Minggu, 05 Januari 2020

BEGINI LHO KALAU HIDUP DI DESA

    Langit mendung pagi ini. Tak tampak sebersit sinar mentari pun. Ada keraguan di hati. Apakah jadi kegiatan pagi ini? Kan cuaca kurang mendukung? Tak berapa lama terdengar pengumuman dari TOA masjid.
"Hum, tampaknya jadi nih," batinku. 

   Segera kuraih sebilah sabit dan menentengnya keluar. Sabit yang sudah kusam, dan berkarat. Memang tidak banyak membantu membawa alat ini. Namun tidak mungkin kan, aku datang dengan tangan kosong. Apa kata teman teman? Sementara yang lain sudah siap dengan senjata masing masing.

Ada yang membawa sabit, pedang, pacul dan lainnya.

    Senjata yang dibawa tampak terawat dan sering dibawa, berbeda dengan yang kubawa. Meskipun bagitu, senjataku tidak layak pakai tetapi aku yakin senjataku masih bisa untuk menebas sebuah pohon pisang dengan sekali ayun. Iyalah, bagaimanapun yang penting kumpul dan berkontribusi.
    Hidup di desa mesti tepa sekira, saling tolong menolong dan bergotong royong. Lepaskan ego pribadi, pribadi yang merasa sibuk dan tidak penting kumpul kumpul dengan sekitar, para tetangga.
Tidak, gaes.
 Mereka perlu dan teramat wajib menjalin kebaikan dengan tetangga.
    Sebab di kala kita membutuhkan pertolongan, maka tetangga yang akan datang. Orang orang terdekat lah yang akan mendatangi dan membantu kita. Apalagi bila saudara kita jauh, tentu tetangga lah orang penting dan pertama yang akan kita mintai bantuan. Oleh karena itu, salah satu cara menjalin keakraban adalah kerja bakti bersama mereka.

Toh, kerjabakti itu tidak lama. Tidak lebih dari 2 jam. Mari kita jalin keasyikkan bergotong royong dengan warga sekitar, sebab merekalah yang akan membantu kita bila kita perlu.
Di samping itu, gotong royong adalah salah satu kearifan lokal orang desa yang masih kita miliki dan mungkin saja itu jadi contoh keren bagi orang orang di belahan bumi yang lain.
Semoga