Rabu, 29 Juni 2011

BELAJAR LOYALITAS DARI SPONGE BOB

Sebagai guru, pernahkah anda menonton film anak Sponge Bob and Square Pants di salah satu stasiun televise swasta nasional? Jika anda pernah menonton, mungkin film tersebut tidak cocok untuk anak-anak tetapi cobalah anda seklai saja mengamati film tersebut. Dari film tersebut , anda akan melihat seorang spnge bob begitu setia dengan tempat kerja dan pekerjaannya yaitu tukang masak burger. Walaupun pemiliknya, Mr. Crab super pelit, ia tetap bersedia bekerja di Krusty Crab. Krusty Crab adalah sebuah restaurant yang menyajikan burger buatan sponge bob. Mungkin karena ia bekerja total dan penuh keriangan sehingga restaurannya laris, burger yang ia buat banyak yang menyukainya. Meskipun begitu ia tidak memanfaatkan kesempatan untuk meminta kenaikan gaji. Baginya bekerja dengan segenap jiwa raga adalah sebuah keinginan satu-satunya. Demikian setianya terhadap tempat kerja, sehingga ia rela disuruh kerja lembur tanpa tambahan gaji. Bahkan ia akan menangis berhari-hari jika ia dipecat atau disuruh istirahat kerja di rumah. Restaurant bagi sponge bob adalah belahan jiwanya. Lihatlah betapa ia dengan riang membuat burger dan nampaknya ia menikmti pekerjaannya. Tetapi memang itu ‘hanya’ film animasi anak-anak tetapi coba renungkan nilai yang terkadungdalam cerita tersebut. Jika kita mau mengambil manfaat dan nilai yang ada, maka kita dapat menerapkan dalam lingkungan kerja kita. Kita dapat bekerja dengan riang, penuh semangat dan mencintai pekerjaan tersebut.
Kita dapat mengambil nilai positif dari mana saja dan apa saja termasuk film anak-anak. Perjuangan sponge bob untuk berkarya dan berdedikasi yang baik perlu kita contoh. Apalagi sebagai guru, berdasarkan permendiknas no.29 tahun 2009 kita diwajibkan memiliki beban mengajar minimal 24 jam dan maksimal 40 jam perminggu. Jadi bukan alasan bagi untuk keberatan menerima beban mengajar lebih dari 24 jam/minggu. Toh seharusnya kita mempunyai beban mengajar maksimal 40 jam/minggu. Do what you love and love what you do. Rasanya nyaman sekali melakukan apa yang kita cintai dan dapat mencintai apa yang kita lakukan. Rekan-rekan guru sudahkah anda melakukan pap yang anda cintai/ kalau menjadi guru itu dambaan anda dan cita-cita anda, maka lakukan apa ang anda dambakan dan cintai sepenuh hati. Jika menjadi guru bukan cita-cita anda, mulailah mencintainya sebab anda akan tersiksa kalau anda tidak mencintai pekerjaan anda. Buatlah lingkungan seklaoh anda senyaman mungkin. Berusahalah untuk betah tinggal di sekolah walaupun mugnkin jam mengajar sudah habis. Sehingg sindiran MGMP (Mulih gasik menyang pasar) tidak akan digunakan lagi. Setelah anda melakukan apa yang anda cintai, kemudian cintailah apa yang anda lakukan. Dengan mencintai yang anda lakukan, anda akan dapat bekerja dengan maksimal. Jadi kenapa anda resah dan buru-buru ingin cepat pergi/ isilah beban mengajar yang tersisa dengan mempersiapkan materi, perangkat dan media pembelajaran untuk besok pagi sehingga hasilnya lebih abik karena anda seudah persiapan sejak dini.

BELAJAR DARI SEPAKBOLA


Kalau boleh kita analogikan bahwa guru seperti seorang pelatih. Banyak yang bisa kita pelajari dari sepakbola. Layaknya seorang pelatih, guru harus dapat mengatur strategi bagaimana untuk mencapai goal (tujuan). Guru harus dapat mengkombinasian karakteristik para pemain misalnya pemain A cocoknya di posisi striker, pemain B di posisi penjaga gawang dan lain sebagainya. Guru harus terus memutar otak untuk mengganti dan berinovasi dengan cermat sehingga pasukannya tidak akan kalah. Seperti juga dalam dunia pendidikan, ada grade dalam dunia sepakbola; Liga Divisi I, Liga Utama, Piala Asia dan Piala Dunia. Setiap pemain dan pelatih selalu berharap dan berusaha untuk mencapai kast tertinggi dalam persepakbolaan. Di sekolahpun para peserta didik kita ditempa dengan bermacam ujian; Ujian Harian, Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester, Tes Pendalaman Materi, Try out, dan Ujian Nasional. Dari semua tes yang diadakan tersebut tujuannya satu yaitu mencapai nilai yang terbaik dan dapat melanjutkan sekolah yang lebih tinggi lagi.
Seandainya nanti konggres PSSI, tanggal 9 Juli 2011 dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan keputusan dengan musyawarah untuk mufakat maka kita dapat belajar lagi dari sepakbola tentang demokrasi.