Kamis, 08 Februari 2018

Allah Selalu Punya Rahasia Jadi Jalani, Nikmati dan Syukuri Saja


    Saat membaca buku “Jalani, Nikmati,Syukuri”, aku jadi teringat sebuah film lama. Film berjudul “Paycheck” yang diperankan oleh Ben affleck dan Uma Thurman. Film itu pernah dirilis pada tahun 2003. Sudah lama banget ya? Iya sih. Tetapi kesan dan pesannya masih kuingat sampai sekarang. Dalam film tersebut diceritakan tentang seorang ilmuwan yang menemukan sebuah teknologi masa depan. Teknologi tersebut bisa digunakan untuk melihat masa depan. Ngeri banget ya?

    Kenapa ngeri? Karena semua orang ingin mengetahui masa depannya. Mereka saling berebut dan penasaran dengan masa depan. Saat seseorang melihat masa depannya yang jelek, maka dia akan berusaha mencegahnya. Begitu pun dengan orang lain. Orang yang mempunyai masa depan bagus, cenderung ingin mempertahankan. Timbullah rasa saling curiga dan saling mengalahkan. Keadaan bumi menjadi kacau balau. Tersebab semua orang ingin memperbaiki masa depannya yang buruk. Begitu juga sebaliknya. Semua orang saling berlomba menjadi yang terbaik. Orang-orang mudah stress, terlalu serius dan tidak punya hati.

    Untungnya film itu berakhir dengan happy ending. Si ilmuwan bisa menghancurkan mesin ciptaannya sendiri. Kemudian dia membiarkan hidup ini tetap menjadi misteri, tetap menjadi rahasia.

Lalu apa hubungannya dengan buku “Jalani, Nikmati, Syukuri”?

    Bayangkan saja, bila teknologi canggih tersebut ada di dunia. Misteri dunia tidak ada lagi. Semua orang mengetahui apa yang bakal menimpanya. Semua orang tahu apa yang akan terjadi dengannya. Mereka juga tahu bagaimana masa depannya. Dengan kondisi seperti itu, tentu semua orang akan gelisah dalam hidup. Kita tidak bisa menjalani hidup dengan bahagia. Jangankan hidup bahagia, mungkin kita akan lupa untuk berbahagia. Kita lupa bagaimana cara menikmati hidup. Bahkan kita tidak tahu bagaimana cara mensyukuri hidup. Kenapa? Karena kita kehilangan harapan, kita kehilangan misteri dan kita kehilangan nikmat hidup.

    Semua masa depan telah tampak dan bisa kita saksikan. Kalau sudah tahu masa depan untuk apa kita berdoa? Doa-doa tidak akan dipanjatkan lagi. Pun ibadah akan kita tinggalkan. Kenapa? Tersebab kita sudah tahu akhir perjalanan kita. Kita sudah tahu apa yang akan menimpa kita. Orang-orang akan malas melakukan kebaikan. Sebab hasilnya sama saja, tidak merubah hidup mereka. Gambaran masa depan sudah terbayang. Lebih ngeri lagi, kita tahu akhir dari hidup kita. Jadi untuk apa, membantu orang lain? Tidak akan ada lagi kejutan dari Allah.

Apa yang sebenarnya kita miliki?

    Saat teknologi masa depan ada, kita tidak memiliki apa-apa. Bahkan mimpi pun kita tidak punya. Semua telah dirampas oleh teknologi masa depan. Kita tidak punya pilihan lain tersebab kita sudah melihat masa depan kita. Yang kita tuju hanya mempertahankan atau mengubah masa depan tersebut. Masa depan yang buruk kita ubah dan masa depan baik kita pertahankan. Mirisnya, untuk melakukan hal tersebut, kita harus mengalahkan orang lain.

    Andaikan ada pilihan seperti buku ini. Buku yang isinya membebaskan kita untuk memilih, kita mau membaca di awal, tengah atau akhir buku. Tidak masalah, terserah. Tersebab di buku ini tidak ada daftar isinya. Daftar isi yang menuntut kita membaca runtut, dari awal sampai akhir. Tidak bisa diloncati. Namun buku ini beda, buku ini unik. Keunikkan tersebutlah yang membuat kita bebas memilih, mau membaca dari mana saja. Tinggal pilih. Buku ini memang dimaksudkan untuk membebaskan para pembacanya untuk memilih. Demikian juga hidup kita, kita bebas memilih mau hidup yang seperti apa.

Ingat, selalu ada pilihan

    Selaras dengan apa yang ditulis dalam buku ini, hidup selalu ada pilihan. Saat mesin waktu atau teknologi masa depan tidak memberikan pilihan -tersebab kita sudah tahu masa depan-, hidup kita selalu ada pilihan. Begitu pun saat ayahku meninggal, aku mempunyai banyak pilihan. Aku bisa memilih untuk terus melanjutkan sekolah dengan biaya terseok-seok. Aku bisa berhenti sekolah dan mencari pekerjaan. Atau aku bisa di rumah saja dan meratapi nasib hidupku.

    Untungnya, Allah menolong dan memberikan kekuatan. Aku berani mengambil resiko dan yakin Allah tidak akan menimpakan beban melebihi kemampuanku. Seperti yang difirmankan dalam Al-quran surat Albaqarah ayat 286.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.”

    Alhamdulillah ibu kuat, aku kuat. Kita memilih berjuang. Dengan kemampuan yang ada, aku melanjutkan sekolah. Sekarang aku bisa menjadi seperti ini. Laki-laki yang mandiri dan tangguh. Hal itu disebabkan aku telah memilih hal yang benar. Andaikan ada mesin waktu saat itu dan aku memiliki, aku pasti  mencegah ayahku meninggal dunia di masa lalu. Namun apa yang terjadi bila aku berhasil mencegahnya? Entahlah. Mungkin tidak ada hikmah di balik kematian ayah. Aku mungkin menjadi laki-laki yang cengeng dan tidak mandiri. Bukankah, kemudahan belum tentu baik? Malah sering kesulitan hidup membuat kita tegar dan kuat. 

    Dengan keyakinan bahwa orang meninggal dunia itu tidak bisa dicegah, aku pun pasrah. Aku belajar menerima kenyataan dan berdamai dengan diri sendiri. Aku mulai menata hidup dan berani mengambil resiko. Aku sekolah terus sampai kuliah. Walaupun ibu, single parent namun beliau sangat mendukung pilihan hidupku: sekolah sampai tinggi. Akhirnya, dengan kunci ajaib tiga kata (disiplin, sabar dan semangat), aku bisa kuliah dan meraih gelar master. Rahasia itulah yang membuat aku mempunyai mimpi dan berikhtiar menggapainya. 

    Itulah hidup, selalu ada misteri di kehidupan kita. Allah selalu punya rahasia dan Alhamdulillah itu tetap menjadi rahasia-Nya. Kita hanya perlu yakin saja bahwa Allah itu Maha Baik. Beberapa kebaikan itu juga bisa kita petik dari buku ini. Mau membaca nasehat kebaikan lainnya? Silakan cek lebih detail buku tersebut di bawah ini. 

Identitas Buku
Judul               : Jalani Nikmati Syukuri
Penulis             : Dwi Suwiknyo
Cetakan           : Cetakan, 2018
Penerbit           : Noktah
Tebal               : 260 halaman
ISBN              : 978-602-50754-5-2

Layout             : Layout buku ini artistik, warna warni dan eye catching. 
Oiya, kamu bisa menempelkan photomu di cover buku ini. Tepatnya di bagian bawah kiri cover buku. Tempelkan saja photo terkerenmu ya? :) Selamat membaca dan memetik kebaikan dari buku ini.
                  

Selasa, 06 Februari 2018

Hadiah True Story 1 Jeti

"Bun, aku keluar sebentar."
"Ke mana?" tanya istri.
Aku segera menunjukkan HP-ku. Tertera di situ ada postingan dari penyelenggara true story (Mas Dwi Suwiknyo).
"Pak, bisa datang? Saya tunggu untuk pembagian hadiah."
Begitu bunyi WA yang kutunjukkan kepada istri.

"Terus, maksudnya bagaimana?"
"Ya, aku minta izin untuk mengambil hadiah."
Istri diam saja. Namun itu artinya diperbolehkan. Bukankah perempuan selalu begitu? Diam itu artinya mau. Walaupun kadang diam itu artinya emas. Emas itu kuning dan kuning itu.. (ah sudahlah)

   Begitu mendapat lampu ijo (menurutku sih), aku meluncur menuju rumah Mas Dwi Suwiknyo. Pernah datang ke sana, jadi aku tidak sulit menemukan. Dengan PD-nya aku geber sepeda motor membelah malam. Malam itu, yang tadinya hujan deras, kok ya langsung reda. Mungkin memang rezekiku malam itu. Melewati jalan Parangtritis yang lengang, aku mengendarai dengan kecepatan 50km/jam. Tidak terlalu cepat memang. Namun entahlah mengendarai sepeda motor matic itu agak sulit. Mana perneling enggak ada, apalagi kopling. Beugh.

    Memang sih, sepeda motor matic itu sepeda motor yang ramah emak-emak. Tinggal gas pol, rem pol lancar. Begitulah sistem kerja sepeda motor matic. Aku yang tidak biasa menaiki sepeda motor matic, sedikit kesulitan. Enggak bisa menginjak rem, sedikit mengkhawatirkan. Bagaimana kalau tiba-tiba ada sepeda motor nyelonong. Wah, bahaya. Mengandalkan rem tangan kok kurang mantap. Solusinya ya pelan-pelan saja jalannya.

    Kira-kira 20 menit perjalanan sampailah aku di ring road selatan. Jalanan ini juga tampak lengang dan basah. Hanya beberapa kendaraan yang lewat. Hujan yang turun beberapa menit sebelumnya membuat orang-orang malas untuk ke luar rumah. Berbeda denganku, yang penuh semangat. Terbayang sudah hadiah lomba true story. Apalagi kali ini naskahku lolos dua. Bisa dihitungkan, kalau untuk satu naskah dapat 500ribu maka kalau lolos dua, aku dapat 1juta. Jumlah yang cukup besar untuk membeli bakso tusuk. 

    Minimal memberi komisi untuk istri sebagai tanda terimakasih telah diberi izin ke luar. Terus berbagi juga dengan anak tersebab telah menjadi anak yang menurut. Paling tidak kasih saja 50ribu cukuplah. Toh, masih anak-anak. Jangan banyak-banyaklah, wong namanya masih anak-anak. Tidak elokkan memegang uang yang gede. Masih anak-anak gitu loh. Takutnya kalau diberi uang 100ribu malah untuk beli tela-tela. Lah, malah dapat satu gerobaknya. Jangan-jangan dapat penjualnya juga. #jiah

    Setelah melewati beberapa tikungan, eks terminal bus Giwangan juga sudah kulewati. Tinggal lurus saja. Sekarang memasuki gang kecil. Entah mengapa perjalanan ini terasa lama dan tidak segera sampai tujuan. Apakah ini karena aku ingin buru-buru sampai? Atau memang aku agak lupa jalannya. Semoga aku benar, batinku. Aku terus mengendarai pelan-pelan, takut terlewat gangnya. Gang pertama terlewati, gang kedua sudah terlewat dan gang ketiga juga sudah terlewati. Tetapi kenapa malah sampai masjid. Harusnya kan sebelum masjid belok kiri. Haduh nyasar.

    Benar saja, aku keblandang (opo yo bahasa Indonesiane?). Aku bantir stir, balik lagi. Ya, gang yang kutuju sudah kulalui. Gini ya perjuangan mau mendapatkan uang satu jeti. Enggak papa lah, perjuangan. Aku belok dan masuk gang menuju rumah Mas Dwi. Alhamdulillah, tuan rumah sudah menunggu dengan uang segepok. Uang itu katanya, hadiah untuk semua yang lolos true story, baik yang tema 1 maupun tema 2. Dan aku lolos kedua-duanya. : D Baru kali ini aku lolos kedua-duanya dan mendapat rezeki nomplok. Alhamdulillah.

Curcol (Curhat colongan)

    Gambar di atas, bukan buku true story yang aku bicarakan. Namun itu buku hasil lomba true story juga untuk tema Riba. Alhamdulillah, aku juga lolos dan mendapat uang 500ribu. By the way, tentang apa sih ceritaku? 

Itu kisah tentang diriku yang pernah tersesat dalam riba. Kendaraan rela kredit, rumah hasil kredit, seakan hidup komplit dan elit. Tapi ternyata, hidup malah semakin terlilit. Dan tampak kehidupan terjepit, tidak semulus yang kukira. Apakah itu artinya tidak berkah? Lalu bagaimana aku lepas dari semua itu? Semua jawaban ada di buku ini. 

Mumpung masih promo, silakan order ke aku biar tahu ceritaku dan cerita teman lain soal riba.

Buku ini diskon 20% sampai tanggal 15 Februari 2018

Senin, 05 Februari 2018

Kisah Untuk Sekolah

    Tidak harus biaya yang mahal. Murah pun bisa dilakukan dengan meriah. Ya gimana tidak meriah ya? Wong, semua siswa diundang dan dikumpulkan menjadi satu. Asal bareng-bareng tepuk-tangan ya ramailah. Entah dengan maksud apa ulang tahun kali ini dilaksanakan dengan sederhana, Cukup sederhana malah. Kita hanya disuguhi setumpeng nasi kuning dan sekumpulan balon udara. Terus ditambah satu band sekolah. Udah deh pasti ramai.

    Begitulah acara ulang tahun kami, Senin 5 Februari 2018. Kami (kami?) Aku tidak ikut ding,wong disiapkan OSIS. Saat aku datang, semua sudah siap. Acara langsung dimulai dengan pembagian sedekah untuk para anak yatim dan piatu. Tidak perlu nyari susah susah dan ke mana mana. La wong di sekolah ini saja, banyak anak yatim dan piatu. Malah aku sendiri juga anak yatim. Namun ya jelas aku tidak dapat, kan aku sudah bekerja. Tapi kalau dikasih ya jelas aku tidka menolak. #halah matre.

   Ada beberapa guru yang memberikan amplop sumbangan kepada anak yatim piatu. Namun tetap yang nomor satu memberikan adalah ibu kepala sekolah. Setelah pembagian sedekah ke 20 siswa dilanjutkan sambutan kepala sekolah. Biasanya kalau ibu kepala sekolah menyambut selalu bersemangat dan penuh kata-kata motivasi. Kelar bu kepala sekolah dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng. Nah, ini sayang sekali. Tumpeng yang sudah bagus-bagus, menjulang tinggi eh kok malah dipotong. Jadi tidak eye catching, malah berantakan. Ibu kepala sekolah mengiris ujung tumpeng, Tidak hanya sekali namun dua kali. Satu untuk guru pembina OSIS dan satu lagi untuk ketua OSIS. 

   
    Berbarengan dengan pemberian sepiring nasi tumpeng, iringan lagu "Selamat Ulang Tahun" dari Jamrud pun berkumandang. Semua guru dan siswa bernyanyi bersama. Berikutnya, pembacaan doa untuk semua warga sekolah yang disampaikan oleh salah satu siswa yatim piatu. Habis tuh, pembacaan puisi oleh salah satu siswa. Duh puisinya menyentuh deh. Dia nangis enggak tuh?

    Kemudian dilanjurkan dengan pelepasan balon udara ke udara. Ya iyalah balon udara ya ke udara. Kalau ke laut namanya balon laut. Dengan pelepasan balon tersebut maka acara lain-lain yang berupa hiburan ala kadarnya dimulai. Pertama hiburan dari siswa -kebetulan dia memiliki suara bagus- menyanyikan lagu-lagu pop sampai lagu dangdut. Ugh dasar anak-anak lagu-lagu kekinian mereka selalu haafal. Tidak hanya itu teman-teman yang lainnya pun ikut menyanyikan.

   Dari lagunya Virgoun "Surat untuk Starla", lagunya Via Vallen "Sayang" sampai lagu-lagu yang sedang ngehit saat ini. Ah, memang benar ulang tahun itu tidak perlu mahal. Pun ulang tahun sekolah, yang biasa saja, yang penting irit. Eits, yang penting berkesan ding. Toh tahun lalu -saat kita ulang tahun ke 40- kita sudah merayakan dengan meriah. Malah sekolah mengundang wayang kulit segala. Wayang kulit semalam suntuk lo. Belum lomba jalan sehat dan lomba-lomba yang lain. Wah, saat itu sangat meriah sekali.

    Jadi kalau sekarang biasa saja ulang tahunnya, wajar saja, tidak masalah bukan? Toh kita pernah melakukan yang lebih meriah, lebih wah dan lebih dari luar biasa. 

Sabtu, 03 Februari 2018

Program Pertukaran Guru Indonesia Ke Korea Tahun 2018

   
   Wow, ini kesempatan bagi para guru untuk bepergian ke luar negeri. Apalagi luar negeri nih keren abis Mas Bro, ke Korea Selatan. Korea itu kan pusatnya artis-artis Korea, K-Pop dan seabrek seni serta makanan yummy-nya. Tahu enggak sih, kalau lolos, kita akan berada di Korea Selatan selama 3 (tiga) bulan. Cukup lama bukan? Makanya bagi yang jomblo segera gih daftar ke program ini. Oiya, kamu yang jomblo dan seorang guru. Sebab penawaran ini terbatas bagi para guru. Bagi guru yang masih jomblo ada nilai plusnya yaitu bisa menggaet cewek Korsel. Siapa tahu, dalam tiga bulan bisa PDKT (Pendekatan) dan lamaran. Ahay. Itu yang jomblo dan ingin nambah lagi. Ups. Sedang makan kali. Nambah.

    Program ini kerjasama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesaia dan Pemerintah Korea. Dalam bahasa kerennya program ini bernama "Indonesaia-Korean Teacher Excange" dan pertukaran ini telah berlangsung sejak tahun 2013. Kok baru tahu sekarang ya? He eh, aku juga baru tahu sekarang. Nah, mumpung sudah tahu, ayo daftar saja. Soal usia tidak jadi masalah sebab guru berumur 45 tahun ke bawah masih boleh kok. Dan syarat lainnya sepertinya tidak sulit. Lha wong cuma sehat jasmani dan rohani, guru SD, SMP dan SMA, pengalaman mengajar 5 tahun dan nilai toefl 450.

    Tidak terlalu sulit bukan? Apalagi nilai toefl-nya 'cuma' 450. Eits, jangan diremehkan 450 itu nilai toefl yang termasuk tinggi lho. Enggak tinggi amat sih. Sebab untuk program pertukaran yang lain skor toefl malah harus di atas 500. Bahkan beberapa tempat harus di atas 550. Duh, kalau yang terakhir itu kok agak berat ya? Makanya mumpung semua syarat dimudahkan maka segera ikuti dan lengkapi syaratnya. Aku saja mau ikut. Weh, tapi kan sudah mempunyai anak dan istri. Kan tidak jadi masalah. Tidak diwajibkan harus singgle atau nikah siri kok. Jadi yang nikah resmi tentu boleh lah. 


    Dari sekian syarat yang tertulis, hanya satu yang menurutku agak sulit yaitu meminta surat izin dari kepala dinas kabupaten. Aku jadi menyadari siapa sih aku ini? Emang sudah oke? Sudah keren kok mau ikut seleksi-seleksian segaal. Aku kan hanya remukan peyek di kaleng Kong King. Namun kalau tidak dicoba kok sayang. Ke luar negeri gratis gitu loh. Bismillah saja deh, semoga semua dilancarkan. Toh kalau rezeki tidak akan lari ke mana. Oleh karena itu, tinggal mencari waktu dan kesempatan untuk melengkapi syarat yang terakhir.

    Sebab syarat-syarat administrasi yang lain seperti photo copy KTP, SK dan pas photo gampang dicari. Sementara yang satu itu, aku harus ke dinas dan meminta surat izin. Lha namanya ASN (Aparatur Sipil Negara) ya harus manut pimpinan. Ada kegiatan ya laporan. Mau pergi ya laporan. Enggak bisa seenaknya sendiri, wong digaji negara. Kecuali sudah dapat izin terus ke Korea Selatan, kan asyik banget tuh.