Kamis, 13 Desember 2018

PERKAWINAN YANG IDEAL

    Tadi malam dapqt undangan menghadiri resepsi pernikahan seorang guru TK. Dia adalah guru TK anakku. Berbeda dengan resepsi pernikahan yang sudah sudah, pernikahan ini tampak berbeda.
Dari mulai undangan yang jelas tertulis 
"Tidak menerima sumbangan dalam bentuk apa pun."
   Itu artinya apa? Artinya bahwa mereka (para pengantin) tidak menerima, baik itu kado maupun amplop. So, jarang sekali kan ada pernikahan seperti itu. Memang selayaknya begitu. Namanya juga pesta, pesta perkawinan ya idealnya syukuran, bukan cari pengembalian atau cari modal. Ups.
   Ya kalau namanya syukuran itu ya siap kehilangan uang. Siap tombok dan bermodal besar. Kalau para tamu masih memasukkan amplop atau bingkisan sekilas terkesan kita pergi ke warung. Bedanya kalau ke warung kita bayar belakangan tapi kalau resepsi kita bayar di depan. Iya benar dulu ada analoginya begitu.
Nah, setelah ada resepsi pernikahan ini analogi miring itu terbantahkan.
    Tidak banyak orang yang sanggup menjalanan pesta perkawinan tanpa bingkisan dan amplop. Bahkan masih banyak juga orang yang benar benar kaya. Namun masih menerima sumbangan. Serius. Entahlah alasannya apa.
     Aku yakin sih, bahwa orang melakukan itu (resepsi tanpa sumbangan) bukan karena dia kaya atau sudah cukup, tapi memang sudah ikhlas berbagi. Tidak takut rugi. Sehingga tidak mengharapkan sumbangan orang lain lagi. Dia hanya memberi dan bersyukur telah resmi menjadi suami istri.
Jadi siapa yang sesungguhnya orang kaya?
   Tapi itu sih masalah pribadi, suka suka yang mau mengadakan resepsi dan pernikahan. Kalau memang sudah bisa berbagi ya berbagi saja tidak perlu mengharapkan sumbangan orang lain.
   Namun ada juga yang nekad, sudah tertulis tidak menrima sumbangan, masih saja dipaksa untuk menerima. Katanya itu tanda kasih sayang. Ya, ampun. Kalau kasih sayang mbok dipeluk atau dicium saja temantennya. #eaa Bagaimanapun ini termasuk pola perkawinan yang unik, menarik dan inovatif. Perkawinan tanpa sumbangan perlu dicontoh.
Itu perkawinannya. 

   Ada juga lho model undangan perkawinan yang unik, menarik dan nyentrik. Iya, pernah ada pengantwn yang mengirmkan undangan perkawinan menggunakan google drive. Jadi link atau alamat google drive tersebut dikirm ke WA atau e-mail tamu yang diundang. Unik kan?
   Ini berbeda dengan undangan kebayakan yang masih memakai kertas tebal. Undangan tebal yang dicetak lalu disebar, tak lama kemudian dibuang dan menjadi sampah.
   Itu kalau tidak menukil ayat ayat suci Al- quran tak masalah. Tapi kalau ada tulisan ayat atau surat dalam bahasa Arab tentu tidak boleh dibuang sembarangan. Tulisan suci itu tidak boleh sembarang ditruh atau dibuang.
Nah, kalau pakai file kan lebih aman, paperless dan efesien.
   Biar pun begitu, aku masih setuju bila perkawinan mengundang banyak tamu. Kenapa? Karena menghindari syuudzon. Orang kalau dikumpulkan dan diberitahu si fulan sudah menikah dengan si A, maka terhindarlah mereka dari fitnah.
  Lagian mengumpulkan teman dan berbagi rezeki kepada orang lain tentu mendapat banyak pahala kan?
  So, siapa yang akan mengundangku lagi dengan tulisan "Tidak menerima sumbangan dalam bentuk apa pun"