Kamis, 12 Agustus 2010

Ilmu Bencana Alam perlu masuk Kurikulum

Kalau benar apa yang dikatakan para pakar bahwa Indonesia rawan bencana alam,maka perlu dipikirkan oleh pemerintah untuk mengantisipasi hal tersebut. Semestinya pemerintah membuat sosialisasi pengenalan terhadap bencana alam sehingga masyarakat merasa siap secara mental sejak jauh-jauh hari.Seandainya bencana alam bisa kita hindari tentu akan kita hindari tetapi bila bencna alam tidak bisa kita hindari maka kita perlu pelajari bencana itu.Kita butuh ilmu untuk mengenali bencana alam tersebut.Dengan ilmu tentang bencana alam tersebut kita bisa mengurangi jumlah korban bencana tersebut, entah korban luka,korban jiwa maupun korban harta benda.
Ada banyak jenis bencana alam yang sering menimpa Indonesia seperti gunung meletus,gempa bumi,banjir,tanah longsor dll.Apapun bencana itu kita perlu mengetahui dan memahami sehingga kita lebih siap dalam menghadapinya.Kita tentu masih ingat bencana alam yang terjadi tanggal 26 Desember 2004 di Aceh dan Sumatra utara yang menimbulkan tsunami.Berapa banyak korban yang meninggal,luka-luka,cacat dan yang kehilangan harta benda?Andai sebelum bencana tersebut terjadi,kita telah dibekali ilmu tentang pemahaman bencana alam,tentu jumlah korban tidak akan sebanyak itu.Dan lagi,kita telah belajar dari kejadian gempa dasyat taggal 27 Mei 2006 yang lalu.Dimana gempa yang terjadi “cuma” 5,9 skala richter,sehingga tidak menimbulkan air laut pasang besar ( baca : tsunami ).Coba kita bayangan jika gempa tersebut lebih dari 6.5 skala richter,tentu ada kemungkinan menimbulkan tsunami seperti di aceh dan Sumatra utara.Itu baru bencana gempa bumi,belum bencana-bencana alam lainnya.
Kita jangan melupakan akan adanya banyak gunung yang masih aktif di negeri tercinta ini.Jika gunung gunung tersebut meletus,maka akan menambah deretan bencana alam yang antri untuk meminta korban.Kemudian beberapa bulan yang lalu,adanya awan panas yang telah meminta korban jiwa adalah imbas dari aktifitas gunung berapi tersebut.Disamping itu bencana banjir yang sering melanda beberapa bagian wilayah di Indonesia.Banjir seakan seperti acara arisan yang selalu bergilir dapat jatah pada saatnya nanti.Ditambah lagi tanah longsor yang selalu terjadi di beberapa tempat juga.
Lalu bagaimana sikap kita dalam menghadapi setiap bencana itu? Apakah kita biarkan saja bencana terjadi atau cukupkah kita waspada saja tanpa dibekali ilmu secukupnya dalam memahami setiap bencana.Jika pemerintah melalui Departemen Pendidikan mau memasukan satu pelajaran lagi yaitu Ilmu Bencana Alam dalam kurikulum,maka anak-anak usia sekolah dan usia kuliah akan paham tentang bencana alam tersebut.Ilmu bencana alam bisa diajarkan dalam beberapa Tema/Pokok Bahasan misalnya ;
1. untuk Bencana Alam (Gempa Bumi ) Pokok Bahasannya : Jenis-jenis tanah di Indonesia,Apa itu gempa? Apa tindakan yang kita lakukan ketika terjadi gempa serta pasca gempa?
2. untuk Bencana Alam (Gunung Meletus) Pokok Bahasan : Jenis – jenis gunung yang ada di Indonesia,Bagaiman proses terjadinya?Apa tindakan kita bila terjadi gunug meletus?
Dan Bencana Alam –Bencana Alam yang lain bisa di buat Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan.
Dengan memasukan Ilmu Bencana Alam ke dalam kurikulum sekolah atau perkuliahan,anak -anak,remaja dan mahasiswa bisa menyikapi bencana dan bisa melakukan tindakan yang tepat berdasarkan bencana alam yang terjadi.Akan lebih baik lagi jika pelajaran tersebut ( Ilmu bencana Alam ) di sesuaikan dengan daerah masing-masing.Contohnya : Jogjakarta ada kemungkinan bencana alam yang terjadi adalah bencana gempa bumi dan gunung meletus,maka di fokuskan membahas bencana gempa bumi dan gunung meletus dalam setiap pelajaran di kelas.Pelajaran Bencana Alam bisa di laksanakan dalam satu semester saja dan diakhiri dengan praktek lapangan tentang sikap dan tindakan/aksi yang dilakukan ketika terjadi gempa.
Sekarang,tinggal satu pertanyaan yang tersisa,yaitu apakah pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional mau mengganggap penting Ilmu Bencana Alam atau tidak?Seandainya menggagap penting,tentu korban bencana alam dari kalangan pelajar akan berkurang dan para mahasiswa yang memahami bencana alam bisa menjadi ujung tombak dalam penanganan korban pasca bencana alam.Kita tunggu saja,kebijakan Pemerintah.

HEBATNYA GURU ANAKKU

“ Kata bu Tari caranya begini, yah”. “ Kata bu Tyas juga begini” kata anak saya saat mengungkapkan pendapatnya. Di sekolahnya peran guru sangat besar sehingga pendapat dan tingkah laku guru menjadi referensi anak dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebagai guru, saya kadang iri membayangkan keberhasilan para guru di sekolah anak saya yang telah dapat mempengaruhi hidupnya. Saya sering bertanya dalam hati, “para siswa saya seperti itu tidak ya?” Apakah saya menjadi acuan mereka dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi? Atau apakah saya dijadikan barometer para siswa dalam mengambil keputusan dan mengungkapkan sudut pandang mereka?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut penting bagi saya, sebab saya berkeyakinan bahwa apa yang saya ajarkan harus bermanfaat bagi mereka. Apa gunanya saya mengajarkan berjam-jam, berminggu-minggu dan bertahun-tahun, namun hal itu tidak bermanfaat bagi hidup mereka? Idealnya, apa yang kita ajarkan, entah ilmu pengetahuan, ilmu ketrampilan atau yang lain dapat diaplikasikan dalam lingkungan sekitar mereka. Jadi ilmu tersebut dapat di sebut acceptable ( dapat diterima) dan applicable (dapat diterapkan).
Guru mempunyai peran yang sangat signifikan dalam menunjang keberhasian belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa diukur dengan keberhasilan siswa dalam menerima ilmu tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari siswa. Maka keberhasilan belajar siswa yang berupa penilaian kuantitatif atau penilaian kualitatif yang diberikan guru disekolah adalah hasil belajar yang bersifat sesaat, sedang keberhasilan belajar yang hakiki adalah ketika ilmu tersebut bermanfaat dalam kehidupan para siswa.
Dengan mengajar yang baik atau melakukan proses belajar mengajar yang baik adalah salah satu cara untuk mentrasfer ilmu kita kepada para siswa. Kalau para siswa berhasil dalam belajar, maka secara langsung wali murid/orang tua siswa akan mengetahui kemampuan guru. Kenyataannya, banyak orang-tua siswa tidak mengetahui faktor-faktor yang menghambat keberhasilan belajar anaknya. Toh, apapun problem ketidak berhasilan dan keberhasilan seorang siswa, pasti gurulah yang menjadi sorotan. Kompleksitas permasalahan pembelajaran para siswa di sekolah, tugas para gurulah yang harus memecahkan. Ketika guru berhasil mengatasi masalah-masalah tersebut dan berhasil meningkatkan prestasi para siswa, maka guru tersebut dapat digolongkan sebagai guru yang hebat. Guru hebat adalah guru yang mau dan mampu berinovasi dan berkreasi untuk meminimalisir permasalahan yang timbul. Dengan berkurangnya permasalahan yang ada, diharapkan hasil belajar dapat memuaskan bagi para siswa maupun orang tua siswa/ wali siswa.
Mungkin saja, pemilihan guru favorit se-DIY yang diselenggarakan oleh MGLS (Musyawarah Guru Lintas Sekolah) bekerjasama dengan KR dapat dijadikan sebagai indikator hebatnya guru bagi para siswa, sebab pada akhirnya, penentuan guru favorit tersebut melalui SMS. Bisa jadi, yang mengirim SMS adalah para siswa kita atau orang tua siswa kita yang mengetahui track record yang baik terhadap kita. Siapa tahu, orang tua siswa kita mengirim SMS sambil bergumam,“hebatnya guru anakku, dapat lolos seleksi tertulis dan wawancara”. Siapa tahu?