Mungkin tidak banyak yang terekspos bahwa ada cerita lain dari pelaksanaan Sertifikasi. Ini bukan tentang cerita Sertifikasi model Portofolio yang tidak.... tetapi ini tentang Sertifikasi yang lebih berat dari itu yaitu Sertifikasi melalui jalur PLPG [Pendidikan dan Latihan Profesi Guru]. Bisakah anda bayangkan bahwa ternyata banyak air mata, cucuran keringat bahkan depresi maupun stres..
Pengumuman Sertikasi jalur PLPG |
Pelaksanaan PLPG yang bagi beberapa guru [ karena banyak juga yang telah lulus] terlalu berat. Para guru harus berjuang sekuat tenaga, pikiran dan kemampuan untuk dapat lulus. Segala persiapan telah dilakukan dari PTK, media pembelajaran, RPP, Silabus, Micro teaching dan lain-lain. Belum persiapan untuk pre-tes dan post-tes yang berupa tes pilihan ganda dan essay. Kenapa nampak begitu berat? Karena umumnya para guru sudah lama tidak meng update dan meng up grade pengetahuannya.
Ada satu cerita dari rekan penulis yang terjadi, dia tidak lulus PLPG dan harus ikut ujian teori lagi. Dan apesnya dia tidak lulus lagi. Sebelum pengumuman dia nampak cerah dan semangat mengajar tetapi setelah pengumuman PLPG dan ternyata dia tidak lulus lagi. Ah...kasian. Sekarang rekan penulis tersebut agak nglokro bekerja dan kurang semangat mengajar. Lalu kita mau menyalahkan siapa? Pemerintah yang telah membuat kebijakan tersebut? Guru-guru yang sudah lulus Sertifikasi dengan cara yang lebih mudah dan sepertinya mengumbar besarnya pendapatan saat tunjangan Sertifikasi turun atau guru/ rekan penulis tersebut yang sudah dua kali gagal? Menurut penulis semua salah. Kalau Pemerintah salahnya tidak mengecek secara pasti dan akurat, mana guru yang profesional dan mana guru yang tidak profesional. Karena jelas ini membuat kecemburuan banyak kalangan terutama guru yang merasa lebih baik kompetensinya dibanding dengan guru yang lulus "hanya" melalui jalur Portofolio asal-asalan. Kedua, yang salah adalah para guru yang dengan mudah dan bangga menceritakan berapa rupiah dia peroleh dari Bank terkait tunjangan Sertifikasi yang dia peroleh. Mereka merasa berhak tetapi apa iya? Sebab kewajiban tidak berbanding lurus dengan hak yang selalu mereka tuntut. Ketiga, salah guru yang bersangkutan, kenapa dia tidak mati-matian mempersiapkan semua demi PLPG dan kenapa setelah dia tidak lulus dia tidak bersemangat, bukankah NO PAIN NO GAIN?