Selasa, 30 Januari 2018

BEDAH KISI-KISI UJIAN NASIONAL TAHUN 2018

Fasilitator Bedah Kisi-kisi UN
    Hampir sama dengan kegiatan daerah lain sih, para guru dikumpulkan, terutama guru kelas 9. Apalagi bila guru tersebut mengampu mata pelajaran Ujian Nasional (UN). Tidak ada kata libur. Pokoknya terus berjuang, meningkatkan kemampuan siswa. Melalui para guru UN-lah para siswa bisa meningkatkan diri. Minimal mereka tidak bingung lagi saat menjawa soal-soal Ujian Nasional. 
    Tidak mudah lho menjawab soal-soal UN tersebut. Contohnya hari ini, Selasa 30 Januari 2018, para guru bahasa Inggris kelas 9 di Kabupaten Bantul kita coba mengerjakan soal Ujian Nasional. Soalnya pun bukan soal baru. Itu soal UN tahun kemaren, yang siapa tahu pernah dikerjakan atau dibahas bersama para siswanya. Namun tidak mengapa, yang penting guru merasakan sensasi mengerjakan soal UN. Bisa jadi lho nilai para guru tidak bagus. Atau jangan-jangan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)? Wow kan kalau ternyata gurunya sendiri tidak bisa mencapai KKM. Padahal mereka sering mengejar-ngejar siswa untuk mencapai nilai tinggi, minimal nilai di atas KKM. 

Senin, 29 Januari 2018

TIPS MEMBAGI WAKTU ALA JACK MAA (YAR)

 
Menulis di mana pun, kapan pun
    Sebenarnya tidak ada yang spesial sih apa yang aku lakukan. Biasa saja. Wajar saja. Tidak ada wah, wow apalagi weh. Namun kalau dianggap sesuatu baiklah aku coba berbagi. Untuk waktu kan kita sebenarnya sama, 24 jam tidak lebih dan kurang. Jadi ya segitu-gitu saja dan harus dibagi dengan baik, kalau perlu lakukan dua hal dalam waktu yang bersamaan. Apa bisa? Mungkin sih. :D Kadang aku tidak sadar waktu melakukan dua hal dalam waktu yang bersamaan.
    Baiklah mari kita mulai berbagi ini. Eh, iya tapi diingat ya bisa jadi tips ini berlaku untuk beberapa orang saja. Minimal saya sendiri. Dan mungkin tidak berlaku dan bekerja untuk orang lain. Jadi sesuaikan saja. Sebab layaknya obat, tips itu tidak dapat menyembuhkan segala penyakit. Bila ada obat yang menyembuhkan segala penyakit, pasti obat itu akan laris dan yang lain tidak laku. Sik sik, ini sebenarnya mau ngomongin tips apa obat sih.
    Kita mulai dari pertanyaan-pertanyaan ya? Ya, elah. Dari tadi ngomong juga gitu. Oiya ini pertanyaan dilontarkan oleh Mas Dwi sebagai founder trenlis.co dan juga pendiri komunitas Temu Penulis Yogyakarta. Tentu saja, pertanyaan ini bukan untuk dirinya, untuk teman-teman semua, termasuk aku. Dah, kita mulai saja.

Bagaimana caranya agar mengajarnya jalan terus?

    Sebagai guru tentu tugas utamanya adalah mengajar. Namun yang perlu diingat guru itu hanya mengajar 25 jam per minggu. Sangat sedikit sekali kan? Jadi waktu yang tersisa banyak. Banyak untuk melakukan hal-hal luar biasa yang lain. Emang sih sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara), dulu namanya PNS, beban kerjanya 37,5 jam per minggu. Jadi tinggal dikurangkan saja 37,5 jam dikurangi beban mengajar 25 jam. Sisa jam tersebut kita menganggur total. Bagi guru yang tidak menjabat apa-apa sih. 
    Jadi setelah kita mengajar, kita diwajibkan stay di sekolah sampai batas waktu tertentu. Misal nih, hari Senin sampai Kamis, kita boleh pulang setelah pukul 2 siang. Mengajar itu hanya sampai pukul 12.30 atau 13.00 terus pulangnya pukul 14.00. Nah, selisih waktu itu bisa kita gunakan untuk kegiatan apa pun. Bisa pergi ke perpustakaan, bisa menulis artikel, bisa membuat media pembelajaran yang baru kemudian dilombakan atau bisa juga kita hanya ngerumpi dan ghibah. Silakan pilih bila Anda guru dan sudah ASN. Jadi kadang aku itu heran jika seorang guru kok kerepotan untuk menulis. Wong waktunya saja banyak.
   Eits, jangan bilang saya seorang laki-laki yang tidak serumit dan seabreg kerjaan seperti perempuan. Yang konon katanya seorang perempuan itu sudah disibukkan dengan kegiatan atau kerja di rumah. Yang masaklah, yang mencucilah, merngurus anak dan lain sebagainya. Tahu enggak sih, kalau aku juga melakukan hal itu. Aku juga memasak, mencuci, malam menemani anak-anak belajar, antar jemput anak dan pekerjaan emak-emak yang lain. (Eh, ini riya enggak ya?)
   Lepas dari itu semua, mengajar itu utama, pokok dan kudu plus wajib dilakukan. Lah, kalau tidak mengajar nanti, tidak digaji. Itulah satu-satunya dan utama mencari nafkah. Sukur-sukur di samping dapat gaji, juga dapat pahala. Sebagai guru itu kan ladang ibadahnya banyak sekali. Jadi nikmati, jalani dan ikhlas hati. 

Bagaimana membagi waktu untuk ngeles?

    Ngeles di sini maksudnya memberi tambahan materi pelajaran, bukan ngeles untuk menghindar atau mengalihkan pembicaraan.  Kalau kegiatan ngeles itu sudah terjadwal dari sekolah. Jadi bukan buka les-lesan. Ini tugas dari sekolah. Aku tidak membuka les-lesan atau privat sebab belum bisa komit. Di samping, aku harus meninggalkan atau menghabiskan waktu untuk orang lain sementara keluarga butuh waktu itu juga. Beberapa orang yang meminta les, aku tolak sebab aku belum bisa meninggalkan family time. Kasihan saja waktu untuk keluarga berkurang. Belum kalau ada yang les di rumah, terus anak ikut-ikutan ngajarin. Duh jadi kacau entar. Sudah terbayang sih kejadian seperti itu. Maklumlah punya anak yang hiper aktif semua. 

    
Bagaimana membagi waktu untuk jalan-jalan bersama keluarga?

    Jalan-jalan bersama keluarga biasanya kami lakukan tiap hari Minggu. Saat semua anak-anak libur sekolah. Walaupun tidak selalu pergi tiap hari Minggu sebab jadwal kerja istri yang tidak menentu. Maklumlah istri kerja tidak pergi pagi dan pulang sore seperti aku. Bahkan dia hari libur atau Minggu juga masuk. Apa pekerjaan istri? Entar aja deh, aku mengulas di kesempatan yang lain. (Modus menyembunyikan identitas istri) 
    Kadang kami juga pergi jalan-jalan di sore hari, ya sekadar membeli makanan untuk anak-anak. Kadang fried chicken, kadang nasi kucing, kadang mie godog. Eh, kalau mie godog yang suka orangtuanya ding. Untuk anak-anak ya nasi kucing atau fried chicken. Itu salah satu refreshing buat keluarga. Makan bareng-bareng dan senang bareng-bareng. Kalau bisa pergi bersama di hari libur, ya kami akan pergi ke tempat yang dekat dan alami seperti pantai, laut atau kolam renang. Pokoknya kalau ada airnya, anak-anak kok seneng. Padahal orangtuanya dulu tidak senang kekeceh (mainan air)

Bagaimana cara konsisten mengirim tulisan Web TPY?


    Biasanya kalau waktu memungkinkan maka aku mencoba sekali duduk membuat satu tulisan. Dan untuk Web TPY kan setiap minggu jadi bisa dibuat pas hari Minggu. Terus diposting setelah tengah malam. Sehingga di minggu berikutnya, tidak keteteran lagi. Kerjakan di awal biar tidak pontang-panting.  Terus sebaiknya jenis tulisannya apa? Kalau aku mencoba sesuatu yang aku belum kuasai. Kenapa? Karena aku ingin bisa. Apalagi jika ada event lomba maka naskah kita sebagai latihan untuk lomba. 
    Sebab nanti naskah kita akan direview dan diberi masukan. Dengan review dan masukan tersebut, kita tambah mahir dan PD. Jadi pas event mendekati DL kita bisa segera kirim. Ya, minimal kita sudah belajar saat membuat naskah tersebut. Sebagai contoh besok bulan depan ada lomba cerpen maka kita mencoba menulis cerpen. Kemudian dikirimkan ke Web TPY untuk belajar tentang cerpen. Aku sih begitu. Enggak tahu kalau Dhani.

Bagaimana cara review tulisan bisa oke?

    Sebenarnya bukan oke atau tidak, lebih tepatnya cepat atau tidak. Kalau review-ku oke atau tidak tanyakan ke orang yang tulisannya ku-review. :D Untuk review yang cepat aku biasanya membiasakan dengan sekali buka e-mail langsung review. Jangan hanya didonlot saja. Namun begitu selesai didonlot, langsung direview dan kalau memungkinkan langsung dikirim balik. Agar apa? Agar tidak ada utang yang harus kita lunasi di kemudian hari. Misal kok tidak bisa kelar me-review, -yang disebabkan kegiatan yang lain- kita beri tanda warna merah pada baris yang belum selesai kita review. 
    Pokoknya sempatkan untuk menyelesaikan pekerjaan sedini mungkin. Jangan tunda-tunda. Apalagi sampai dua hari, tiga hari atau setahun. Eh, setahun ada enggak ya? Enggak ada lah yaw. Kan tiga hari telat saja langsung didrop, tidak bakal tayang. Duh, ngeri sekali.

Bagaimana cara garap naskah proyek yang cepat?

    Hampir sama kasusnya dengan mereview, kerjakan secepatnya dan di mana saja. Seperti sebuah iklan produk,; kapan saja dan di mana saja kerjakan tugas itu. Selesaikan naskah proyek itu. Bagaimana dengan waktu kita. Halah, jangan banyak alasan. Ada banyak perangkat yang bisa kita gunakan untuk memudahkan usaha kita tersebut. Beberapa kali aku menulis tentang naskah proyek di Fb sebab tidak ada kesempatan membuka laptop. Di samping itu, ide begitu saja muncul, untung ada HP maka aku tulislah di Fb. Ya, memang tidak harus komplit naskah kita. Bisa juga setengah mateng. Tidak perlu menulis secara lengkap naskah kita, cukup poin-poinnya saja.
    Atau bisa juga kita tulis tanpa ending. Terus kita posting di Fb nanti kita akan mendapatkan ending dari teman-teman Fb kita. Dan kadang ending dari teman-teman Fb kita bisa bagus dan di luar rencana kita. Akhirnya kita mendapat wawasan baru. Kadang juga aku menulis di Fb kemudian aku privasi, tidak dipublik agar naskah itu aman dari hal-hal yang tidak diinginkan. 

Bagaimana cara ikut lomba bisa tepat waktu? 

    Enggak selalu tepat waktu sih, yang bener sebelum deadline. Bagaimana itu bisa terjadi dan selalu ingat tanggal deadline? Ya, seperti yang sering aku gembar-gemborkan, aku memberi tanda di kalender. Tanggal deadline tersebut aku lingkari dengan spidol supaya dapat dilihat dengan jelas. Kemudian di tulis jenis lomba apa yang ada di tanggal tersebut. Misal tanggal 14 Februari 2018 besok ada lomba cerpen maka tanggal 14 Februari di kalender aku lingkari. Lalu aku tulis "lomba cerpen TPY" bila tidak mungkin panjang-panjang maka kutulis saja "cerpen TPY." Dengan singkat dan padat seperti itu aku sudah tahu besok tanggal 14 Feb ada lomba cerpen. 
    Tidak itu saja sih, di laptop juga kuberi folder mengenai bulan dan tanggal deadline. Di anak folder itu tersimpan poster lomba dan syarat-syarat mengikuti. Tampaknya semua reminder lengkap jadi tidak ada alasan untuk telat ngirim. Kalau yang terjadi selama ini ya tidak ngirim karena tidak menguasai medan lomba. Kalau tidak menguasai, dipaksakan yang tidak akan sempurna. Walaupun yang belum pernah ikut lomba itu hanya lomba komik, lomba pidato dan lomba menyanyi. Namun kalau lomba tulis menulis, aku usahakan untuk ikut. Menang atau kalah, bisa atau tidak, aku tetap ikut. Siapa tahu ya jurinya khilaf terus aku dimenangkan. Yey, aku bisa juara. Aamiin.
   

Jumat, 26 Januari 2018

NGERINYA UJIAN NASIONAL TAHUN 2018

  Untuk mengantisipasi jeleknya nilai Ujian Nasional, menyebabkan banyak orang kalang kabut. Jangan kan guru, pemerintah saja sampai kalang kabut. Bahkan selalu berlomba antar daerah. Pemerintah pusat pun tak mau kalah, selalu menaikkan grade dan nilai minimal siswa. Itu pemerintah pusat, bagaimana dengan pemerintah daerah?

     Tetap saja pemerintah daerah saling berlomba. Lomba ini bukan hanya antar provinsi namun juga antar kabupaten.  Seperti yang terjadi di Provinsi Yogyakarta. Di provinsi ini pun saling berlomba antar kabupaten. Tidak kalah juga kotamadya tertantang untuk ikut berlomba. Jadinya berlomba antara 4 kabupaten dan 1 kotamadya. Siapa yang terbaik di tahun ini. Tidak ada yang mau mengalah semua ingin nomor satu. 

    Begitulah yang kami lakukan siang itu, Kamis 25 Januari 2018. Kami juga melakukan persiapan untuk menghadapi Ujian Nasional. Layaknya perang dan menghadapi sebuah monster maka perlu persiapan maksimal. Dari membedah kisi-kisi Ujian Nasional dan mengimbaskan kepada semua guru di kabupaten Bantul. Minimal mereka bisa memahami tentang bentuk soal Ujian Nasional tahun 2018 ini. Kalau ditanya maksimal maka harapannya mereka bisa membuat soal yang mirip dengan Ujian Nasional.

    Apakah bisa Tentu harus bisa dong, apalagi bagi guru kelas 9 wajib bisa membuat soal yang mirip dengan Ujian Nasional. Agar apa? Agar ternyata sulit membuat soal itu. Ternyata susah juga untuk menjawabnya. Dan begitulah yang dirasakan oleh para siswa kita, ngeri dengan Ujian Nasional. Namun mau bagaimana lagi ini hanya proses untuk berkembang, proses untuk maju dan proses untuk dapat diukur secara nasional.


Rabu, 24 Januari 2018

Sepatu Baru Untuk Guru

   
      Senang aja rasanya ada seorang pimpinan yang peduli dengan bawahannya. Ceritanya gini, dia sebut saja bu kepala sekolah membelikan sepasang sepatu kepada semua guru. Ya, semua guru. Tanpa kecuali. Entah uang darimana. Namun aku tidak layak bersuudzon sih. Terima aja dan nikmati saja. Tidak perlu protes. Walaupun ada juga sih teman yang protes katanya sepatunya kegedean.

     Padahal sekolah sudah mengundang si pembuat sepatu. Itu artinya sudah diukur sesuai dengan ukuran kakinya. Lah, kalau akhirnya berbeda dengan ukuran kaki lalu yang salah siapa? Apakah pembuat sepatu? Tentu tidak bukan? Yang salah ya bu kepala sekolah :D Kenapa mengasih sepatu. Kalau tidak dikasih tentu tidak ada yang protes. Kalau tidak dikasih tentu akan membeli sendiri. Pada akhirnya kalau mau protes ya protes pada dirinya sendiri. Wong yang membelikan dirinya sendiri.

      Ada juga yang lebih aneh. Dia minta uangnya saja, terus mau membeli sendiri. Tidak mengikuti prosedur yang dilakukan di sekolah. Kalau di sekolah kan mengundang pembuat sepatu, lalu kita antri untuk ukur sepatu. Kemudian kita menunggu sepatu jadi. Begitu semuanya kecuali si ibu itu. Masak mau minta uangnya saja. Katanya mau membeli sesuai selera sendiri. Katanya kalau dibuatkan nanti takut tidak cocok dan terasa sakit di kaki. Ah, ada-ada saja.

      Iya kalau dibelikan sepatu. Kalau nanti malah dibelikan yang lain? Jilbab mungkin, baju atau malah lauk pauk? :D  Negatif thinking banget nih. Habis enggak masuk akal saja. Kalau dikasih itu ya diterima saja dan dinikmati saja. Tidak perlu mengharapkan yang lain. Wong ini aja gratis. Gratis gitu loh. Malu kan masih menawar.

       Dan ingat mungkin tidak semua sekolah melakukan hal ini. Tidak semua sekolah memberikan sepasang sepatu kepada gurunya. Tepatnya tidak semua kepala sekolah berpikiran dan memikirkan para gurunya. Jadi ini luar biasa saja, memiliki seorang kepala sekolah yang perhatian. Jadi tambah semangat untuk bekerja kalau seperti ini. 

       Padahal lho ya, sebelum memberikan sepatu ini bu kepala pernah memberi tas punggung. Tas itu juga dibuat seragam. Semua guru mempunyai dengan tentu saja logo SMP kita. Itu diberikan setahun yang lalu kalau tidak salah. Pokoknya berlum lama sebab masih bisa dipakai dan layak nih jadi belum lama kan kan? Iya aja ya?