Oleh : Joko
Sulistya, M.Pd*)
Perkembangan
pesat perpustakaan di berbagai
daerah perlu kita syukuri karena hampir di tiap kecamatan
bahkan setiap dusun telah berdiri perpustakaan. Di samping pesatnya perkembangan perpustakaan, sekarang juga mucul
berbagai bentuk atau model perpustakaan. Ada model perpustakaan
berbasis komunitas yang beranggotakan masyarakat dari berbagai tingkat usia,
pendidikan dan latar belakang, perpustakaan
berbasis pengetahuan, perpustakaan berbasis pasar, yang intinya koleksi buku
disediakan berdasarkan permintaan atau keinginan pasar (baca:pemustaka) dan
lain – lain. Dalam amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa, peran perpustakaan sangatlah penting. Perpustakaan
dapat menjadi jembatan bagi para pencari sumber pengetahuan dan ketrampilan.
Perpustakaan bukan lagi monopoli orang – orang intelek atau
berpendidikan tetapi hampir semua golongan dapat menimba ilmu di perpustakaan.
Pengusaha kecil, peternak, petani, dan profesi-profesi yang lain dapat mencari
pengetahuan di perpustakaan karena perpustakaan dapat menyajikan dan
menyediakan bacaan yang mereka
inginkan. Jika mereka tidak menemukan di perpustakaan dusun, mereka dapat
mencari perpustakaan di tingkat daerah dan provinsi. Kalaupun mereka belum
menemukan yang mereka cari, mereka dapat mengakses internet yang telah
disediakan di perpustakaan secara gratis.
Sekarang perpustakaan telah berkembang
demikian maju, perpustakaan tidak hanya menyediakan hard copy atau buku tetapi
sarana untuk mengakses soft copy termasuk akses internet telah mereka sediakan.
Namun
sayangnya masih banyak perpustakaan yang belum mengindahkan tentang pentingnya
pelayanan prima (excellent service) sehingga kelengkapan koleksi buku dan kecanggihan
sarana-prasarana yang disediakan kurang berarti. Malah bisa-bisa para pengunjung
kecewa dan antipasti dengan perpustakaan karena keramahan dan profesionalisme
pustakawan tidak dijaga dan ditingkatkan. Oleh karena itu, peningkatan dan
pengembangan perpustakaan tidak hanya sarana – prasarana tetapi juga sumber
daya manusia (SDM) yang ada di perpustakaan. Sebelum kita membahas tentang
pengembangan perpustakaan yang sesuai dengan kekhasan daerah masing – masing,
ada baiknya kita membahas tentang pengertian dan model perpustakaan yang ada
terlebih dahulu.
A.
Pengertian perpustakaan
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan,
Perpustakaan Nasional adalah lembaga pemerintah non departemen yang
melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi
sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit,
perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian dan pusat jejaring
perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara. Bagi perpustakaan
nasional mungkin hal itu tidak menjadi kendala karena terpenuhinya sumber dana,
sarana-prasaran dan sumber daya manusia (SDM) sehingga tidak menjadi masalah
seandainya perpustakaan nasional memiliki berbagai fungsi. Tetapi untuk
perpustakaan yang berada di tingkat bawah, alangkah baiknya jika mengkhususkan
diri pada salah satu fungsi dengan mengoptimalkan koleksi dan SDM. Dengan
banyaknya fungsi perpustakaan memberikan kesempatan kepada para pengelola untuk
mengembangkan perpustakaan atau kalau tidak mungkin pengelola perpustakaan
dapat menfokuskan diri kepada salah satu fungsi perpustakaan. Ciri khas sebuah
perpustakaan, baik koleksi buku maupun sarana-prasaran akan menjadi nilai lebih
dan daya tarik bagi para pengunjung.
Darmono (2001:2)
mengemukakan bahwa Perpustakaan pada hakekatnya adalah pusat sumber belajar dan
sumber informasi bagi pemakainya.
Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar dan informasi artinya bahwa
perpustakaan tidak harus selalu berupa koleksi buku semata, tetapi dapat
ditambah dengan koleksi – koleksi yang dapat melengkapi kekhasan perpustakaan
itu sendiri. Misalnya perpustakaan berfungsi sebagai perpustakaan penelitian
maka di dalam perpustakaan tersebut berisi hasil – hasil penelitian dan juga
koleksi buku yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian tersebut.
Sementara Wafford (2001) menterjemahkan perpustakaan sebagai salah satu
organisasi sumber belajar yang menyimpan, mengelola dan memberikan layanan
bahan pustaka baik buku maupun non buku kepada masyarakat tertentu maupun
masyarakat umum.
B. Model
– model perpustakaan
Perpustakaan
adalah suatu unit kerja dari satu badan atau lembaga tertentu yang mengelola
bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan berupa buku (non book
material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat
digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya.
Perpustakaan
yang berbasis pasar akan memberikan nuansa yang sangat beerbeda pada
perpustakaan. Karena pelayanan akan diberikan berdasarkan kebutuhan pengguna.
Biasanya pelayanan pada perpustakaan hanya berdasarkan keinginan pengelola
perpustakaan, namun apabila dilaksanakan berbasis pasar maka pelayanan akan
diberikan berdasarkan kebutuhan, permintaan, dan keinginan customer. Sebagai
contoh kecil adalah penyediaan buku pada perpustakaan di sebuah perguruan
tinggi.
C. Pengembangan
perpustakaan
Blasius
Sudarsono dalam bukunya
“Antologi Kepustakawan Indonesia” mengatakan bahwa pembangunan perpustakaan
umum di Indonesia masih sangat lemah (Sudarsono, 2006 : 164).
1. Sumber
Daya Manusia (SDM) atau Pustakawan
Sumber
daya manusia di perpustakaan dapat terdiri dari pustakawan, tenaga administrasi
dan operator komputer yang senantiasa selalu ditingkatkan kualitasnya dengan
diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan, seminar-seminar, loka karya, workshop
dan kongres dibidang perpustakaan maupun disiplin ilmu yang relevan.Pemakaaian
seragam pegawai bagi pustakawan baik dan sah – sah saja tetapi untuk
menunjukkan eksistensi kelokalan maka alangkah baiknya jika pustakawan
menggunakan pakaian adat. Sebagai contoh untuk pustakawan di Jogjakarta,
pustakawan memakai pakaian adat jawa; laki – laki mengenakan blangkon dan
sorjan dan perempuan menggunakan kebaya. Alangkah elegan dan indahnya dipandang
mata. Kalau DKI saja berani mewajibkan para pegawai pemerintah memakai pakainan
adat betawi, masak kita tidak dapat mewajibkan para pegawai perpustakaan
memakai pakaian tradisional. Di samping itu, para petugas dapat memberikan
contoh dan model pakaian jawa kepada para generasi muda atau pemustaka yang
datang ke perpustakaan. Namun pakaian jawa yang kelihatan pemakaiannya ribet
dapat di antisipasi dengan membuat model yang praktis dan simpel tetapi tidak
mengurangi esensi pakaian tersebut.
Di
samping itu, Endraswara (2003) mengatakan bahwa watak dasar orang
Jawa adalah sikap nrima. Nrima adalah menerima segala sesuatu dengan kesadaran
spiritual-psikologis, tanpa merasa nggrundel (menggerutu karena kecewa di
belakang).orang Jawa begitu menjunjung tinggi sifat keramahtamahan dan nilai
kerukunan antar sesama sehingga begitu menghindari konflik demi mencapai
kedamaian dalam hidup (Suseno, 2001).Bratawijaya (1997) mengatakan bahwa orang
Jawa dikenal memiliki sikap yang lamban, tidak mau tergesa-gesa dalam melakukan
pekerjaan, sopan santun, lemah lembut, ramah dan sabar.
2. Sarana
Prasarana
Untuk sarana dan
prasarana yang ada di perpustakaan baiknya diciptakan sebagai tempat dan sumber
belajar sehingga dari luar harus sudah memberikan kesan dan ciri khas sebuah
gedung perpustakaan daerah tertentu.
Oleh karena untuk saran dan prasarana, penulis membagi dalam beberapa bagian
seperti:
a) Gedung
atau bangungan perpustakaan
Gedung perpustakaan harus yang benar-benar dirancang
untuk perpustakaan, dimana lokasinya harus strategis dan mudah dijangkau oleh
masyarakat penggunanya serta diperlengkapi dengan sarana dan fasilitas
pendukung seperti aula, ruang layanan, ruang pengolahan, ruang staf dan
pimpinan, toilet, areal parkir yang memadai dan memperhatikan kenyamanan
pengguna untuk membaca.
Untuk gedung mungkin
tulisan ini agak terlambat atau kalau memungkinkan dipugar kembali, penulis
menyarankan untuk membuat gedung yang bercirikas lokal. Kalau perpustakaan di
Jogjakarta, maka baiknya gedungnya berbentuk joglo dengan arsitektur jawani.
Pemberian hiasa janur- janur dan beraneka ketrampilan tangan dari daun kelapa
tersebut dapat dijadikan hiasan menambah kesan adat dan budaya Jawa. Kita dapat
mencontoh budaya yang ada di pulau Bali, hampir semua tempat memberikan corak
dan ciri khas bali, entah itu bentuk bangungan/gedung maupun hiasan – hiasan
yang lain. Untuk itu alangkah baiknya jika di Jogjakarta juga menerapkan model
gedung berciri Jogjakarta. Ini juga sebagai sumber belajar para generasi muda
dalam memahami bentuk bangungan daerah tertentu.
b) Cafe
atau mini resto dalam perpustakaan
Penulis berpendapat
bahwa tidak tabu untuk membiarkan para pengunjung membawa makanan dan minuman.
Malah kalau perlu pihak perpustakaan membuka sebuah cafe atau mini resto yang
menyediakan makanan d dan minuman ringan. Cafe ini berada di dalam
gedung perpustakaan dengan model self service. Para pengunjung dapat mengambil
dan melayani sendiri karena ini merupakan bagian dari kantin kejujuran. Dengan
harapan bahwa perpustakaan juga ikut andil dalam membangun karakter bangasa
yang jujur dan berani. Pendapatan cafe ini akan selalu di audit setiap minggu
dan diinformasikan kepada para pengujung tentang hasil dari cafe kejujuran
tersebut. Apakah cafe mengalami keuntungan atau kerugian dalam berniaga? Jangan
lupa juga ucapkan juga terimakasih kepada pengunjung atas kejujurannya
berbelanja di cafe kejujurannya.Perpustakaan Sebagai Lembaga Nirlaba
Perpustakaan sebagai lembaga informasi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat tidak menitikberatkan pada pencarian keuntungan materi.
Mari bersama – sama kita ciptakan generasi penerus yang jujur dan berani.
c) Interior
dan eksterior perpustakaan
Interior yang ada di
perpustakaan baiknya dihias dengan ciri khas Indonesia atau kedaerahan seperti
untuk Jawa bisa dengan memberikan wayang geber atau berjejernya beberapa wayang
di sudut perpustakaan. Nah kalau memungkinkan juga dipajang beberapa gamelan di
dalam gedung perpustakaan dengan diberikannya tulisan nama gamelan tersebut.
Untuk nguri-nguri kesenian tradisional, khususnya karawitan, pihak perpustakaan
dapat memberikan kursus atau diklat nabuh gamelan pada waktu – waktu tertentu.
Dengan cara tersebut maka perpustakaan dapat sebagai sumber belajar dan
sekaligus pelestari kesenian Jawa.
3. Pelayanan
atau service
Layanan
perpustakaan dapat berupa layanan terbuka (open acces) dan layanan
tertutup (closed acces). Sedangkan sistem layanan untuk perpustakaan
umum ada baiknya diterapkan adalah sistem layanan terbuka (open acces).
Sementara itu fasilitas-fasilitas yang perlu diberikan oleh perpustakaan untuk
dapat dikatakan ideal adalah : (a) layanan otomasi, (b) layanan foto copy, (c)
layanan pandang dengan (audio visual), (d) layanan hotspot (wifi)
internet, (e) layanan untuk orang dengan kondisi khusus (cacat).
a) Peminjaman
komputer
dalam otomasi perpustakaan ini terdiri dari : (a) Sistem akuisisi dan pemesanan
bahan pustaka, (b) Sistem sirkulasi, (c) Sistem pengatalogan, (d) Kontrol
terbitan berseri. Sedangkan perangkat lunak (software) yang dapat
digunakan atau dipilih diantara yang beredar di pasaran sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan finansial perpustakaan itu sendiri. Perangkat lunak itu antara
lain adalah NCI-Bookman, INMAGIC, LIBRARIAN, Micro CDS/ISIS ataupun versi
Windowsnya yaitu Winisis, VTLS, TINLIB dan lain-lain. Penerapan komputer atau
otomasi perpustakaan tentulah berdasarkan pertimbangan terhadap kemampuan
komputer yang sangat cepat dan tepat dalam pekerjaan yang sering dan selalu
berulang-ulang. Sehingga dengan menggunakan komputer biaya pengerjaannya akan
lebih murah dibanding dengan tenaga manusia (Davis, 1986:43).Fungsi
Deposit Sesuai arti kata deposit yakni menyimpan, maka perpustakaan merupakan
tempat menyimpan informasi yang dibutuhkan oleh para pemakai. Fungsi penyimpanan
yang dimaksudkan menyimpan informasi yang telah dikemas dalam berbagai bentuk
kemasan. Pada umumnya orang mengenal perpustakaan sebagai tempat menyimpan
buku, akan tetapi perkembangan saat ini, informasi dapat dikemas dalam bentuk
CD atau VCD.
b) Menjalin
komunitas
Menurut pasal 12 Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 2007, tentang Perpustakaan, menyebutkan bahwa perpustakaan
melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan layanan kepada
pemustaka. Tujuan kerjasama ini adalah untuk meningkatkan jumlah pemustaka yang
dapat dilayani dan meningkatkan mutu layanan perpustakaan.Untuk
menjalin kerjasama dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu yang formal atau
informal. Menjalin kerjasama secara formal adalah dengan menjalin kerjasama
dengan warga sekolah dan warga masyarakat. Kerjasama secara informal yaitu
dengan menjalin kerjasama dengan para pengguna facebook atau twitter. Ketika
para pengunjung datang dan meminjam buku, pustakawan dapat meminta alamat
facebook atau twitter untuk menjalin kerjasama di kemudian hari. Dengan
fasilitas tersebut pustakawan dapat menginformasikan tentang buku – buku baru
dan info – info yang berhubungan dengan perpustakaan seperti lomba yang
diadakan perpustakaan pusat atau perpustakaan daerah.
c) Peningkatan
promosi dan publikasi
fungsi publikasi ini dapat
dimaksimalkan sebagai media komunikasi informasi, agar hasil karya sivitas
akademik dikenal dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak.
Perpustakaan perlu menambah tenaga kerja yang mahir menangani Teknologi
Informasi. Tujuannya adalah meningkatkan promosi dan publikasi karena
bagaimanapun sebuah lembaga atau instanti perlu terus melakukan promosi dan
publikasi atas kegiatan – kegiatannya.
Kesimpulan
Gambaran dan impian
tersebut yang terangkum di bawah ini antara lain adalah : (1) gedung dan
bangunan yang megah atau mewah dengan sejumlah ruangan yang memadai, (2) para
pegawai yang bersemangat, berintegritas, berdisiplin dan menjiwai serta loyal
kepada pekerjaan, (3) lokasi yang strategis dengan lahan yang luas dan mudah
diketahui masyarakat dan mudah dijangkau pengunjung disertai sejumlah papan
penunjuk, (4) sarana dan prasarana yang memadai, perlengkapan/inventaris kantor
yang baik dan standar, seperti meubiler, alat transportasi, dan beberapa mesin
untuk mendukung pelaksanaan aktivitas organisasi, (5) sumber informasi
(koleksi) bahan pustaka yang relatif lengkap, bervariasi, bermutu dan jumlah
yang memadai dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (up
to date), (6) tersedia dan dilengkapi penerapan teknologi, terutama
teknologi informasi, dan (7) sistem, prosedur dan mekanisme kerja yang baik (Supriyanto,
2006 : 28).
Daftar Pustaka:
Darmono,
Manajemen dan Tata Perpustakaan Sekolah (Cet. I; Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2001), h. 2
Sudarsono, Blasius.2006. Antologi Kepustakawanan
Indonesia. Jakarta : Pengurus Pusat IPI bekerja sama dengan Sagung Seto
Davis,
William S.. 1986. Sistem pengolahan informasi. Jakarta : Erlangga.