Sabtu, 04 Juni 2016

DUNIA MALAM TAK SESERAM PERSEPSI

    Duduk tidak jauh dari tempat pentas yang sederhana, group band ini dengan semangat mengalunkan lagu lagu lama. Lagu lama yang kebanyakan lagu - lagu koes plus. Ah..kembali ke masa silam. Ku nikmati alunan lagu itu sambil memesan beberapa makanan dan minum; dua buah sop buntut dan iga beserta 2 piring nasi. Ya 2 piring nasi, walaupun kami datang bertiga. Bulan karena uangnya cukup untuk pesan 2 piring, bukan itu. Tetapi kami rasa terlalu takabur jika kamu memesan tiga atau lebih kemudian tersisa atau hanya termakan sedikit atau malah lebih parah lagi tidak tersentuh. Masih utuh, mending uang untuk membeli itu kamui kasihkan ke pemain band. Biar mereka mengganti lagu yang lebih ngerock atau lagu yang sekarang baru ngetrend. Tetapi kayaknya tidak mungkin pemain band itu mengganti lagunya sebab banyak tamu yanh berusia di atas 40 tahun. Kasihan kalau lagu harus ngerock seperti guns and roses, nirvana atau bon jovi. Ah..andai diganti lagu itu tentu malam tidak sedingin  itu.
Pesanan akhirnya datang persis yang kami pesan. Seorang waiters membawa mangkuk sup buntut pesanan kami. Aroma sup segera menyebar dan hinggap ke hidung kami. Kami bertiga melihat dengan penasaran bagaimana rasanya sup itu. Tak terasa aku ikut menelan ludah ketika istri mencicipi sup itu. Sementara anakku sibuk mengatur makanan yang lain. Alangkag nikmatnya makan bersama keluarga. Namun aku mesti bersyukur atau sedih ketika anak lakiku tidak ikut serta. Dia lebih memilih ikut neneknya. Bukan karena apa apa cuma karen dia kangen naik bus. Ya sesimpel itu. Aku maklum saja namanya juga anak umur 3 tahun. Tahulah, bahwa anak seusia itu baru - senang - senangnya dengan sesuatu yang baru. Terus yang lama? Tentu saja yang lama ditinggalkan, dia sudaj bosan dengan itu. Mau apa lagi? Biarlah kami bertiga, toh ini tidak mengurangi kenikmatan kami menyantap hidangan ini. Istriku nampaknya tidak terlalu lapar. Dia nampak malas malasan memasukan nasi ke mulutnya. Aku? Tentu saja aku bersemangat, apalagi Haura, anakku dia begitu rakus seolah - olah dia besok tidak bolah makan atau puasa. Tetapi disitulah aku merasa bangga dimana kerja kerasku dapat dinikmati bersama dan anakku merasa lahap dengan rejeki yang kami dapatkan selama ini. Alhamdulillah. Semoga rejeki ini, rejeki yang halal dan barokah.
Persis seperti yang saya duga sebelumnya bahwa pesanan itu cukup untuk kami bertiga. Mungkin nampak sedikit tetapi nikmatnya suasan malam itu betul - betul memberi kesan magic, kesan malam itu spesial, tidak huru - hara, penganiayaan, perampokan atau tindakan kriminal lainnya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, selain rasa kantuk yang mungkin jadi masalah bagi kami ketika pulang. Jarak masih cukup jauh dari rumah. Ketika perut mulai kenyang maka kantuk akan segera menyerang, seperti itu biasanya. Itu yang kutakutkan bukan yang lain. Malam itu aku dapat menyimpulkan bahwa malam itu hitam dan hitam itu pekat tetapi pekat itu tidak selalu berarti jahat. Pekat hanya simbul dari hitam yang sangat. Semoga aka  selalu seperti ini. Jogjaku aman, jogjaku nyaman dan jogjaku istimewa. Semoga.

MALIOBOROKU KINI

    Malioboroku mulai berbenah, Malioboroku? Plis mas jangan ngaku ngaku. Ok, malioboro kita mulai tertata walau belum sempurna, disana sini masih ada renovasi dan perbaikan trotoar. Namun tahukah anda, bahwa sekarang ini kita tidak bisa lagi parkir di depan toko - toko di Malioboro. Kenapa? Karena ya...sekarang ada pembenahan dan penataan ulang lahan parkir. Dulu kita bisa bebas menaruh motor kita di sepanjang malioboro. Sekarang no way. Sekarang anda harus menempatkan kendaraan anda di tempat tempat tertentu, baik yang legal maupun illegal. Lho, emang ada yang ilegal? Ada, buktinya di gang - gang menuju kampung di manfaatkan untuk parkir motor. Kenapa bisa begitu ya? Sebab jumlah kendaraan yang mau parkir ke Malioboro lebih banyak daripada jumlah dan space tempat parkir, apalagi ada tempat parkir yang jauh dari pusat keramaian seperti parkir Jl. Abu bakir ali. Di tempat parkir tersebut orang harus jalan kaki sekian ratus meter menuju ke Malioboro Mall , pasar Beringharjo dan destinasi yang lain.
    Memang perbaikan ini membawa konsekuensi yang sedikit merepotkan dan melelahkan bagi kita disebabkan jarak tempat parkir tersebut. Dulu kalau kita parkir sangat praktis, tinggal taruh motor di depan toko yang kita tuju terus masuk toko, gitu dah beres. Ada yang ngurusin. Kita tinggal fokus ke belanjaan kita. Begitupun kalau pulang, sangat mudah, tinggal ambil motor dan bayar, beres. Itu dulu, ya beberapa bulan yang lalu. Namun perubahan yang terjadi sekarang, memang menggembirakan, artinya ya kita bisa bebas jalan - jalan di Malioboro, tidak lagi terhalang motor parkir atau sulitnya jalan lebih cepat. Malioboro sekarang kelihatan lengang karena tidak ada lagi parkir motor di trotoar. Sekarang nyaman sekali untuk jalan, bahkan kita bisa pesan siomay yang baru lewat dan duduk di devider serta makan sambil melihat lalu lalang kendaraan yang lewat. Bahkan kita bisa menyaksikan atraksi musik jalanan yang tampil di pelataran tempat parkir yang kosong, yang dulu digunakan untuk tempat parkir. Sungguh eksotik dan menarik, kita bisa leluasa menikmati suasana malam di Malioboro. Suasana sekitar yang lengang, lampu dan musik menambah kenikmatan jalan - jalan kami.  Tetapi  kenyamanan kami terganggu dengan sampah yang berserakan, apakah itu disebabkan karena malam hari sehingga tidak ada lagi tukang kebesersihan, entahlah. Aku tidak tau, menurutku kalau mau bisa kok ada penjadwalan kebersihan sampai malam hari. Toh Malioboro buka 24 jam, yang tutup kan tokonya, bukan Malioboronya. Jadi ya itu mungkin saja, daripada kotor, betul?
Kekuatan tujuan wisata, di samping indahnya tempat tersebut dan keramahan para pelaku pariwisata, perlu juga dijaga kebersihannya. Dengan harapan, para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun manca negara dapat betah tinggal di Yogyakarta. Oleh karena itu Malioboro yang sudah populer tersebut perlu diimbangi dengan kebersihan jalan dan lingkungan yang baik. Jangan malah kelihatan jorok, sampah ada di mana - mana, tidak terurus dengan baik. Kebersihan merupakan salah satu pelayanan yang bisa diupayakan. Syukur - syukur kondisinya seperti Singapore ( emang pernah kesana?) yang bersih dan tertara rapi, katanya. Ya memang sih saya belum pernah ke sana, tetapi sekarang ini, jaman modern ini kalau kita mau tau sesuatu tidak perlukan kita kesana? Gampangnya gini kita tinggal angkat Handphone dan googling di internet, pasti ketemu. Kalau tidak ketemu kita bisa mengundang siapa tuh artis yang dapat memcari orang yang telah membully dirinya? Hebat dia, bisa menemukan, kemudian membawa ke Jakarta dan gantian artis itu membully orang tadi, di depan TV lagi. Jadi sekarang siapa yang lebih jahat? Ya mereka sama saja, perbuatan jahat dibalas dengan perbuatan jahat yang lain. Lalu apa bedanya? Ya mereka berdua sama saja. Apapun alasannya, mereka hanya mencari kebenaran dengan versi mereka sendiri - sendiri. Wallahualam bi shawab. Ya biarlah Alloh yang menilai, saya tidak bisa menilai, bisanya komentar. Semoga komentarnya seimbang, tidak memihak salah satu orang tersebut. Nah itu, artis di atas yang bisa cari kalo saya cuma usul saja, takut juga saya kalau nanti dicari terus suruh nraktir bakso. :D
    Malioboroku sayang, malioboroku  berkembang. O..iya tidak semua berubah kok. Ada yang masih sama seperti sebelumnya. Sebagai contoh, untuk penempatan penjual aksesories, baju dan sandal juga masih sama, di emperan toko.  Kita tidak lagi tambah repot, sebab mereka tetap di tempat semula. Bayangkan kalau mereka pindah ke merapi -ah..berlebihan-, apa kita ga susah mencari dan menuju ke sana. Walaupun itu tidak mungkin juga kalau dipindah jauh - jauh, siapa yang mau. Jangankan pembeli, lha wong pedagangnya juga pasti tidak mau. Ya, iyalah jauh gitu lho. Walaupun tidak ada tempat yang permanen untuk para pedagang namun mereka, kayaknya sudah nyaman. Nyatanya tetap bertahan dan baik - baik saja, artinya mereka tidak protes dan mau membayar restribusi untuk penjualannya. Itu para pedagangnya, bagaimana tukang parkirnya? Apakah mau dan rela direlokasi? Katanya sih hal tersebut masih menyisakan masalah. Menurut informasi mereka dapat uang ganti rugi, ga tau itu ganti rugi apa ganti untung, wong cuma dapat 50 ribu per hari selama 3 bulan. Di samping penghasilan tersebut, mereka masih boleh melakukan kegiatan perparkiran dan mendapat tambahan penghasilan dari uang parkir di tempat yang baru. Jadi mereka dapat ganti rugi atau ganti untung? Ga taulah, besok saya tanyakan kalau saya sudah punya waktu luang dan nganggur. Tak sempet sempetin tanya tukang parkir, mereka dapat ganti rugi atau ganti untung, semoga saja saya tidak ditimpuk he...
    Melihat perkembangan dan kemajuan Malioboro, menurutku dinas tata kota perlu punya ide visioner, bukan hanya memindahkan tempat parkir di beberapa titik, namun membuat terobosan baru. Apa itu? Ya..mungkin membuat parkir bawah tanah dan tempatnya di bawah jalan Malioboro sehingga orang - orang yang datang ke Malioboro tidak seperti sekarang ini. Repot sekali. Duh..kebayangkan capeknya? Memang sih kita bisa sih parkir di kanan kiri supermarket, toh supermarket punya tempat parkir tetapi biasanya penuh, keduluan yang lain. Terus?
 Atau kita parkir di tempat warga sekitar? Ini juga bisa kita lakukan tetapi sulit juga masuknya sebab gangnya sempit dan juga padat sekali, ditambah ongkos parkir juga melambung menjadi 3ribu rupiah. Itu saja tidak dikasih karcis, apalagi snack boro - boro.
    Usulan saya bagi dinas tata kota ya di atas tadi, buat parkir bawah tanah, memang awalnya pembangunan menganggu dan semrawut namun setelah selesai itu sangat bermanfaat dalam jangka panjang dan visioner. Sehingga kita bisa meninggalkan anak cucu kita sebuah harapan dan grand design yang baik. Dengan begitu kita tidak akan lagi meninggalkan masalah bagi kehidupan mereka. Pada akhirnya mereka akan berterimakasih kepada kita sebagai nenek moyang yang baik -nenek moyang?- karena kita telah memikirkan sejauh itu dan sebaik itu tentang masa depan mereka. Anda setuju?