Rabu, 03 Januari 2018

MENULIS BUKU ANAK (1)

   
   Menulis buku bukan barang baru bagiku. #Halah. Eh, maksudnya menulis buku dewasa, semacam artikel atau cerita pendek gitu. Namun menulis buku anak ini beda. Sangat jauh beda. Dan aku beruntung pernah tercemplung dalam dunia anak, eh menulis buku anak. 
     Awal menulis buku anak bermula dari adanya lowongan partner menulis dari penulis buku anak. Dia, sebut saja Mas Redy Kuswanto (nama sebenarnya) mencari partner buku anak. Berhubung aku tuh orang yang gemar mencari lomba. Aku menyebut diriku itu Championship Hunter (pemburu kejuaraan). Di mana ada perlombaan, di situlah ada aku. Ya, minimal kalau aku mampu aku berusaha untuk ikut. Kalau tidak mampu biasanya aku akan up grade dengan mbah gugel atau tanya beberapa ahli. Atau orang yang pernah ikut lomba tersebut.
     Ya, pokoknya hampir setiap lomba aku ikut. Bahkan di kalender rumah, banyak corat-coretannya. Itu tandanya deadline suatu lomba. Dengan menuliskan, aku akan selalu lihat dan selalu ingat. Maka bila waktu mengizinkan dan sempat, pasti aku ikut. Jadi bukan suka atau tidak suka, selama itu mampu waktu, aku pasti ikut. Bagaimana kalau tidak mampu dengan jenis lombanya? Aku akan belajar dan mencaritahu. 
      Sebagai contoh, aku pernah ikut lomba membuat naskah skenario film pendek remaja. Dan tanpa banyak belajar dari orang, serius waktu itu aku belajar hanya dari gugel. Aku dapat lolos dan menjadi finalis di sana. Aku diundang ke Bali selama 5 (lima) hari dan mendapat satu laptop. Itu artinya kemampuan itu bisa kita gali. Dan yang lebih penting lagi kita berani mencoba. Soal menang kalah, lolos tidak itu, urusan nanti. Begitu pun untuk lomba-lomba yang lain.
      Aku juga pernah ikut lomba menulis lagu anak. Yah, namanya iseng-iseng berhadiah. Apa salahnya kalau dicoba. Enggak salah sih. Karena enggak salah maka aku coba. Syair sudah ditulis. Ritme atau irama lagu sudah dapat, tinggal not balok. Waktu itu aku tidak bisa membuat not balok. Akhirnya meminta pertolongan teman yang bisa menulis not balok. Akhirnya bisa jadi juga not balok tersebut. Tetapi masih ada kendala lagi, bagaimana dengan rekaman lagu tersebut.
         Bukankah tidak mungkin aku serahkan rekaman lagu dengan musik ala kadarnya. Aku memang bisa bermain gitar namun tidak secanggih Dewa Bujana atau AXL Rose. :D Aku bisa main gitarnya ya masih standar saja sih. Oleh karena itu, agar rekaman lagu itu terdengar merdu maka carilah aku, teman yang bisa main alat musik. Dapatlah seorang teman yang bisa memainkan keyboard, tepatnya organ tunggal. Maka aku minta tolong dia, untuk merekamkan lagu instrumentalia laguku tersebut. Tentu saja setelah kukirimkan not balok.
       Dan apa yang terjadi? Laguku tidak lolos dalam lomba tersebut. Padahal aku sudah berjuang mati-matian dan mengerahkan seluruh energi dan kemampuan. Tetapi memang mungkin bukan rezekiku. Akhirnya aku terima kekalahanku tersebut. Kemudian menjalani hidup seperti biasa. Aku sudah biasa tertolak, tidak lolos dan tidak menang, jadi kalau cuma tidak lolos itu sudah khatam. No galau no risau. Kalah coba lagi, tidak menang, ikut lagi.
       Berbeda dengan dua kisahku di atas, dalam seleksi menulis buku anak, aku lolos. Mas Redy mengumumkan aku sebagai yang terpilih. Betapa bahagia hatiku. Belajar dari pakar anak, eh pakar cerita anak. Ibaratnya aku yang masih newbie di penulisan cerita anak, langsung dapat mastah yang kelibernya nasional. Duh, berat. Namun aku harus berusaha keras. Setelah pengumuman tersebut, aku diajak pertemuan. Kalau tidak salah ingat dua atau tiga untuk membahas konsep buku.
       Kebetulan buku yang mau ditulis lebih komplek. Jadi ceritanya dalam satu judul besar menjadi tiga cerita. Wow. Misalnya nih cerita tentang burung, maka akan dibuat tiga versi. Versi pertama, cerita unik dari burung itu. Fakta unik dari burung itu. Versi kedua tentang burung di zaman nabi. Dan versi ketiga cerita rekaan atau imajinasi tentang burung tersebut. Aku harus membuat dua cerita tersebut, fakta unik binatang dan binatang di zaman nabi. Luar biasa.
      Sebagai pendatang baru aku harus bisa mengimbangi Mas Redy, minimal mengimbangi kecepatan menulis. Kalau soal benar salah, masuk akal atau tidak nanti akan dibetulkan beliau. Ibaratnya aku ini seorang pengrajin kayu. Aku memotong dan membentuk. Kemudian Mas Redy memperhalus dan memberi pernis kemudian dicat. Beliaulah yang membuat cerita itu menjaid asik dan menarik bagi anak-anak. Sementara aku masih belajar lagi tentang dunia tulis menulis buku anak.
         Beruntungnya aku mempunyai anak-anak yang masih kecil. Kadang aku bertanya kepada anakku yang palng besar. Dialah editor pertamaku. Setelah aku selesai menulis, aku biasanya memberikan naskah tersebut kepadanya. Dia biasanya membaca dan memberi komentar. Itu sangat menguntungkan bagiku. Bukankah bukuku nanti dibaca oleh anak-anak juga. Jadi tidak ada salahnya kalau anakku menjadi editor pertamaku. Ya, walaupun kadang mereka minta bayaran. Tidak apa-apa. Toh aku bilang kalau aku memberi bayaran saat naskah itu menjadi buku. Kemudian mendapat royalti. Lagian murah membayar dia, hanya lima ribu rupian per cerita.
       Begitulah lika-likuku menjadi penulis buku anak. Mungkin hanya sekelumit dan semoga bermanfaat bagi pembaca. Khususnya bagi diriku sendiri dulu sih. Yang jelas mulai saat ini aku lebih care dengan buku-buku anak, dunia anak-anak dan anakku. Hal yang paling menarik menulis buku anak adalah aku dan anakku bisa berkolaborasi membaca dan diskusi tentang cerita anak. Bukankah cerita anak bisa menyatukan duniaku dengan dunia anak? Nahm disitulah aku feel home.

Jumat, 15 September 2017

KONTEKSTUAL DAN MASUK AKAL

Jangan tanya tentang definisi di atas sebab arti kontekstual itu cakupannya sangat luas. Luas banget malah. Saking luasnya penafsirannya pun beragam. Nah, untuk penafsiran yang bebas tersebut, sekolah kami menafsirkan pembelajaran kontekstual itu dengan study tour. Dengan kata lain, piknik.
Untuk istilah piknik sendiri jarang kami gunakan karena kesannya gimana gitu. Kayak orang dolan-dolan dan tidak jelas juntrungannya. Kesan yang didapat hanya suka-suka dan hura-hura. Itu kalau menggunakan istilah piknik. Berbeda dengan study tour maka persepsi yang timbul adalah tour atau perjalanan yang mendqtangkan pengetahuan atau setidaknya kita bisa belajar di obyek-obyek wisata tersebut. Hm, apa yang bisa dipelajari dari obyek tersebut? Oh, banyak dong.
Kalau obyeknya ke Bali maka kita belajar tentang kearifan lokal dan kesenian. Kurang masuk akal? Okelah, kita akan mampir dahulu ke pacitan atau daerah Jawa Timur. Kemudian mampir ke museum-museum yang ada di sekitar tempat tersebut Di situlah anak-anak bisa belajar tentang benda-benda prasejarah. Kan itu tercantum dalam pembelajaran IPS, khususnya materi sejarah. Kalaupun tidak, minimal anak-anak belajar tentang masa lalu. Tidak selamanya kan masa lalu harus ditinggalkan dan dilupakan. Ada kalanya kita perlu kenang dan mengambil ibrah, mengambil pelajaran. Ya, pelajaran dari masa lalu. Pelajaran yang menyenangkan atau pelajaran yang menyakitkan. Pelajaran hati saat ditinggalkan, dicampakkan dan diduakan. Eh, ini bahas apa ya? 
Ah, pokoknya apapun yang terjadi di dunia dapat kita jadikan pelajaran, sekecil apapun peristiwa itu, pasti ada hikmah. Pasti ada pesan dan kesan. Namun untuk mendapatkan pesan dan kesan yang baik maka kegiatana pembelajaran kontekstual perlu dikoordinir dan dikelola dengan baik. Seperti kegiataan pagi ini kita rapat koordinasi kegiatan piknik, eh kegiatan pembelajaran kontekstual.

Rabu, 13 September 2017

TEACHER SUPERCAMP KPK

      Menjadi bagian dari Teacher Supercamp itu sesuatu banget. Siapa sangka hanya dengan 5 (lima) lembar kertas bisa berangkat ke Bali dan bergabung dengan guru-guru hebat dari seluruh Indonesia. Guru yang mempunyai ketrampilan khusus sebab hanya ada 4 (empat) bidang lomba di Teacher Supercamp (TSC) yaitu Cerita Bergambar, Komik, Cerita Pendek Anak dan Skenario Film Pendek Remaja. Nah, kebetulan aku lolos di bidang lomba Skenario Film Pendek. Hm, jujur aku belum pernah membuat skenario film pendek sebelumnya. Itu pun aku bisa hanya otodidak, mengandalkan imajinasi dan sedikit browshing di internet.
     Tak dinyana ternyata Skenario yang aku tulis dan berasal dari lingkungan sekitar dapat menarik minat para juri. Sehingga berangkatlah aku ke Bali. Tahu enggak bahwa kita di sana bukan lomba, kita malah dapat ilmu banyak sekali dari ilmu membuat buku dari Bapak Hernowo, ilmu menulis novel dari Ibu Helvi Tiana Rosa, Ilmu tentang perfilman dari Mbak Aci dan ilmu membuat komik. Biarpun semua masih gambaran umum dan belum detail, juga belum mendalam tetapi saat hari kedua, kami dipisah berdasarkan jenis bidang yang kita ikuti. Tentu dong, aku masuk di kelas skenario film pendek yang diajar oleh mbak Aci. Tahu kan siapa Mbak Aci? Mbak Aci itu penulis banyak sinetron dan FTV di televisi. Salah satu karyanya yaitu Si Entong. Nah, disitulah aku baru ngeh dan tahu kalau membuat skenario film itu harus detail dan komplit. Saat mendengar penjelasan tersebut aku menjadi malu sebab karyaku jauh, jauuuuh sekali dari kata sempurna. 
     Tetapi itulah kalau sudah rezeki, tentu tidak akan kemana. Pada waktu itu aku mengangkat cerita tentang kantin kejujuran. Biarpun setiap sekolah ada kantin kejujuran namun mungkin tidak ditulis dan mungkin tidak dibuat skenario. Skenario itu berupa dialog dan keterangan teknik pengambilan gambar. Padahal naskahku hanya membahas tentang dialog saja tanpa keterangan yang lebih komplit. Dan naskahku itu hanya lima lembar saja, ya lima lembar. Tahu enggak kalau teman sekamarku, yang juga sama-sama lolos skenario filmnya, ternyata membuat skenario sebanyak 30 lembar lebih. Beda jauh dengan punyaku. Dia bilang pernah ikut pelatihan seperti itu, berbeda denganku yang modal nekad saja.
    Dan setelah kulihat karyanya memang keren dan lengkap. Tetapi tak apalah itu memang masih mentah punyaku dan mungkin pula karena masih mental dan orisinil maka aku lolos. Apalagi mengangkat kisah nyata jadi klop deh. Setelah mengikuti pelatihan demi pelatihan, aku diwajibkan merevisi naskah, eh bukan hanya aku ding, semua peserta dan mengirimkan kembali. Katanya naskah skenario filmku dan teman-teman mau difilmakn. Aku jadi tidak sabar menunggu. Tahun kemaren diinformasikan tahun ini dbuat film tersebut. Tetapi kok belum ada ya? Ya, daripada nunggu bikin bosan kita lihat saja cuplikan perjalanan kami saat mengikuti TSC ya? Oiya, waktu ikut TSC kami dapat laptop dan program windows asli lho. Ya, namanya KPK masak program windownya bajakan, apalagi palsu kan tidak mungkin. Wong KPK itu Komisi Pemberantasan Korupsi kok mau macam-macam. Langsung saja deh, ini dia perjalanan TSC kami.
     Kalau di video ini aku jarang muncul, ya maaf saja. Sebab sebenarnya aku ini orang yang pemalu, kadang malah introvert. Jadi harap maklum saja. Namun bila diphoto itu terus dikasih amplop plus isinya tentu aku akan tampil maksimal. Dan akan terus-terusan tampil dalam acara tersebut. Ya, namanya juga cari rezeki. Jiah.


Selasa, 22 Agustus 2017

WISATA KULINER BANJARMASIN


Wisata kuliner Banjarmasin, Kalimantan Selatan menjadi agenda pertama di hari pertama. Setelah mendarat dengan agak mulus di bandara udara Syamsudin Nor, aku pun menuju mobil jemputan. Biasa nih kalau KPK punya gawe pasti servisnya habis-habisan. Ga nanggung gitu loh.
   Di bandara sudah ada yang jemput dan mengantar ke hotel. Jadi ingat waktu dulu terpilih Teacher Supercamp tahun 2016. Semua ya hampir sama, dilayani dan diwongke. Seperti kejadian hari ini, di hotel Mercure sudah ada panitia memesankan kamar, kita mah tinggal masuk dan istirahat sejenak. 
    Kebetulan aku terpilih dari sekian ribu, halah lebay, ya pokoknya aku terpilih dari sekian peserta untuk menjadi narasumber workshop anti korupsi. Ya, nanti tugasku share tentang kegiatan nyataku. Entah dalam pembelajaran atau dalam praktik antikorupsi di sekolah. Kita sharing saja. Siapa tahu ide atau kegiatan di sekolahku menginspirasi dan menjadi kegiatan di sekolah yang lain. Termasuk menjadi kegiatan di sekolah peserta workshop. 
    Kata panitia peserta workshop dari peserta TK sampai SMA. Jadi lumyan banyak. Kemudian aku harus ngomong di depan mereka. Presentasi gitu. Kemudian meyakinkan mereka bahwa kegiatan antikorupsi di sekolahku sudah berhasil. Layak mereka tiru. Tetapi memang tempatku sudah melaksanakan beberapa program antikorupsi. Kegiatan tersebut seperti kantin kejujuran, kegiatan membuat poster SPAK (Saya Pelajar Anti Korupsi), pemaparan informasi keuangan di papan pengumuman, website, SMS Gateway (ini dulu) dan masih banyak lagi. Termasuk membuat hiasan gantung anti korupsi dan digantungkan di pohon-pohon depan kelas masing-masing. 
   Berhubung aku tiba di hotel siang hari, maka acara makan siang sudah lewat, tinggal nunggu makan malam. Makan malam yang ditunggu-tunggu juga belum ada, maka aku pun berinisiatif mencari makanan sendiri. Malu kan kalau asal datang dan makan di hotel yang masih asing gitu. Dari pada nunggu lama dan perut kelaparan aku keluar hotel mencari makan. Untungnya hotel itu bersebelahan dengan sebuah mall. Dari sekian pilihan makanan yang ada di mall, aku memilih makan di KFC, bukan apa-apa dan bukan pula anti makanan Indonesia. Hanya dalam bayanganku KFC itu ayamnya kriuk dan renyak jadi tentu lebih krispi. 
    Apalagi minyak dalam daging ayamnya tidak terlalu banyak, malah bisa dibilang tidak ada minyak goreng yang menempel di ayam gorengnya. Jadilah aku pesan satu dada goreng, dua nasi (maklum dari siang belum makan), soup bening dan soft drink. Begitu kelar bayar, kuterima makanan di nampan dan mencari tempat duduk. Hm, kayaknya enak nih, duduk di dekat kaca, pinggin jalan. Makan sambil melihat orang lalu lalang, ramai dan bisa cuci mata. Nampan sudah kutaruh dan menarik kursi kemudian duduk senyaman mungkin. 
    Makan malam siap disantap. Suapan pertama masuk ke mulus dengan mulus dan lanjut ke suapan kedua. Belum masuk ke mulut, ada WA dari panitia KPK kalau malam ini akan makan malam di sebuah warung makan yang terkenal di Banjarmasin. Kita mau wisata kuliner yang ada di Banjarmasing, Kalimantan Selatan. Pak sopir ternyata orang sini dan hafal daerah ini serta menu makanan yang enak. Akhirnya, kita berlima meluncur ke masakan yang maknyus dan top markotop, namanya Lontong Orari.
   Denger-denger dulu warung makan ini ada di stasiun radio Orari jadi dipakailah nama itu. Di warung makan Orari ini yang paling enak katanya lontong Haruan, ayam dan telurnya. Langsung saja deh, tanpa pesan mereka sudah memesankan menu andalan itu. Tak berapa lama, lontong Haruan pun mendarat di depanku. Dan rasanya mak nyus. Sekilas seperti gulai tetapi lebih manis dan rasanya nendang. Wah, enggak rugi bisa ke sana dan mencicipi makanan lezat tersebut. Kurasa kalau aku tidak menulis tentu aku tidak bisa terbang ke mana-mana. Itulah keuntungan kita mau menulis, bisa merasakan wisata kuliner di Banjarmasin. Sudah transportasi dan akomodasi gratis masih ditraktir makanan enak-enak. Luar biasa.