Sabtu, 29 Desember 2018

Guru Idola

     Setelah tidak berhasil datang ke workshop, aku (kembali) datang ke bank. Penasaran saja, kenapa nasabah kok padat merayap.
Setelah memarkir sepeda motor, aku menuju pintu bank.
    Dengan sigap mbak satpam membukakan pintu. Meskipun ini bukan yang pertama tapi kalau yang membuka pintu, embak embak kok tambah Mak nyes. Eh, bukan ding itu ternyata efek AC bank. 
Mbak sekuriti tersenyum manis, aku pun membalas.
     "Mau ke mana, teller atau customer service?" tanyanya ramah.
     "Ke Teller, Mbak."
   Mbak sekuriti pun memijit mesin antrian. Teeeet. Keluarlah selembar kertas antrian. Nomor 132. Hum, cukup banyak. Dan ternyata hidupku tidak bisa jauh jauh dari angka 13. Kalau kemarin angka 134 sekarang angka 132. Jian,
Dia mengangsurkan nomor antrian.
Kuterima sambil mengucapkan banyak terimakasih. Kemudian aku membawa nomor itu sambil mencari tempat duduk. Mata kuedarkan dan tertumbuk kepada sosok ibu ibu.
Wajahnya begitu akrab. Dengan kacamata putih, seperti dulu. 10 tahun yang lalu. Oiya, aku baru ingat kalau beliau adalah guru SMA ku.
   Raut mukanya masih sama. Bersih. Masih cantik. Sedikit sekali goresan penuaan di wajahnya. Masih menawan. Masih ngangenin. Eh, enggak ding.
    Dulu beliau mengajar mapel IPS Sejarah. Beliaulah yang mengajarkan tentang sejarah dan masa lalu. Jadi kalau orang lain melupakan masa lalu tapi beliau malah nyuruh mengingat. Itulah mengapa kami, para siswanya sulit untuk move on. 

Minggu, 23 Desember 2018

Pelatihan Kok Bayar?

Ada aja sih orang yang menganggap pelatihan itu tidak perlu bayar. Bahkan dia akan sangat eman eman mengeluarkan uang untuk itu. Padahal nih ya kalau bayar itu kan lebih greget.
Coba bayangkan kalau kita bayar maka kita akan merasa sayang bila kegiatan itu kita sia siakan.

Kebalikannya, kalau tidak bayar, kita akan mendengarkan pemateri dengan santai sebab tidak bayar. Saat mempraktekkannya pun juga santai, kan tidak bayar. Terus akhir sesi, merasa tidak ada tuntutan apa apa, wong tidak bayar.

Jadi kadang saya suka heran, ketika ada orang atau siapa pun woro woro tentang pelatihan atau workshop, terus orang berbondong bondong ingin ikut. Namun ketika penyelenggara menuliskan membayar sekian ratus atau sekian juta jadi mikir. Jadi gamang. Ikut enggak, ikut enggak sampai ganti tahun.

Ada keraguan dan mungkin juga sayang untuk mengeluarkan biaya. Aku jadi geli sendiri.
Padahal kalau kita mau berpikir terbalik. Dari bayar pelatihan tersebut, kita jadi termotivasi, ini harus jadi. Syukur syukur ada sesuatu yang dihasilkan setelah pelatihan, pokoknya semacam dendam deh.

Kan sudah bayar, sayang kan kalau disia-siakan. Nah harusnya gitu.

Lagian kalau untuk beli lainnya saja tidak sayang. Masak untuk nutrisi otak masih mikir mikir. Namun ya tetap harus piroritas, jangan mentang mentang suka ilmu dan gampang punya duit terus semua diikuti. Entar jadinya tidak fokus dan malah pikirannya bercabang cabang. Kayak selingkuh gitu. #ups

Lalu pertanyaan selanjutnya, apa aku pernah ikut pelatihan yang berbayar? Eits, ya pernah dong. Sering malah. Enggak kapok? Enggak. Meskipun kadang tidak sesuai harapan kita. Yups. Kadang ikut pelatihan namun belum dapat berbuat sesuatu sesuai pelatihan tersebut.
Namun tak apa. Aku yakin kalau pertama misalnya tidak sesuai dengan tujuan kita, itu tetap saja bermanfaat bagi kita suatu saat nanti.

Mungkin secara langsung atau tidak langsung hal itu tetap bermanfaat. Yang penting kita serius, yakin deh pasti bermanfaat.

Karena jamaknya, bila tidak bayar kita sering meremehkan baik materinya maupun pembicaranya. Biasa begitu. Tapi kalau berbayar, kita biasanya lebih serius. Eh, tapi ini tergantung orangnya ding.

Nah, kalau kamu masih suka yang tidak berbayar, ya enggak papa juga sih.

Namun saranku kalau mau gratis tis tis dan dapat ilmu, ya ikut lomba saja. Kalau ikut lomba kan, biarpun tidak menang kan dapat ilmu gratis plus piknik. Halan halan.

Kamis, 13 Desember 2018

PERKAWINAN YANG IDEAL

    Tadi malam dapqt undangan menghadiri resepsi pernikahan seorang guru TK. Dia adalah guru TK anakku. Berbeda dengan resepsi pernikahan yang sudah sudah, pernikahan ini tampak berbeda.
Dari mulai undangan yang jelas tertulis 
"Tidak menerima sumbangan dalam bentuk apa pun."
   Itu artinya apa? Artinya bahwa mereka (para pengantin) tidak menerima, baik itu kado maupun amplop. So, jarang sekali kan ada pernikahan seperti itu. Memang selayaknya begitu. Namanya juga pesta, pesta perkawinan ya idealnya syukuran, bukan cari pengembalian atau cari modal. Ups.
   Ya kalau namanya syukuran itu ya siap kehilangan uang. Siap tombok dan bermodal besar. Kalau para tamu masih memasukkan amplop atau bingkisan sekilas terkesan kita pergi ke warung. Bedanya kalau ke warung kita bayar belakangan tapi kalau resepsi kita bayar di depan. Iya benar dulu ada analoginya begitu.
Nah, setelah ada resepsi pernikahan ini analogi miring itu terbantahkan.
    Tidak banyak orang yang sanggup menjalanan pesta perkawinan tanpa bingkisan dan amplop. Bahkan masih banyak juga orang yang benar benar kaya. Namun masih menerima sumbangan. Serius. Entahlah alasannya apa.
     Aku yakin sih, bahwa orang melakukan itu (resepsi tanpa sumbangan) bukan karena dia kaya atau sudah cukup, tapi memang sudah ikhlas berbagi. Tidak takut rugi. Sehingga tidak mengharapkan sumbangan orang lain lagi. Dia hanya memberi dan bersyukur telah resmi menjadi suami istri.
Jadi siapa yang sesungguhnya orang kaya?
   Tapi itu sih masalah pribadi, suka suka yang mau mengadakan resepsi dan pernikahan. Kalau memang sudah bisa berbagi ya berbagi saja tidak perlu mengharapkan sumbangan orang lain.
   Namun ada juga yang nekad, sudah tertulis tidak menrima sumbangan, masih saja dipaksa untuk menerima. Katanya itu tanda kasih sayang. Ya, ampun. Kalau kasih sayang mbok dipeluk atau dicium saja temantennya. #eaa Bagaimanapun ini termasuk pola perkawinan yang unik, menarik dan inovatif. Perkawinan tanpa sumbangan perlu dicontoh.
Itu perkawinannya. 

   Ada juga lho model undangan perkawinan yang unik, menarik dan nyentrik. Iya, pernah ada pengantwn yang mengirmkan undangan perkawinan menggunakan google drive. Jadi link atau alamat google drive tersebut dikirm ke WA atau e-mail tamu yang diundang. Unik kan?
   Ini berbeda dengan undangan kebayakan yang masih memakai kertas tebal. Undangan tebal yang dicetak lalu disebar, tak lama kemudian dibuang dan menjadi sampah.
   Itu kalau tidak menukil ayat ayat suci Al- quran tak masalah. Tapi kalau ada tulisan ayat atau surat dalam bahasa Arab tentu tidak boleh dibuang sembarangan. Tulisan suci itu tidak boleh sembarang ditruh atau dibuang.
Nah, kalau pakai file kan lebih aman, paperless dan efesien.
   Biar pun begitu, aku masih setuju bila perkawinan mengundang banyak tamu. Kenapa? Karena menghindari syuudzon. Orang kalau dikumpulkan dan diberitahu si fulan sudah menikah dengan si A, maka terhindarlah mereka dari fitnah.
  Lagian mengumpulkan teman dan berbagi rezeki kepada orang lain tentu mendapat banyak pahala kan?
  So, siapa yang akan mengundangku lagi dengan tulisan "Tidak menerima sumbangan dalam bentuk apa pun"

Rabu, 12 Desember 2018

RAPOT YANG BIKIN REPOT

     Hari hari ini banyak orang yang berkutat dengan angka-angka. Bahkan status yang dibuat banyak orang pun penuh dengan keluhan rapotnya menulis rapot.
       Apakah demikian susah membuat nilai rapot?
     Kalau pertanyaan itu ditanyakan kepadaku ya jelas susah dan ribet plus ting plenyit. Banyak item atau isian yang harus diisi. Itu masih mending kalau gurunya muda, energik dan cantik. Eh, kalau cantik apa yang hubungannya ya? 
     Ah, yang penting kalau guru melek IT dan sehat, tentu menulis rapot tidak seribet yang diperkirakan. Dengan catatan, dia rajin menilai setiap ada kesempatan. Jadi jangan penilaian menumpuk di akhir semester.
Itu kalau dirinya sendiri hanya guru mapel saja. Lah, kalau wali kelas?
    Nah, ini yang agak repot sebab wali kelas itu berhubungan dengan banyak orang. Ya dengan rekan guru, ya dengan wali siswa. Kalau jadi wali kelas dan rekan guru yang lain tidak trengginas dan tidak cak cek ya sudah rapot bisa molor dan terlunta lunta, enggak jelas.
    Tapi kalau semua rekan guru siap dan sigap, tentu pengisian nilai rapot tidak akan seheboh momen momen saat ini. Oiya, lupa Ding. Di samping pengisian rapot perlu kerjasama satu sekolah, juga diperlukan waktu yang banyak bagi wali kelas. Sebab wali kelas harus mengeprint berlembar-lembar raport.
     Kalau guru mapel hanya mencetak 4-8 lembar maka kalau wali kelas harus mencetak 13. Itu belum dikalikan jumlah siswa dalam satu kelas. Bisa kebayang kan berapa rim kertas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan itu semua. Enak sih kalau guru kelas menengah dan akhir tidak banyak ngeprint. Lha, kalau guru kelas awal tentu harus input data siswa yang berjibun. Maka perlu ketelitian dan kehati-hatian dalam mengisi rapot.
    Sebab hilang atau kurang aware maka bisa jadi nanti diprotes wali siswa. Banyak lho wali siswa yang pintar, apalagi bila wali siswa itu seorang guru tentu sangat paham dengan kriteria penilaian dan rumus kompetensinya.
Jadi memang hari hari ini sangat melelahkan bagi semua guru k13.
     Dan bila pimpinan atau pejabat di atas belum pernah mengisi rapot maka dia tidak akan paham bagaimana ruwetnya mengisi rapot tersebut. Lalu apakah penilaian yang rumit dan sulit itu akan diperhatikan orangtua siswa? Entahlah. Jangan jangan orangtua siswa hanya memperhatikan nilai akhir, bukan per poin atau bukan per KD-nya. Hanya nilai global saja.
Kalau seperti itu, masih perlukah penilaian yang jlimet bin rumit itu? Entahlah.

Jumat, 07 Desember 2018

LOMBA BUKU PAUD

   Dari lomba yang pernah kuikuti, lomba ini yang paling aneh. Pertama diumumkan sebagai pemenang, aku merasa salut dengan panitia sebab langsung dibuat group WA. Berbeda dengan lomba yang lain, sebut saja lomba buku SD dikdas yang malah belum membuat group WA. Malah dengar-dengar belum ada kepastian kapan acara penganugerahan akan diselenggarakan.

Acara Penganugerahan Pemenang Lomba PAUD
   Tapi lomba ini berbeda, mereka gerak cepat, tas, tas tas. Cepat dan menjadi solusi bagi penunggu acara penganurehan. Namun semua berubah setseah mendekati hari H, tepatnya di bulan Desember. Ternyata keanehan mulai terasa. Dari penentuan tanggal pelaksanaan yang tidak fix. Awalnya tanggal 5, lalu mundur menjadi tanggal 6. Padahal sudah dimumkan di group WA, tanggal 5 akan diselenggarakan acara penganugerahan.
   Memang sih belum ada surat resmi namun dari panitia ada yang memastikan tanggal tersebut. Apalagi ada yang bilang surat undangan tinggal ditandatangani. Dengan informasi seperti itu, ada salah satu teman yang sudah membeli tiket kereta api dan pesan hotel. Dari curhatan teman tadi dia harus pindah kereta dan hari keberangkatan . Maka ia terpotong biaya sebesar 80ribu.Ada yang tetap berangkat meskipun belum mulai acara, hanya ingin agar tidak hilang uang tiketnya sedikit pun.
    Katanya pimpinan yang tanda tangan, tidak bisa pada hari yang ditentukan panitia jadi minta diundur satu hari. Meskipun Semua tidak ada kejelasan panitia soal tanggal, kami menurut saja. Toh, sebagai peserta kami bisa apa, kecuali manut dan manut. Itu baru tanggal yang berubah belum tempat diselenggarkan acara tersebut. Tempatnya pun berubah juga, tempatnya berpindah. 
   Aneh enggak sih, bila kita menginap di hotel Banana Inn tapi acara penganugerahan ada di Novela hotel. Yabg jaraknya kita-kita 1 km. Jadi kita harus pakai kendaraan. Emang sih panitia menyediakan transportasi. Namun itu pun bermasalah, sebab informasi selalu berubah. Awalnya kita mau dijemput pukul 8 di Banana Inn, 
Para Juara dan Penggiat PAUD
   Belum lagi orang yang gladi bersih, hanya 3 orang saja, yaitu juara 1, 2 dan 3. Katanya 3 juara e-book dan game edu yang akan maju ke panggung serta bisa berjabat tangan dengan Menteri Pendidikan. Lalu yang juara harapan? Tentu juara lainnya tidak, wong tidak masuk kriteria maju ke depan, termasuk aku yang 'hanya' juara harapan 2. 
   Parahnya lagi yang memberikan hadiah bukan Menteri Pendidikan, namun Bunda PAUD. Tahu enggak sih, bahwa awalnya yang diagendakan untuk datang adalah Bapak Presiden. Bagiku enggak masalah sih, cuma semakin ke sini kok semakin aneh. Ternyata acara anugrah pemenang PAUD itu hanya sebagai acara sisispan.
   Acara sebenarnya dan pokok adalah workhsop dan dialog. Tidak tanggung tanggung ada 7 workshsop dengan empat lebjh hotel sebagai tempat menginap dan acara. Sedangkan acara pembukaan dilaksanakan di gedung ini, di Hotel Novena, Lembang. Dengan 7 workshop dan peserta yang banyak sekali membuat gedung itu tampak semarak dan padat.
 
Juara Harapan 2
  Namun keunikan terus belangsung, di dalam acara juga ada beberapa kesalahan acara. Misalnya MC lupa mengajak para tamu untuk berdoa. Untung belum terlalu lama terlupakan, dia langsung meralat. Jadi masih bisa disusulkan. Kemudian acara anak-anak TK atau PAUD yang mau pentas, ternyata dilupakan juga. Saat acara selesai dan Pak Menteri pergi meninggalkan area, penari cilik tadi baru mau maju pentas. Lalu siapa yang mau menonton?
   Kasihan kan anak kecil, yang sudah dandan cantik dan ganteng eh tidak ada yang nonton. Tepatnya nonton tanpa antusias, lah para undangan sudah berkemas-kemas mau pergi. Ada juga sih yang di situ, bapak ibu guru yang mengambil snack dan minum. Setelah acara pembukaan tersebut selesai, dilanjutkan workshop. Berhubung workshop tentang dunia PAUD maka kami yang tidak paham PAUD, memilih kembali ke hotel Banana Inn.
   Kami bukan guru PAUD atau pemerhati PAUD jadi tentu kami tidak akan.paham tentang dunia anak anak. Apalagi pembahasan seputar dunia pendidikan anak-anak, lebih condong ke pra sekolah sehingga tidak terlalu menarik untuk diikuti, menurut kami sih. Maka kami naik mobil panitia dan diantar ke hotel kami menginap. Eh, hotel tempat teman menginap ding, sebab aku dan keluarga menginap di hotel yang lain, yaitu hotel Kytos, Jalan Setia Budi.
   Itulah pengalaman mengikuti Lomba E-Book dan Edu-game Dirjen PAUD, Kemenndikbud yang tampaknya kedodoran. Banyak program yang diselenggarakan namun tidak bisa fokus. Khususnya fokus ke peserta atau pemenang lomba. Entahlah kalau acara setahun yang lalu dengan event yang sama. Yang jelas kami kurang terakomodir dengan baik. Padahal harapannya kami difasilitasi dan diperhatikan seperti lomba-lomba yang lain.
   Mungkin ini akhir tahun sehjngga semua instansi ingin membuat laporan semua program. Sehingga program yang belum jalan segera dilaksanakan. Hal jnilah yang menyebabkan pekejaan menumpuk dan tidak terkendali dengan baik. Sebenarnya sayang bila terjadi sepeti di atas. 

Rabu, 05 Desember 2018

MEMBAHAGIAKAN IBU

     Setelah ada kepastian kapan akan dilaksanakan penghargaan lomba konten kanal Paud, aku segera kontak orangtua, khususnya ibu. Sebab tinggal ibulah satu satunya orangtua kandungku.
  Saatnyalah aku membahagiakan beliau. Uang yang kudapatkan dari lomba ini akan kugunakan untuk menyenang-nyenangkan hati keluarga dan orangtua.
      Maka berangkatlah kami berenam ke Bandung, dimana tempat itulah diselenggarakan pemberian penghargaan itu. Aku pun memesan enam tiket. Aku, istri, kedua anak, ibu kandung dan ibu mertua. Kereta yang kupilih pun, kelas bisnis. Bukan apa apa, takut saja kalau ekonomi, mana gerbong yang ampek, sempit dan mungkin bau. Itulah yang biasanya terlintas bila memilih gerbong kelas ekonomi.
Menunggu Kereta di Stasiun Tugu

   Harga yang cukup mahal untuk enam orang di kelas bisnis tidak menjadi soal. Termasuk kalau semua hadiah lomba habis untuk perjalann ke barat ini. Tak mwngapa sebab kapan lagi aku bisa membahagian orangtua kalau tidak hari ini.
     Ya hari ini. Sebelum semua terlambat dan aku memyesal bila tidak melakukan apapunn untuk orangtuaku.
    Pukul 10 lebih kami mulai berangkst ke stasiun, sebab kereta akan berangkat pukul 12 lebih sedikit. Tidak apalah kami menunggu barang sebentar di stasiun. Itu lebih baik daripada mepet keberangkatan malah membuat kemrungsung dan tidak tenang di jalan. Apalagi kalau sampai telat maka bisa jadi tiket itu hangus. Duh, jadi sia-sia deh semua.
      Anak lakiku sudah tidur, maka mau tidak mau kubopong dan kutaruh di dalam mobol. Ibu juga sudah tidur, kucoba membangunkan. Setelah semua bekal dibawa dan komplit, kami berangkat. Sampai di stasiun waktu menunjukkan pukul 11.30,           Alhamdulillah tidak terlambat. Kami bisa agak tenang. Angin dingin mulai menusuk saat keluar mobil.
    Aku pun mulai mencetak tiket. Dengan modal kode bookinh aku mencetak 6 tiket di mesin cetak depan pintu masuk stasiun. Stasiun Tugu tampak sepi. Namun aku yakin di dalam kereta tetap ramai nantinya. Benar saja, lumayan ramai.
 
Bersama Keluarga, Ibu dan Ibu Mertua 

    Meskipun ramai kalau bisnis tetap saja kita dapat tempat duduk. Semoga.

Selasa, 04 Desember 2018

CARA MENYELAMI HATI PIMPINAN

    Untuk menyelami seorang pimpinan itu perlu ilmu khusus. Perlu trik khusus. Tidak bisa kita grusa grusu sebab nanti hasilnya tidak seperti yang kita harapkan.

Misalnya kita mau izin atau perlu keluar sekolah, kita perlu lihat kesibukan pimpinan.

    Termasuk, apakah raut muka pimpinan sedang gembira. Sedang sedih. Atau apakah pimpinan sedang sibuk? Juga apakah pimpinan baru PMS atau tidak. Itu penting sebab salah membaca suasana, hasilnya bisa kecewa. Siang ini aku mau menghadap pimpinan untuk minta izin menghadiri acara resmi pemerintah. Tingkat nasional lho. 
     Kulihat Bu Kepsek sedang duduk di ruang guru. Ah, kesempatan ini, batinku. Kebetulan acara hari ini ada pelatihan pengisian E-Raport. Jadi semua sibuk dengan kegiatan masing masing. Suasana yang kondusif.
     Segera aku cepat cepat nge-print surat tugas yang mesti ditanda-tangani pimpinan.
Yups, satu lembar surat tugas telah tercetak, saatnya menghadap. Keadaan sepi guru guru sudah pergi ke ruang komputer untuk pelatihan.
     "Maaf, bu. Mohon menghadap," ucapku hati -hati.
     "Ada apa, Dik?"
     "Ini bu, saya mau izin besok hari Kamis dan Jumat."
     "Ada apa?" selidik Bu Kepsek.
    "Ini bu, saya dapat penghargaan di Bandung," ucapku sambil menyodorkan lembar undangan dari Dirjend PAUD.
Beliau tampak mencermati surat itu dan mungkin bingung.
    "Jadi gini bu, buku PAUD saya juara lima Lomba Konten Kanal PAUD."
    "Oya ya," jawab beliau setelah sedikit paham.
    Dalam hati aku berharap, " Selamat ya Dik. Panjenengan telah membawa harum sekolah kita. Terus maju dan berprestasi ya?" 
    Itu tak terucap. Sungguh, tidak perlulah diberi uang saku atau apa. Sekadar ucapan selamat saja sih.  (ternyata itu pun harapan berlebihan  )
    Dalam kondisi yang sudah terbuka hatinya, segera kusodorkan surat tugas yang baru kuprint tadi agar ditanda-tangani. Sebab panitia lomba hanya membutuhkan surat tugas dari pimpinan langsung. Kalau biasanya kan yang tanda tangan pejabat eselon 2 atau kepala dinas. Juga perlu SPPD. Tetapi kalau lomba paud sangat longgar. Bahkan yang tidak kerja di instansi, tidak perlu bawa surat tugas.
    Tidak perlu juga bawa surat keterangan dari pak dukuh atau lurah. Cukup bawa tiket untuk dapat gantinya.
   "Terus buku 1 ( kumpulan silabus semua guru) dan buku 2 (kumpulan RPP semua guru) tahun lalu sudah ada tho Dik? Sebab kita mau akreditasi tahun depan" ucap bu kepsek mengalihkan pembicaraan.
   "Waduh, susah bu meminta teman teman untuk mengumpulkan silabus dan RPP?"
   "Tapi tetap dimintai lho?
   " Iya, Bu."
   "Terus nanti ikut membimbing pelatihan E-Rapot lho, Dik."
Dalam hati, "Kan orang yang jadi narsum sudah ditunjuk yaitu guru TIK, kok aku jadi ikut ikutan, tapi okelah. Yang penting besok Kamis pergi lagi. Terimakasih Bu Kepsek."

Kamis, 29 November 2018

PENSIUN PASTI TERJADI

    Pagi ini ada peristiwa yang tidak biasa, yaitu adanya dua rekan guru yang pensiun. Guru-guru yang sudah mengajar selama puluhan tahun di sekolah ini. Pasti mengalami masa yang disebut pensiun. Menurut aturan pemerintah setiap ASN (Aparatur Sipil Negara) mau tidak mau harus pensiun sebagai tanda berakhirnya mengabdi kepada negara di instansi sekolah.

Hj. Sri Widyastini Berpamitan
      Hari ini, rekan guru Hj. Sri Widyastini ini luar biasa sekali. Beliau sudah mengajar selama 40 tahun. Meskipun mengajar di SD terlebih dahulu, kemudian baru mengajar di SMP 2 Bambanglipuro. Beberapa waktu yang lalu rekan guru yang lain juga telah pensiun. Pensiun memang tidak bisa ditolak. Pensiun pasti terjadi. Bahkan ada beberapa orang guru atau ASN yang mengajukan pensiun dini. Tentu dengan keinginan dan kepentingan masing masing. 
      Kalau aku sendiri sih, ingin menuntaskan seluruh waktu mengabdi di dunia pendidikan. Inshaalloh tidak ada keinginan untuk pensiun dini. Mungkn ini dunia saya. mungkin ini passion saya dan mungkin pula ini ladang saya dalam mencari pahala. Sebab dengan mengajar yang baik dan melakukan tugas kedinasan dengan baik, maka di situlah pahala akan terus mengajlir. Inshaalloh. Ingin rasanya memberikan pelayanan prima.
Teman-teman menyalami guru yang pensiun
Pensiun pasti tejadi sehingga bila ingin mendapatkan pahala yang banyak, maka sisa waktu yang ada perlu dimanfaatkan untuk berbuat yang terbaik. So, seberapa baik kamu akan mengakhiri masa kerjamu. Berikan yang terbaik untuk sisa kerja yang ada.
    Tentu kita tidak ingin, orang-orang mengenang kita sebagai pegawai atau guru yang malas. Guru kurang kurang disiplin dan mengacuhkan siswa. Bukankah secara langsung maupun tidak langsung siswa kita belajar. Entah kita katakan atau tidak. Bahkan ada seorang teman yang bilang bahwa siswa tetap belajar saat kita ada di kelas atau tidak. Saat kita tidak mengajar pun siswa sebenarnya juga belajar. Namun yaitu tadi siswa kita belajar tentang hal yang baik atau tidak. Oleh karena itu perlu kita beri contoh hal yang baik. Selamat pensiun teman-teman yang mesti pensiun tahun ini. Semoga aku pensiun dengan baik dan bermanfaat saat melaksanakan pengabdian. Aamiin. 

LOKAKARYA PENERJEMAHAN CERITA ANAK (1)

   Hari pertama lokakarya penerjemahan buku cerita anak dimulai agak molor. Menurut agenda dalam acara akan dimulai pukul 8 pagi. Namun ini sudah hampir setengah sembilan namun belum ada tanda tanda akan dimulai. Badan terasa gerah sebab belum mandi juga. bagaimana bisa mandi coba, tiba di tempat acara sudah hampir pukul 8.

Di Depan Stasiun Gubeng
Apalagi mandi di stasiun tidak diperbolehkan. terpaksa deh, berangkat badan masih bau apek, keringat masih lengket. ah, semua demi ilmu baru.

Kami memesan oplet yang sebenarnya kurang meyakinkan. wong sopirnya saja tidak tahu jalan jalan besar. Malah beberapa kali dia turun hanya sekadar untuk menanyakan jalan mana menuju Universitas Negeri Surabaya. Iki sebenarnya sopir opo tho? Dia sebenarnya sopir colt, kayaknya sering ngetem juga. Apalagi tato di tangannya menunjukkan dia bukan orang sembarangan. ya, paling tidak dia bukan sopir sembarangan.

Menyusuri Jalanan Surabaya
Namun untuk masalah jalan dia tampak ekbingunan malah salah satu teman kami menawarkan google map, dia juga malah tidak paham. Dia lebih suka bertanya langsung kepada orang setempat. Wah, komunikasi yang klasik. dan parahnya setelah diberitahu dan ebrtanya kepada masyarakat setempat, dia masih nyasar juga. Duh, iki sopir opo tho?

Setelah beberaap kali belok dan terkena macet, serta putar balik tidak tentu arah, akhirnya sampai juga di rekotrat universitas negeri Surabaya. Gedung yang megah itu sangat timpang dengan kondisi kami yang kucel. Kecualai salah seorang teman yang sudah sempat mandi bersih di stasiun gubeng. Ah, betapa beruntungnya dia yang sempat mandi dan danadan necis. Apakah itu ada pengaruhnya terhadap respon ornang lain?

Tentu ada. nyatanya saat dia tanya ke salah seorang petugas atau pegawai unnes langsung ditunjukkan jalan dan diantar. namun saat melihat kami, dia langsung tanya, " Kalau Anda mau ke mana ya?" Begitu tanyanya tanpa dosa. padahal ya kami satu rombongan dengan teman kami yang duluan itu. Duh, piye tho iki. setelah kami mengaku satu rombongan dia mulai mempersilakan. hum ini benar-benar deskriminatif terhadap orang yang sudah mandi dan belum.
Berputar-putar Tak Tentu Arah

Saat registrasi, badan semakin tidak karuan. lengket dan tidak pede. Ada toilet di ujung. rencana mau mandi di sana setelah daftar ulang. Daftar ulang pun selesai. aku membawa tas masuk ke dalam toilet namun setelah meilhat kondisi toilet, in tidak mungkin untuk mandi. Toiletnya terlalu sempit dan ada lubang angin di bawah. Jadi nanti kalau kami mandi tentu air akan terpercik ke luar. Belum letak tempat daftar ulang dan toilet begitu dekat. Nanti kalau kami mandi pasti kedengaran penjagan tempat daftar ulang.

Ah, bisa ditegur lagi kami nanti. Malu kan? Akhirnya kuurungkan niat mandi pagi itu. Aku hanya membasuh muka beberapa kali. Hum cukup segar juga.


Senin, 26 November 2018

PERJALANAN YANG GILA

      Baru saja tadi malam sampai rumah, malam ini sudah siap siap pergi lagi. Ya, malam ini kami mau menimba ilmu penerjemahan. Menerjemahkan cerita anak dari bahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Keren ya? 
Pembukaan Acara Lokakarya Cerita Anak
   
   Ini ilmu baru sehingga perlu diburu. Siapa tahu dapat sesuatu yang menambah greget menulis, tentunya menulis jenis cerita baru. Ya, paling tidak cerita anak dalam bahasa Inggris atau bahasa Jawa.

Ah, cerita seperti itu sudah banyak contoh dan bukunya.


   Okelah, kalau bahasa Inggris sudah banyak bukunya. Bagaimana dengan cerita bahasa Jawa? Apakah banyak? Atau jangan jangan sudah mau punah. Malam ini, tepatnya dini hari ini pukul 1 kami mau pergi ke Surabaya.
Di universitas negeri Surabaya (Unnes) kami akan belajar menerjemahkan cerita anak dari berbagai bahasa (mungkin bahasa Inggris saja sih  ) kemudian diubah menjadi bahasa Indonesia atau bahasa Jawa.

Untungnya, ada 6 teman yang lain seleksi sehingga tidak terlalu ngelangut di perjalanan kali ini.

     Tahu enggak sih kalau bahasa Jawa termasuk bahasa yang sulit bagi kami. Sehingga ada usulan seorang teman yang mau membawa buku pepak basa Jawa. Ha..ha lucu dan penuh semangat. Kami tidak tahu bagaimana hasil karya kami nanti. Apakah akan dicetak dan dijadikan buku? Atau hanya di-posting di web let's read dan semua orang bisa membaca serta mengunduhnya.

     
Apa pun hasilnya, doa kami semoga sedikit hasil karya kami nanti, dihitung sebagai penambah timbangan kebaikan di kemudian hari. Aamiin. See you Surabaya. Bismillah.

STASIUN GUBENG BIKIN PUYENG

"Neng stasiun balapan. Kota Solo kang dadi kenangan, kowe Karo aku." Asek.
(Hokya hokya jooss)



   Itu kalau stasiun Balapan, Solo. Beda dengan stasiun Gubeng, Surabaya. Pukul 6 kami tiba di stasiun Gubeng. Begitu tiba, ingin rasanya ngadem awak.

Yups, kami ingin mandi. Tapi di mana?

   Aha, ada sebuah toilet umum di dekat Musala. Meluncurlah kami menuju ke sana. Sudah mau siap siap, semua barang di taruh di musala. Beberapa teman mencoba meluruskan boyok.
"Maaf, tidak boleh tiduran di musala," ucap seorang sekuriti. Baiklah kami bangun dan duduk manis. Sambil ngobrol ngobrol, kami mengeluarkan permen. Enggak dimakan sih, tepatnya belum di makan.

"Maaf. Tidak boleh, makan dan minum di Musala," tegur petugas kebersihan.

Baiklah, kami memasukkan lagi permen ke dalam tas. Daripada nunggu enggak jelas, salah satu teman langsung cap cup pergi ke kamar mandi.
   Dia membawa baju, handuk dan perangkat mandi lainnya. Duh, kayaknya seger nih mandi pagi pagi, batinku. Baju ganti sudah dipersiapkan termasuk underwear dan peralatan mandi. Baru mau masuk kamar mandi (baca: toilet).

"Maaf. Tdak boleh mandi ya, sebab airnya tandon," kata petugas kebersihan.

   Baiklah. Kuurungkan niat untuk mandi. Aku kemasi lagi barang barang untuk mandi dan menuju ke musala kembali. Sampai musala kumasukkan lagi peralatan mandi.
Batal acara mandi pagi deh. Oh, Gubeng Gubeng.
    Kemudian setelah berembug, kami memutuskan langsung ke tempat acara. Siapa tahu nanti ada keajaiban tempat mandi yang representatif. Siapa tahu. Semoga dimudahkan niat baik kami untuk menuntut ilmu. Eh, sebenarnya ilmu enggak salah apa apa sih, jadi sebenarnya kurang etis menuntut ilmu.
     Oke, kami tidak akan menuntut ilmu, kami hanya akan mencari ilmu, ngangsu kawruh di kota pahlawan ini. Itu saja. Kami sudah tegar menjalani semua ini. Sebab acara ini sensasinya beda. Beda sekali. Kami.menjadi traveler sejati. Bahkan kami naik oplet segala. Jian true traveler tenun.

Rabu, 31 Oktober 2018

SEMUA KARENA LION AIR

    Pukul 1 kemarin kami harus pergi ke Gorontalo. Berhubung hanya ada maskapai Singa maka mau tidak mau ya naik itu juga. Banyak orang yang menamai maskapai ini dengan rajanya delay. Duh, sudah kebayang bagaimana nasib kami berempat. Okelah itu resiko kami sebagai guru yang ditugaskan ke sana. Semoga saja kami kuat menghadapi perjalanan dab kenyataan.
Keberangkatan dari Jakarta ke Gorontalo

Bismillah
    Penerbangan jam 1 tapi kami sudah pagi pagi pukul 9 harus ke bandara Soeta. Begitu selesai semua boarding pass, kami masuk ke pesawat. Pesawat yang sangat besar. Besar sekali malah wong boing 747. Kami dapat kursi nomor 32, itu artinya kami berada di deretan kursi belakang. Informasi tentang tatib pesawat pun diperagakan. Kemudian dilanjutkan pesawat take off.
   Seperti yang ada di benakku, pesawat ini dan beberapa pesawat yang lain, pasti terjadi goncangan. Kecuali maskapai favorit kami, galuda. He..he Guncangan terus terjadi, sampai bunyi krak krak pun terdengar. Maklum kami berada di buritan jadi sangat terasa. Aku mulai menahan rasa mual dan pening di kepala. Di tambah jantung deg degan. Ya Alloh, kuatkanlah hati kami.
Guru Mitra 1 di dalam Pesawat Lion Air

    Alhamdulillah, pesawat berhasil lepas landas. Lega rasanya. Belum penuh kelegaan kami, terjadi guncangan lagi. Kali ini mungkin karena melewati awan. Ya Alloh, perut mulai mules. Tebersit di pikiran nanti kali terjadi lagi maka aki akan mencari plastik. Kuedarkan pandangan di kursi depanku, ternyata tidak ada plastik. Gawat.
    Setahuku di maskapai apa pun pasti disediakan plastik bagi penumpang yang mabuk. Tapi ini tidak ada. Gila. Maskapai yang sering wira wiri ini kok tidak memberikan pelayanan yang prima kepada para penumpangnya. Sayang sekali.
Tiba di Bandara Makasar

    Rasa mual semakin menggelora. Duh, ya ampun. Rasa mual semakin terasa. Bagaimana ini? Tidak mungkin kan aku muntahkan ke depan. Atau kumuntahkan di toilet. Sepertinya aku tidak akan sanggup ke toilet dengan menahan rasa mual ini. Duh.
    Tak berapa lama, terdengar pengumuman untuk transit pesawat. Kami hanya sampai Makasar saja. Itu artinya kami harus berhwnti. Beruntungnya lagi kami harus turun peswat untuk laporan. Alhamdulillah. Untuk beberapa orang transit itu menjengkelkan dan mengesalkan namun tidak bagiku.
Yey, Aku Terbebas Karena Transit

  Transit telah membuat rasa mualku terjeda karena harus turun dan tidak menerima goncangan pesawat lagi. Terimakasih ya Alloh, untuk solusi yang luar biasa ini.

Rabu, 26 September 2018

SUSAHNYA BAYAR PAJAK DI INDONESIA

   Seperti yang kuceritakan kemarin, salah satu harta yang bernilai (baca: sepeda motor) telah habis masa berlakunya. Sehingga aku harus membayar pajak agar bisa digunakan. Karena satu dan dua hal, pembayaran pajak tertunda beberapa minggu hingga hari ini. Ini aku sudah berniat baik lho, tidak peduli sudah terlambat dan terkena denda.

Tetap sebagai warga negara yang baik, aku harus taat pajak. Begitu prinsipku.

   Oleh karena itu, dengan semangat 45 dan 1998 aku mau mengurus pajak sepeda motor sendiri. Mumpung hari ini mengajar hanya 2 jam pelajaran. Jadi daripada ngerumpi atau nyinyirin hidup orang lain maka aku berangkat ke Samsat Bantul.

Berbekal STNK, KTP dan BPKB, aku pergi ke Samsat. Oiya FYI aku harus ganti plat nomor sebab sudah masuk pajak lima tahunan. Okelah.

Pertama-tama yang kulakukan adalah cek fisik terlebih dahulu. Ya, diperiksa berapa nomor mesin, nomor rangka dan sebagainya.Eh, ternyata sebelum ke situ, aku harus mengurus pendaftaran terlebih dahulu dan memfotokopikan syarat-syarat adiministasi. Jadi aku balik lagi sebelum mengurus cek fisik.
Begitu dapat lembar formulir dan sudah difotokopikan, aku kembali ke bapak pengecek mesin dan rangka motor. Dia terima lembar formulir. Cek dan cak cek selesai.
Kupikir aku bisa langsung mendaftarkan pajak, ternyata tidak. Aku harus mengesahkan lembar tadi di konter pengesahan. Tok tok tok, sudah disahkan, kemudian pindah di ruang satunya lagi. Di situ aku harus membayar 160 ribu rupiah. Baiklah, aku manut saja.

Selesai pembayaran dan bukti pengesahan, aku masukkan di kotak formulir pendaftaran. Ternyata tidak sampai berhenti di situ. Berhubung alamat STNK dan BPKP berbeda maka kata petugas; aku harus ke Poresta mengurus pergantian alamat baru terlebih dahulu. Kantor Polesta agak jauh dari samsat. Itu artinya, aku harus keluar dari parkiran dan pindah tempat ke polresta.

Sabar...sabar.

Di polresta, aku harus mencari ruangan khusus penanganan BPKB. Setelah melampirkan berkas yang diminta (fotokopi STNK dan KTP serta BPKB), aku kembali ke Samsat. Dan katanya BPKB bisa diambil tanggal 5 Oktober 2018. Ya, Alloh semoga aku ingat. 
Bismillah tetap semangat. Ganbate

Pindah lagi, sekarang balik ke Samsat. Di situ, aku menaruh syarat syarat membayar pajak lagi. Eh, ternyata ada yang kurang sebab waktu di Polresta ada beberapa fotokopian diambil petugas BPKB Okelah, aku harus memfotokopikan syarat lagi.
Aku keluar ruangan lagi, fotokopi lagi. Sret..sret, fotokopian selesai. Sudah lengkap, aku kembali ke petugas pajak motor tadi, Dia ambil berkasku dan diperiksa sekilas.

"Pak, ini STNK bisa diambil tanggal 2 Oktober. Ini kertas pengambilannya."

Ya, Alloh mau bayar pajak saja susah banget. Pantesan banyak orang pada ngemplang. Lha ribet. Sudah ribet, bayar lagi. Duh, Indonesiaku.

Kamis, 20 September 2018

JUARA MENULIS ARTIKEL UNTUK GURU

    Kalau melihat kembali saat pertama kali mengetahui informasi lomba guru menulis, aku ingin selalu tersenyum. Bagaimana tidak, waktu itu aku hanya melihat status WA seorang teman. Iseng saja lihat statusnya. Eh, kok dia posting tentang lomba guru tersebut. Hum, kayaknya bisa ikut nih, batinku. Maka segera mempelajari tema dan memilih cerita. 
   
    Cerita yang dibungkus dari kegiatan nyata di sekolah dan merupakan original ide saya. Artinya aku belum pernah ada seorang guru pun yang menggunakan cara-cara seperti yang kulakukan dalam pembentukan karakter. Okelah, sekarang tinggal ditulis dan disajikan beberapa data yang ada. Zaman sekarang sangat gampang kan mencari data. Dengan kemampuan internet yang super duper keren maka aku mulai menulis artikel. 
   
    Tidak membutuhkan waktu lama untuk menulis, sebab hanya tiga lembar yang dibutuhkan oleh dewan juri. Meskipun sepertinya susah mengutarakan ide-ide dengan lembar yang terbatas. Malah kalau tidak mengingat ketentuan aku menulisnya melebih batas maksimal. Namun coba aku rem dan padatkan tulisanku, termasuk daftar pustaka hanya kutampilkan dua saja. Tidak lebih sebab kalau aku melebihi ketentuan bisa jadi naskahku akan didrop dan dianggap tidak memenuhi syarat. Maka okelah, aku harus pandai menghemat kalimat.

  Syukurlah, pas tiga halaman sudah bisa ditulis semua. Meskipun dalam hati belum puas dan tuntas. Biarlah. Dengan naskah yang seperti itu, aku kirim ke panitia. Beberapa minggu berikutnya, aku mendapat WA dari seseorang yang menyatakan kalau aku juara 2. Alhamdulillah, tidak menyangka aku bisa lolos dan menjadi juara 2 tingkat provinsi. Padahal tidak menyangka sama sekali. Terimakasih ya Alloh atas rezeki yang luar biasa ini.
     Sekarang tugasku adalah menunggu proses selanjutnya sebab menurut infor lomba akan akan mendapat sertifikat, uang pembinaan dan piala. Berapa hadiahnya, aku tidak tahu pasti sebab tidak disebutkan secara jelas dalam informasi lomba. Berapa pun itu, tetap aku bersyukur bisa mengembangkan kemampuan. Semoga ini menjadi awal untuk kembali menulis artikel dan lolos lagi, juara lagi. Begitu seterusnya sampai aku bosan. Wkkak mana bosan kalau juara terus ya?

WORKSHOP KEMITRAAN SMP TAHUN 2018

"Tugas besar membutuhkan tanggungjawab besar"

     Tidak menyangka bahwa program ini begitu rumit. Habis workshop guru mitra 2 (guru dari luar Jawa) ke mitra 1 (ke Yogyakarta). Itu artinya mereka tidak pulang selama 11 hari.
    Begitu pun, aku nanti diundang dulu ke Jakarta, kemudian pergi ke sekolah mitra 2 (Gorontalo). Setelah menyelesaikan tugas selama 7 hari, kembali lagi ke Jakarta baru pulang ke Yogya. Jadi aku pun akan meninggalkan keluarga selama 10-11 hari di Gorontalo.
    Perlu persiapan mental dan segalanya. Cos selama ini mengajar di tempat yang enak dan asyik. Tidak banyak kendala yang berarti. Sekarang diterjunkan di medan yang sama sekali baru. But, bismillah saja. Jika ini tujuan baik pasti dimudahkan segala urusan. Begitulah aku memahami
Kata penyelenggara, orang-orang yang ada dalam kegiatan ini adalah guru-guru yang nilai UKG nya tinggi, eh tinggi atau paling tinggi ya? Di samping itu karena guru yang diundang adalah guru berprestasi. Bukan guru sembarangan. Biar pun dari GM 2 tetapi mereka adalah yang terbaik dari daerahnya.

    Dari penjelasan tersebut, aku tidak masuk kriteria guru memiliki nilai UKG tinggi. Malah nilai UKG ku biasa saja. Tinggi enggak rendah juga tidak, sedang gitu. Tetapi ketika poin menjadi guru berprestasi, aku termasuk sih. Ya, paling tidak aku menghibur diri sendiri. Betewe, aku sangat beruntung bisa masuk dalam program ini. Sebab program ini seperti program pertukaran pelajar atau petukaran kepala sekolah yang pernah dilakukan beberapa waktu yang lalu.
    Nah, sekarang digilir gurulah yang dilibatkan. Tidak semua sih.Maksudnya tidak seluruh Indonesia sebab dari Yogyakarta saja hanya ada dua perwakilan daerah. Kami dari Bantul dan kotamadya Yogyakarta. Aku berharap banyak mendapatkan pengalaman yang bermanfaat di Gorontalo. Paling tidak mengenang beberapa puluh tahun lalu mengajar anak di daerah yang banyak keterbatasan. Termasuk, keterbatasan sarana prasarana.
    Dalam kondisi tersebut tentu banyak ide yang tercipta. Ide akan terus berkembang untuk menyelesaikan permasalahan di lapangan atau di dalam kelas. Kita akan termotivasi bagaimana caranya menjelaskan materi bahasa inggris kepada siswa yang terbatas. Hum, sepertinya itu pengalaman yang luar biasa. Siapa tahu juga aku mendapat materi untuk naskah bukuku selanjutnya. Bukankah aku berapada di daerah asing dan jauh, tentu akan ada kisah, makanan dan budaya yang berbeda denan Yogyakarta. Nah, itulah harta yang tersimpana dan bisa digali serta siapa tahu bermanfaat bagi orang lain saat materi itu aku tulis. Bismillah saja, mendapatkan hal yang terbaik di daerah penugasan. 

KELILING YOGYAKARTA

    Mulai Minggu kemarin, 9 September 2018 kita sudah kedatangan guru mitra 2 dari daerah lain (daerah luar pulau Jawa). Ada dari Aceh, NTB, Gorontalo, Manokwari, Kalimantan, dan Maluku. Uniknya mereka belum pernah ke Jawa, apalagi menginjakkan kaki ke Yogyakarta. Belum pernah sama sekali. Oleh karena itu sebagai tuan rumah yang baik, kita ajak mereka mengunjungi tempat tempat yang menjadi ikon Yogyakarta.

    Pertama kami pergi ke Candi Prambanan, jangan tanya kenapa bukan ke Borobudur. Hello, Borobudur bukan di Yogya. So kami promosi obyek di Yogya saja. Oke, Fik. Candi Prambanan menjadi tujuan destinasi pertama. Candi yang sangat menarik bagi wisatawan domestik ini kurang greget ketika para petugas kurang ramah. Tidak ada seulas senyum pun tersungging di wajah mereka. Apakah mereka tidak dilatih tentang 5S atau excellent service sehingga begitu dingin wajahnya. Sayang sekali. Padahal ini termasuk jual jasa lho.
      Kemudian yang kedua keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Namun sayang, keraton saat ini masih tutup untuk persiapan labuhan. Demikian juga dengan taman sari, tidak bisa kami kunjungi.
  Obyek pindah tempat. Yang menjadi pilihan berikutnya dalah Tebing Breksi. Tempat ini sangat favorit dan malah viral beberapa saat yang lalu. Maka datanglah kami kesana. Di Tebing Breksi kami tidak bisa naik ke atas. Bus kami harus tertahan di bawah. Maka dengan jumlah peserta 22 orang kami menyewa tiga mobil. Satu orang membayar lima belas ribu rupiah ditambah onglos parkir. Cukup murah sih.
    Destinasi berikutnya adalah makan siang di Kalakijo. Tempat ini terkenal dengan inkung ayam. Kami memilih salah satu warung makan yang terkenal di situ. Namun sayang mungkin kami yang datang terlembat atau memang prepare warung itu yang kurang. Saat kami datang sayur yang ada hanya oseng-oseng pepaya, ditambah teri dan ingkung.
   Padahal kalau ada makanan lain tentu akan lebih meriah dan tidak akan mengecewakan kami. Okelah mungkin kami datang terlalu siang.
   Setelah makan dan istirahat sebentar, kami melanjutkan wisata lainnya. Sesuai rencana kami mengunjungi batik di Wijirejo. Sayangnya produksi atau tepatnya pengolahan dan acara membatik sedang libur. Sehingga kami tidak bisa melihat cara membatik yang benar. Katanya ada yang meninggal dunia jadi ya pada takziah.
     Ga papa lah, yang penting teman-teman senang. Dan memang benar, mereka pada borong batik di tempat itu. Ada yang beli 2, 3 dan 4 baju atau kain. Hum, pemiliknya pasti senang inih. Setelah puas membeli baju dan kain batik, kami lanjutkan shopping lagi. Kali ini kami menyempatkan mampir di Kerajinan Kulit Manding.
     Di Pusat Kerajinan Kulit Manding, lagi-lagi teman-teman membeli dengan membabi buta. Ada yang beli sepatu, ikat pinggang, dompet dan lainnya. Sungguh senang melihat teman-teman belanja dengan wajah sumringah. Entah berapa duit mereka habiskan hari ini.
     Setelah diopyak opyak untuk berhenti, teman-teman akhrinya berhenti dan berkumpul di bus. Kami harus melanjutkan perjalanan sebab masih ada satu lagi tempat yang wajib kita kunjungi. Yups, kami mengunjungi Toko Buku.
   Sungguh aneh bila kami (sebagai guru dan pendidik) hanya suka belanja barang konsumtif dan tidak suka buku. Buku itu jendela ilmu. Pendidik itu harus dinamis dan gemar membaca agar siswanya bangga saat mendapati gurunya wawasannya luas.
Begitulah keseruan kami hari ini