ada
mesin waktu saat itu dan aku memiliki, aku pasti mencegah ayahku meninggal dunia di masa lalu. Namun apa yang terjadi bila aku berhasil mencegahnya? Entahlah. Mungkin tidak
ada hikmah di balik kematian ayah. Aku mungkin menjadi laki-laki yang cengeng
dan tidak mandiri. Bukankah, kemudahan
belum tentu baik? Malah sering kesulitan hidup membuat kita tegar dan kuat.
Dengan keyakinan bahwa
orang meninggal dunia itu tidak bisa dicegah, aku pun pasrah. Aku belajar menerima kenyataan dan berdamai dengan diri sendiri. Aku mulai
menata hidup dan berani mengambil resiko. Aku sekolah terus sampai kuliah. Walaupun
ibu, single parent namun beliau sangat mendukung pilihan hidupku: sekolah sampai
tinggi. Akhirnya, dengan kunci ajaib
tiga kata (disiplin, sabar dan semangat), aku bisa kuliah dan meraih gelar
master. Rahasia itulah yang membuat aku mempunyai mimpi dan berikhtiar menggapainya.
Itulah hidup, selalu
ada misteri di kehidupan kita. Allah
selalu punya rahasia dan Alhamdulillah itu tetap menjadi rahasia-Nya. Kita hanya perlu yakin saja bahwa Allah itu Maha Baik. Beberapa kebaikan itu juga bisa kita petik dari buku ini. Mau membaca nasehat kebaikan lainnya? Silakan cek lebih detail buku tersebut di bawah ini.
Identitas
Buku
Judul : Jalani Nikmati Syukuri
Penulis
: Dwi Suwiknyo
Cetakan : Cetakan, 2018
Penerbit : Noktah
Tebal : 260 halaman
ISBN : 978-602-50754-5-2
Layout : Layout buku ini artistik, warna warni dan eye catching.
Oiya, kamu bisa menempelkan photomu di cover buku ini. Tepatnya di bagian bawah kiri cover buku. Tempelkan saja photo terkerenmu ya? :) Selamat membaca dan memetik kebaikan dari buku ini.