Selasa, 22 Mei 2018

PENGUMUMAN PEMENANG MENULIS ARTIKEL 2018

    Beberapa waktu yang lalu ada pengumuman tentang lomba menulis artikel dari Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung. Tersebab di situ disebutkan dapat diikuti semua orang, artinya semua masyarakat, termasuk aku, maka aku pun mengikutinya. Walaupun terus terang saja, hadiah tidak terlalu besar, hanya Rp. 750.000 rupiah tetapi tak apalah. Ya, paling tidak nulisku jalan dan kemampuanku bertambah. Kalau pun menang itu suatu bonus. 
     Ketentuan dalam lomba, kita harus membuat artikel, ini ceritanya non fiksi, tentang kebudayaan atau potensi yang ada di Pulau Bangka dan Belitung. Ada juga sih naskah yang berupa fiksi. Nah, kebetulan yang kutulis adalah non fiksi. Kenapa? Sebab aku merasa lebih PD ketika menulis non fiksi. Sementara yang fiksi perlu di asah lagi. Maka segeralah aku menulis. Susah? Jelas. Wong Bangka Belitung itu bukan tempat tinggal dan juga belum pernah ke sana, jadi yang agak terkendala ketika menulis artikel tersebut.
     Untungnya, sekarang ini sudah ada mbak Google jadi kita bisa belajar dari sana. Mulailah aku mengumpulkan bahan-bahan, lalu memilih tema yang sesuai dan jitu. Paling tidak apa yang kutulis itu sesuatu yang bermanfaat. Tidak asal nulis atau asal kirim. Sebab asal nulis atau asal mengirim itu sama saja dengan bersusah susah mengerjakan hal yang sama. Bedanya hanya serius sama main-main. Lah, kalau kedua hal tersebut membutuhkan pemikiran yang sama, waktu yang sama dan enerji yang sama. Sayang sekali kan, sama-sama berkorban cuma tidak fokus atau serius yang satunya.
    Oleh karena itu, berbekal pemahaman tersebut, mulailah aku mencaritahu tentang keunikan Bangka Belitung. Dari sekian referensi yang kukumpulkan, aku tertarik dengan budaya kawin massal masyarakat Bangka Belitung. Nikah massal tersebut kalau dilestarikan dan dikelola dengan baik akan mendatangkan manfaat dari segi ekonomi, agama dan sosial. Jadi nikah massal yang dibiayai pemerintah daerah tersebut perlu dilestarikan. Apalagi pergaulan kidz zaman now yang cenderung menyerempet nyerempet bahaya, sangat cocok diarahkan di sana. Maka kutulislah tentang budaya nikah massal tersebut.
    Alhasil, Alhamdulillah, aku termasuk pemenangnya. Agak mengagetkan juga aku bisa menang. Terlebih lagi aku satu-satunya wakil dari Yogyakarta yang menang bidang non-fiksi. Dalam bayanganku dan ketika membaca pengumuman lomba, tertulis akan ada fasilitasi. Fasilitasi ini dimaksudkan untuk menyempurnakan tulisan kita. Jadi dalam anganku, aku akan diundang ke Bangka Belitung untuk merevisi tulisanku. Terlebih di situ, tertera fasilitasi selama tiga kali. Jadi aku bisa datang ke Bangka Belitung berkali-kali. Ah, itu khayalanku saja. Setelah aku crosh check ke panitia ternyata mereka tidak sanggup membiayai para pemenang di luar kepulauan Bangka Belitung.
    Jadi untuk pemenang di luar Bangka Belitung tidak ada fasilitasi. Bila pun ada revisi maka akan ada pembenahan lewat online, terus hadiah akan di transfer. Pupus sudah niatku untuk jalan-jalan ke Bangka Belitung. Tetapi sudahlah mungkin belum rezeki travelling ke tanahnya @Andrea Hirata. Mungkin lain kali. Bagaimanapun, aku tetap bersyukur bisa menang dan meraih hadiah ratusan ribu rupiah. Ya, minimal itu menjadi penyemanagat aku dalam menulis artikel, Ada juga sih beberapa teman yang menang dalam lomba tersebut. Ya, teman seperjuangan. Inilah hasil pengumuman pemenang di Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung. Silakan klik di sini.