Selasa, 06 Februari 2018

Hadiah True Story 1 Jeti

"Bun, aku keluar sebentar."
"Ke mana?" tanya istri.
Aku segera menunjukkan HP-ku. Tertera di situ ada postingan dari penyelenggara true story (Mas Dwi Suwiknyo).
"Pak, bisa datang? Saya tunggu untuk pembagian hadiah."
Begitu bunyi WA yang kutunjukkan kepada istri.

"Terus, maksudnya bagaimana?"
"Ya, aku minta izin untuk mengambil hadiah."
Istri diam saja. Namun itu artinya diperbolehkan. Bukankah perempuan selalu begitu? Diam itu artinya mau. Walaupun kadang diam itu artinya emas. Emas itu kuning dan kuning itu.. (ah sudahlah)

   Begitu mendapat lampu ijo (menurutku sih), aku meluncur menuju rumah Mas Dwi Suwiknyo. Pernah datang ke sana, jadi aku tidak sulit menemukan. Dengan PD-nya aku geber sepeda motor membelah malam. Malam itu, yang tadinya hujan deras, kok ya langsung reda. Mungkin memang rezekiku malam itu. Melewati jalan Parangtritis yang lengang, aku mengendarai dengan kecepatan 50km/jam. Tidak terlalu cepat memang. Namun entahlah mengendarai sepeda motor matic itu agak sulit. Mana perneling enggak ada, apalagi kopling. Beugh.

    Memang sih, sepeda motor matic itu sepeda motor yang ramah emak-emak. Tinggal gas pol, rem pol lancar. Begitulah sistem kerja sepeda motor matic. Aku yang tidak biasa menaiki sepeda motor matic, sedikit kesulitan. Enggak bisa menginjak rem, sedikit mengkhawatirkan. Bagaimana kalau tiba-tiba ada sepeda motor nyelonong. Wah, bahaya. Mengandalkan rem tangan kok kurang mantap. Solusinya ya pelan-pelan saja jalannya.

    Kira-kira 20 menit perjalanan sampailah aku di ring road selatan. Jalanan ini juga tampak lengang dan basah. Hanya beberapa kendaraan yang lewat. Hujan yang turun beberapa menit sebelumnya membuat orang-orang malas untuk ke luar rumah. Berbeda denganku, yang penuh semangat. Terbayang sudah hadiah lomba true story. Apalagi kali ini naskahku lolos dua. Bisa dihitungkan, kalau untuk satu naskah dapat 500ribu maka kalau lolos dua, aku dapat 1juta. Jumlah yang cukup besar untuk membeli bakso tusuk. 

    Minimal memberi komisi untuk istri sebagai tanda terimakasih telah diberi izin ke luar. Terus berbagi juga dengan anak tersebab telah menjadi anak yang menurut. Paling tidak kasih saja 50ribu cukuplah. Toh, masih anak-anak. Jangan banyak-banyaklah, wong namanya masih anak-anak. Tidak elokkan memegang uang yang gede. Masih anak-anak gitu loh. Takutnya kalau diberi uang 100ribu malah untuk beli tela-tela. Lah, malah dapat satu gerobaknya. Jangan-jangan dapat penjualnya juga. #jiah

    Setelah melewati beberapa tikungan, eks terminal bus Giwangan juga sudah kulewati. Tinggal lurus saja. Sekarang memasuki gang kecil. Entah mengapa perjalanan ini terasa lama dan tidak segera sampai tujuan. Apakah ini karena aku ingin buru-buru sampai? Atau memang aku agak lupa jalannya. Semoga aku benar, batinku. Aku terus mengendarai pelan-pelan, takut terlewat gangnya. Gang pertama terlewati, gang kedua sudah terlewat dan gang ketiga juga sudah terlewati. Tetapi kenapa malah sampai masjid. Harusnya kan sebelum masjid belok kiri. Haduh nyasar.

    Benar saja, aku keblandang (opo yo bahasa Indonesiane?). Aku bantir stir, balik lagi. Ya, gang yang kutuju sudah kulalui. Gini ya perjuangan mau mendapatkan uang satu jeti. Enggak papa lah, perjuangan. Aku belok dan masuk gang menuju rumah Mas Dwi. Alhamdulillah, tuan rumah sudah menunggu dengan uang segepok. Uang itu katanya, hadiah untuk semua yang lolos true story, baik yang tema 1 maupun tema 2. Dan aku lolos kedua-duanya. : D Baru kali ini aku lolos kedua-duanya dan mendapat rezeki nomplok. Alhamdulillah.

Curcol (Curhat colongan)

    Gambar di atas, bukan buku true story yang aku bicarakan. Namun itu buku hasil lomba true story juga untuk tema Riba. Alhamdulillah, aku juga lolos dan mendapat uang 500ribu. By the way, tentang apa sih ceritaku? 

Itu kisah tentang diriku yang pernah tersesat dalam riba. Kendaraan rela kredit, rumah hasil kredit, seakan hidup komplit dan elit. Tapi ternyata, hidup malah semakin terlilit. Dan tampak kehidupan terjepit, tidak semulus yang kukira. Apakah itu artinya tidak berkah? Lalu bagaimana aku lepas dari semua itu? Semua jawaban ada di buku ini. 

Mumpung masih promo, silakan order ke aku biar tahu ceritaku dan cerita teman lain soal riba.

Buku ini diskon 20% sampai tanggal 15 Februari 2018

Senin, 05 Februari 2018

Kisah Untuk Sekolah

    Tidak harus biaya yang mahal. Murah pun bisa dilakukan dengan meriah. Ya gimana tidak meriah ya? Wong, semua siswa diundang dan dikumpulkan menjadi satu. Asal bareng-bareng tepuk-tangan ya ramailah. Entah dengan maksud apa ulang tahun kali ini dilaksanakan dengan sederhana, Cukup sederhana malah. Kita hanya disuguhi setumpeng nasi kuning dan sekumpulan balon udara. Terus ditambah satu band sekolah. Udah deh pasti ramai.

    Begitulah acara ulang tahun kami, Senin 5 Februari 2018. Kami (kami?) Aku tidak ikut ding,wong disiapkan OSIS. Saat aku datang, semua sudah siap. Acara langsung dimulai dengan pembagian sedekah untuk para anak yatim dan piatu. Tidak perlu nyari susah susah dan ke mana mana. La wong di sekolah ini saja, banyak anak yatim dan piatu. Malah aku sendiri juga anak yatim. Namun ya jelas aku tidak dapat, kan aku sudah bekerja. Tapi kalau dikasih ya jelas aku tidka menolak. #halah matre.

   Ada beberapa guru yang memberikan amplop sumbangan kepada anak yatim piatu. Namun tetap yang nomor satu memberikan adalah ibu kepala sekolah. Setelah pembagian sedekah ke 20 siswa dilanjutkan sambutan kepala sekolah. Biasanya kalau ibu kepala sekolah menyambut selalu bersemangat dan penuh kata-kata motivasi. Kelar bu kepala sekolah dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng. Nah, ini sayang sekali. Tumpeng yang sudah bagus-bagus, menjulang tinggi eh kok malah dipotong. Jadi tidak eye catching, malah berantakan. Ibu kepala sekolah mengiris ujung tumpeng, Tidak hanya sekali namun dua kali. Satu untuk guru pembina OSIS dan satu lagi untuk ketua OSIS. 

   
    Berbarengan dengan pemberian sepiring nasi tumpeng, iringan lagu "Selamat Ulang Tahun" dari Jamrud pun berkumandang. Semua guru dan siswa bernyanyi bersama. Berikutnya, pembacaan doa untuk semua warga sekolah yang disampaikan oleh salah satu siswa yatim piatu. Habis tuh, pembacaan puisi oleh salah satu siswa. Duh puisinya menyentuh deh. Dia nangis enggak tuh?

    Kemudian dilanjurkan dengan pelepasan balon udara ke udara. Ya iyalah balon udara ya ke udara. Kalau ke laut namanya balon laut. Dengan pelepasan balon tersebut maka acara lain-lain yang berupa hiburan ala kadarnya dimulai. Pertama hiburan dari siswa -kebetulan dia memiliki suara bagus- menyanyikan lagu-lagu pop sampai lagu dangdut. Ugh dasar anak-anak lagu-lagu kekinian mereka selalu haafal. Tidak hanya itu teman-teman yang lainnya pun ikut menyanyikan.

   Dari lagunya Virgoun "Surat untuk Starla", lagunya Via Vallen "Sayang" sampai lagu-lagu yang sedang ngehit saat ini. Ah, memang benar ulang tahun itu tidak perlu mahal. Pun ulang tahun sekolah, yang biasa saja, yang penting irit. Eits, yang penting berkesan ding. Toh tahun lalu -saat kita ulang tahun ke 40- kita sudah merayakan dengan meriah. Malah sekolah mengundang wayang kulit segala. Wayang kulit semalam suntuk lo. Belum lomba jalan sehat dan lomba-lomba yang lain. Wah, saat itu sangat meriah sekali.

    Jadi kalau sekarang biasa saja ulang tahunnya, wajar saja, tidak masalah bukan? Toh kita pernah melakukan yang lebih meriah, lebih wah dan lebih dari luar biasa. 

Sabtu, 03 Februari 2018

Program Pertukaran Guru Indonesia Ke Korea Tahun 2018

   
   Wow, ini kesempatan bagi para guru untuk bepergian ke luar negeri. Apalagi luar negeri nih keren abis Mas Bro, ke Korea Selatan. Korea itu kan pusatnya artis-artis Korea, K-Pop dan seabrek seni serta makanan yummy-nya. Tahu enggak sih, kalau lolos, kita akan berada di Korea Selatan selama 3 (tiga) bulan. Cukup lama bukan? Makanya bagi yang jomblo segera gih daftar ke program ini. Oiya, kamu yang jomblo dan seorang guru. Sebab penawaran ini terbatas bagi para guru. Bagi guru yang masih jomblo ada nilai plusnya yaitu bisa menggaet cewek Korsel. Siapa tahu, dalam tiga bulan bisa PDKT (Pendekatan) dan lamaran. Ahay. Itu yang jomblo dan ingin nambah lagi. Ups. Sedang makan kali. Nambah.

    Program ini kerjasama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesaia dan Pemerintah Korea. Dalam bahasa kerennya program ini bernama "Indonesaia-Korean Teacher Excange" dan pertukaran ini telah berlangsung sejak tahun 2013. Kok baru tahu sekarang ya? He eh, aku juga baru tahu sekarang. Nah, mumpung sudah tahu, ayo daftar saja. Soal usia tidak jadi masalah sebab guru berumur 45 tahun ke bawah masih boleh kok. Dan syarat lainnya sepertinya tidak sulit. Lha wong cuma sehat jasmani dan rohani, guru SD, SMP dan SMA, pengalaman mengajar 5 tahun dan nilai toefl 450.

    Tidak terlalu sulit bukan? Apalagi nilai toefl-nya 'cuma' 450. Eits, jangan diremehkan 450 itu nilai toefl yang termasuk tinggi lho. Enggak tinggi amat sih. Sebab untuk program pertukaran yang lain skor toefl malah harus di atas 500. Bahkan beberapa tempat harus di atas 550. Duh, kalau yang terakhir itu kok agak berat ya? Makanya mumpung semua syarat dimudahkan maka segera ikuti dan lengkapi syaratnya. Aku saja mau ikut. Weh, tapi kan sudah mempunyai anak dan istri. Kan tidak jadi masalah. Tidak diwajibkan harus singgle atau nikah siri kok. Jadi yang nikah resmi tentu boleh lah. 


    Dari sekian syarat yang tertulis, hanya satu yang menurutku agak sulit yaitu meminta surat izin dari kepala dinas kabupaten. Aku jadi menyadari siapa sih aku ini? Emang sudah oke? Sudah keren kok mau ikut seleksi-seleksian segaal. Aku kan hanya remukan peyek di kaleng Kong King. Namun kalau tidak dicoba kok sayang. Ke luar negeri gratis gitu loh. Bismillah saja deh, semoga semua dilancarkan. Toh kalau rezeki tidak akan lari ke mana. Oleh karena itu, tinggal mencari waktu dan kesempatan untuk melengkapi syarat yang terakhir.

    Sebab syarat-syarat administrasi yang lain seperti photo copy KTP, SK dan pas photo gampang dicari. Sementara yang satu itu, aku harus ke dinas dan meminta surat izin. Lha namanya ASN (Aparatur Sipil Negara) ya harus manut pimpinan. Ada kegiatan ya laporan. Mau pergi ya laporan. Enggak bisa seenaknya sendiri, wong digaji negara. Kecuali sudah dapat izin terus ke Korea Selatan, kan asyik banget tuh. 

Jumat, 02 Februari 2018

Lomba True Story (Lagi) di Bulan Februari 2018

   
    Sudah pernah ikut Lomba True Story dan belum lolos? Atau belum menang? Jangan khawatir ada cadangannya nih. Walaupun hadiahnya tidak gede-gede amat sih. Namun lumayanlah, bisa untuk beli bumbu dapur. Halah. Menurut kabarnya nih ya, hadiahnya sebesar Rp.200.000 plus sepaket buku dari penerbit. Gimana? kamu tertarik? Enggak punya kisah? Wah, kasihan nih. Makanya kalau hidup itu banyak masalah, biar bisa buat cerita true story. #ups. Enggak gitu juga kali.
   
    Mau tips menulis true story? Jiah sotoy. Enggak papa lah, daripada sok yes. Itu sama saja. Oiya, ini tips menurutku sih ya? Kalau beda-beda tipis enggak papa lah ya? Namanya juga sekadar tips, bukan sesuatu yang harus diperdebatkan sampai jungkir balik. Kemudian mengundang dukun santet. Ah, pokoknya kalau tips ini bermanfaat dipakai dan kalau tidak cocok abaikan. Aku sudah biasa diabaikan kok. Weh, kok jadi curhat. Okelah ini tipsnya. 

Tips menulis true story
    
    Apakah menulis true story itu sulit? Hm, enggak juga sih. Bisa dikatakan sulit banget juga enggak, dibilang mudah juga enggak. Sedang aja sih. Yang sulit itu lolosnya. Halah. Itu tergantung jurinya sih. Kadang cerita kita itu biasa saja tetapi kalau bisa menulisnya tentu dapat menarik hati penyelenggara. Apalagi kalau kisahnya unik dan nulisnya asik, pasti deh jurinya langsung melirik. Akhirnya deh tulisan itu ditarik dan dimasukkan sebagai naskah terpetik (baca : terpilih). Begitulah kira-kira strategi menembus seleksi true story. Ada juga sih yang mempunyai strategi gini; ada masalah diselesaikan, timbul masalah lagi diselesaikan lagi. Ya, kurang lebih seperti gelombang laut itu deh. Selebihnya tinggal cara kita menulis saja. 

    Ada juga yang model cara penyelesaiannya atau kisah itu penuh lika-liku. Misalnya nih, mau mencapai satu tujuan, harus melewati cara A, eh kok belum bisa dan berhasil, terus coba cara B, kok belum juga. Akhirnya dengan cara C dan seterusnya sampai tujuan kita tercapai. Nah, itu juga seperti kisah bergelombang tadi. Cuma ingat yang kita tuju hanya satu, jadi fokus ke tujuan saja. Jangan menyimpang atau menceritakan hal yang lain. Nanti kisah kita jadi melebar dan ini biasanya tidak disenangi para juri. Ih, sok tahu banget. Ya, kurang lebih seperti itu sih. 
    
Lomba True Story terbaru

    Nah, kalau kamu kemaren belum lolos dan masih punya kisahnya serta kebetulan kok temanya sama, ikutkan lomba ini saja. Yang pasti kisah itu jangan langsung dikirim, namun direvisi dulu. Kalau perlu dpermak terlebih dahulu. Sesuaikan dengan tema dan cerita yang diinginkan penyelenggara. Eits, tetapi ingat ya, ini true story jadi harus kisah nyata. Jangan kamu coba-coba mengarang cerita yang enggak-enggak. Sebab di samping jurinya bakal tahu, hal itu sangat tabu. Kalau kita menang tentu uang atau hadiah menjadi tidak halal. Sebab kita sudah berlaku curang. Harusnya lomba itu mengasikkan dan dinikmati, tidak menjadi beban. Kalau tujuannya hanya menang, akhirnya membabi buta menghalalkan segala cara. Eh, aku sudah bijaksana belum ya?

    Kembali ke lomba nih, Lomba True Story-nya. Lomba kali ini yang mengadakan Penerbit Checklist. Dateline masih lama yaitu 23 Februari 2018. Berapa hadiahnya? Seperti yang kubilang di atas, uang sebesar Rp.200.000 dan sepaket buku-buku dari penerbit. Jadi silakan klik nama penerbitnya, entar tinggal melengkapi syarat-syarat dan juga tulis kisahnya. Jangan sampai syarat terpenuhi, eh lupa nulis kisahnya. Emang ada seperti itu? Enggak ada ya? :D

Info enggak penting.

    Gambar di atas adalah buku antologi true story yang pernah aku ikuti. Alhamdulillah, lolos. Ya, iyalah kan itu khusus komunitas Temu Penulis Yogyakarta. Biarpun begitu kalau tidak menulis dengan bagus kan juga tidak akan dimuat kan? Iya kan? Cari supporter. Lalu cerita apa yang aku muat di sana? Kasih tahu enggak ya? Yang jelas aku cerita tentang kisahku yang pernah ditipu penerbit abal-abal, terus berjuang untuk menemukan dan membalas dendam. Apakah aku berhasil balas dendam? Baca saja buku tersebut ya? Jiah, ujung-ujungnya dol dolan. :D

Sumber : Lomba True Story