Rabu, 04 Februari 2015

GURU YANG ISTIMEWA

“The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires.” (William Arthur Wad)

Guru yang biasa - biasa saja, ia mengajar dengan ceramah, guru yang baik dia mempraktekkan dan guru yang hebat adalah guru yang dapat menginspirasi.

 

     Penulis pernah mendengar sebuah cerita bahwa konon seorang guru yang telah berulang kali berprestasi di tingkat nasional, menolak diangkat menjadi seorang kepala sekolah. Ketika ia ditanya alasannya oleh seorang teman, ia menjawab bahwa seorang kepala sekolah banyak menimbulkan fitnah (syuudzon) bagi orang lain. Sehingga ia tidak mau menjadi seorang kepala sekolah. Itu sebuah cerita yang membuat aku agak optimis dengan orang - orang Indonesia, ternyata masih banyak orang yang baik. Dan itupun belum seberapa, yang membuat dia lebih istimewa, minimal disudut pandanganku adalah ketika ia diminta untuk mengajar sekolah negeri yang siswanya jelas lebih pandai daripada siswa yang sekarang ia ajar. Ia lebih memilih mengajar di sekolah swasta dan berada di pelosok desa. Konon katanya ketika ia ditanya mengapa mau mengajar di sekolah swasta, ia menjawab bahwa ketika guru mengajar siswa yang pandai pandai dan ia berhasil mengantar siswa memperoleh nilai yang maksimal, maka itu adalah hal yang wajar sebab siswa sudah pandai. Tetapi jika ia mengajar orang yang tidak pandai dan ia berhasil dalam kegiatan belajar mengajar maka itu sebuah prestasi dan kebanggaaan tersendiri.

     Bagi penulis, guru seperti dia sungguh jarang dapat ditemukan lagi dalam dunia yang serba konsumtif dan gila kedudukan ini. Inilah yang membuat istimewa bagi para guru yang mengenalnya. Kehati - hatian bertindak dan ketulusan mengabdi menjadi amunisi tersendiri untuk menjadi sosok yang istimewa. Penulis yakin bahwa dia tidak merasa seseorang yang istimewa tetapi siapapun yang mendengar kisahnya pasti berdecak kagum dan menganggap dia sosok guru yang istimewa. Bagaimana menurut anda?

Minggu, 01 Februari 2015

PERJALANAN KE BEKASI UTARA (1)

    Tanggal 29 Januari 2015, hari Jum'at jam 09.30 WIB aku mendapat undangan untuk menghadiri pernikahan, tepatnya sebagai saksi dalam acara Ijab Kabul tetangga rumah, depan rumahku. Sebagai tetangga yang baik aku mengiyakan saja ketika diminta untuk menemani tetangga tersebut mau menghadiri pernikahan anaknya di Kaliabang Tengah, Bekasi Utara. Karena anak sulung memang kerja di Jakarta dan mendapat calon istri orang Bekasi, walaupun sebenarnya orang tua si cewek tadi orang Boyolali, Jawa Tengah. Namun itulah jodoh siapa yang tau, tau - tau cocok saja terus nikahlah.
     Pagi itu kami kurang lebih ada 13 orang, yaitu aku dan keluarga jauh dan dekat tetangga yang mempunyai hajad naik Elf ke Jakarta. Tetapi anehnya kok ya melewati jalur utara padahal kalau mau lewat jalur selatan lebih cepat dan nyaman (mungkin). Berhubung aku cuma penggembira yang tidak mempunyai hak suara atau usul maka aku diam saja yang penting sampai tempat tujuan dengan selamat dan kembali dengan selamat serta utuh. Jam 09.30 WIB berangkat melewati Godean, Weleri, dan tiba di Temanggung pukul 12.00 WIB kami berhenti untuk melaksanakan sholat Jum'at di Masjid. Tiba di tempat tersebut ternyata hujan sangat lebat jadi kami keluar bis sambil berlarian. Setelah selesai shaolat kami melanjutkan perjalanan dan menginjak pukul 3.00 WIB kami berhenti untuk makan siang. Aku sekilas melihat daftar menu dan kulihat harga - harga makanan sangat mahal. Masak hanya mie rebus sampai 17.000 rupiah. Ah...yang benar saja. Tetapi ya..sudahlah lagian yang bayar yang punya hajad, tetanggaku aku hanyalah obyek penyerta. Tak berapa lama kamipun selesai makan dan minum serta istirahat sebentar. Perjalananpun berlanjut ke arah barat, bekasi. Kamipun berkendara terus melewati jalan pantai laut selatan (pantura) yang terkenal dengan warung remang - remang. Tetapi beruntung aku melewati jalan tersebut belum terlalu malam sehingga warung - warung tersebut belum buka (untung atau rugi ya?). Perjalanan yang melelahkan, tentunya karena kami sampai di tempat, di Kaliabang Bekasi Utara jam 01.30 WIB pagi sekali. Di sini saya tidak dapat bercerita banyak tentang perjalanan sebab banyak terlelap kalaupun tidak aku tidak dapat menikmati perjalanan tersebut berhubung kaca mobil dilapisi dengan plastik hitam atau memang kacanya yang hitam. Maklumlah mobil carteran kan seperti itu?