Sabtu, 10 Februari 2018

Lomba Menulis Artikel Untuk Semua Orang

    Nih, ada lomba yang beda. Kok beda? Iya dibandingkan lomba yang aku share di sini, lomba ini agak serius. Kita diminta membuat artikel, tulisan yang ilmiah gitu. Ah, enggaklah capek mikirnya. Eits, sebentar sebentar, kamu cuma diminta nulis beberapa lembar kok, tepatnya minimal 4 lembar dan maksimal 15 lembar. Enggak banyak kan? Enggaklah. Cemen.

    Terus temanya apa nih? Kali ini temanya tentang Dana Desa. Tahu kan apa itu Dana Desa? Enggak, aku kan orang kota. #Prut. Walaupun kamu orang kota, orang langit atau orang kayangan sekalipun, kamu dapat ikut lomba ini kok. Kan semua materi bisa dicari. Kamu bisa tanya teman-temanmu yang berasal dari desa. Kamu bisa tanya orangtuamu yang dulunya orang desa. Atau kamu tanya kepada simbahmu. Kalau simbahmu juga tidak tahu, ya sudah kamu tanya Simbah Google saja. Bukankah Simbah Google itu tahu segalanya? Fix kan sudah punya gambaran mau ngapain? Ya, minimal kamu sudah tahu langkah-langkah yang mau lakukan. Eh, kenapa aku bocorin caranya ya? Ah, sudahlah berbagi itu banyak manfaat dan pahala kok.

    Asiknya lomba ini diperuntukkan untuk semua kalangan, baik pelajar maupun umum. Bahkan untuk pelajar mulai Sekolah Dasar (SD) lho. Opo ora elok? Cah SD gitu disuruh nulis artikel. Sudah artikel temanya berat lagi, tentang Dana Desa. Kalau seperti itu, anak SD tahu apa? Weh, kok underestimate. Jangan berprasangka buruk. Siapa tahu mereka bisa dan mampu menulis tentang Dana Desa di tempatnya. Asal dipastikan saja sih, mereka menulis atas pikirannya sendiri, bukan dituliskan atau dibuatkan. Waduh, masih berburuk sangka. He he maafkan aku Nak.

    Itu yang anak-anak SD, anak SMP ada, anak SMA ada, anak kuliah ada, wah pokoknya komplit dah. Untuk umum juga ada. Berhubung jenjangnya berbeda-beda maka hadiahnya juga beda-beda dong. Paling banyak hadiahnya ya anak kuliah dan umum. Kenapa? Sebab kedua jenjang inilah yang paling berat. Berat pembahasannya dan berat saingannya. Bayangkan saja berapa jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia. Belum dari kalangan umum, pasti berjubel. Bukankah kalangan umum itu artinya siapa saja boleh ikut? Entah itu guru, polisi, dokter, wartawan, menteri, presiden, stop, menteri dan presiden tentu tidak boleh. Kalau pun boleh tentu tidak mau. Lha wong tugasnya saja banyak, kok disuruh ikut lomba. Apalagi hadiahnya tidak seberapa menurut mereka.

    Namun menurutku hadiahnya terbilang besar, ya lumayanlah bisa untuk membeli sepeda motor matic. Hanya dengan menambah beberapa juta saja. #Halahsamasaja Pokoknya ikut deh. Mumpung masih ada kesempatan untuk ikut. Masih ada beberapa hari kok sebab lomba ini ditutup tanggal 15 Februari 2018. Masih ada waktu kan? Ayo cepat, kumpulkan bahan, tulis dan kirimkan. Mau info lebih lengkap? Ada tuh sumber yang lebih lengkap.


#lombamenulis
#artikel
#danadesa
#kemendesa





Jumat, 09 Februari 2018

Lomba BLog Yang Aneh

    Hello para blogger. Ini nih ada lomba nge-blog. Walaupun agak-agak aneh nih lomba. Yang setahuku nih ya, selama ini kalau lomba blog itu ya ada hubungannya dengan SEO (Search Engire Optimazion) sebuah produk atau instansi. Lha, ini enggak. Kalau berhubungan dengan produk atau instansi kan kita diminta ngiklan nih, pokoknya yanjung-yanjung lebay gitu. Pokoknya produknya atau instansinya TOP BGT (baca: Top Banget). Tuh, satu keanehannya. 
    
    Eh, aneh enggak sih? Ini kan juga produk, produk buku tepatnya. Ya, anggap saja aneh. Wong jarang-jarang ada lomba blog tentu buku. Atau jangan-jangan akunya yang tidak tahu. Akunya yang kuper, akunya yang kurang pigenik. Ah, sutralah. Menurutku, aku jarang menemukan blog untuk lomba seperti ini. Apalagi nih tentang buku, review buku baru. Ini keanehan yang kedua. Masak kita diminta mereview buku. Kalau mau mereview buku kan harus beli. Eh, pinjem bisa juga sih. Atau pinjam di perpustakaan. Emang perpustakaan sudah ada barangnya? Belum tentu juga sih. Nah, pokoknya kalau me-review buku ya harus pegang bukunya. Entah itu kamu dapet dari mana. Yang jelas dan pastikan buku tersebut bukan hasil nyuri, nyolong, nyopet apalagi nyantet. Pastikan buku didapat dari cara-cara yang halal. 
    
    Kenapa? Yaelah, masih tanya. Ya, biar kalau menang nih ya, kita mendapat rezeki yang halal, rezeki yang barokah. Jangan tergiur ikut lomba tetapi melakukan manipulasi, berbuat curang dan menipu. Jangan-jangan tidak barokah nanti uang hasil lomba. Iya, kalau menang, kalau kalah? Sudah kalah lomba  ditambah dosa lagi. Rugi double tuh. Itu keanehan yang kedua : me-review buku.

   Keanehan yang ketiga, cara me-review buku. Banyak orang menyebutnya dengan resensi buku. Di lomba ini, kita tidak diharuskan memakai prosedur dan teknis meresensi pada umumnya. Kita hanya diharapkan menghubungkan benang merah dari buku ini. Nah, waktu aku baca dan mau membuat resensi, aku bingung mencari benang merah. Kayanya buku ini tidak ada benang merahnya. Itu benang ada di sebelah mana ya? Aku cari-cari dari Magrib sampai Magrib lagi kok tidak ketemu. Ternyata benang merahnya ada di pikiran kita. Kita yang membuat benang merah. Menghubungkan tulisan dari awal sampai akhir. Itulah benang merahnya. Nggak tahu juga, apakah bisa disebut benang biru, hijau atau unggu.

    Keanehan yang terakhir, kita diwajibkan dan kudu menghubungkan isi buku dengan kondisi kita. Bagian mana dari buku tersebut yang aku banget. Begitu permintaan jurinya. Lalu bagian mana dari buku yang bisa MJJ (Mak jleb jleb). Jadi jleb-nya dua kali. Terus kita diminta menuliskan tuh ceritamu yang mak jleb tadi dan dihubungkan dengan isi bukunya. Jadi di sini perlu memperdalam dan mengingat-ingat masa lalu dan kenangan. Siapa tahu ada kisah yang sesuai dengan apa yang dibahas oleh buku tersebut. Dari banyaknya lomba yang kuikuti, ini termasuk lomba yang aneh tetapi menyehatkan. Kenapa menyehatkan? Sebab kita bisa melatih otak kita, tepatnya daya ingat kita tentang masa lalu terlatih dan terus sehat.

    Di samping itu, lomba ini juga menyenangkan. Kok menyenangkan? Iya, sebab lomba ini tidak murni resensi buku. Tahu enggak sih, kalau kemampuan resensi bukuku tidak sehebat gunung, seelok permadani dan seindah lukisan. #Halah Jadi resensi lomba ini, tidak murni resensi atau tidak semurni review buku. Penulis buku atau juri membuat kebijakan sendiri. Ini anti mainstream. Review buku dengan cara sendiri,juri sendiri. Tidak mengekor lomba-lomba review yang lain. Gimana, makin tertarik kan? Aturannya tidak sak klek kok. Jadi lomba ini wajib dicoba dan pantas diperjuangkan. Siapa tahu ini jalan rezekimu dan rezekiku. :D

    Ingat aturannya tidak sulit lho. Dengan aturan ini, aku yakin aku bisa membuat ulasan tentang buku tersebut. Kalau masih menggunakan kriteria baku resensi buku yang ada, tamatlah aku. Untungnya tulisan resensi dalam lomba ini bebas, yang penting nyangkut dengan kejadian di buku "Jalani, Nikmati, Syukuri. Alhamdulillah, tidak berat-berat amat. (Sok) Kalau selama ini apa-apa yang berat nyuruh Dilan yang nanggung, maka kalau lomba ini berat, biarlah aku yang nanggung. 
   
    Keanehan yang terakhir, loh katanya tadi yang terakhir? Nah, ini yang terakhir banget. Yang kusuka dari Lomba Blog yang aneh ini adalah tidak perlu viewer. Berbeda dengan lomba lain yang membutuhkan viewer banyak. Kalau viewer banyak, biasanya dia akan menang. Untuk lomba ini, hal itu tidak diperhitungkan. Hanya konten review yang dinilai oleh dewan juri, bukan viewer. Jadi tidak masalah kalau blogmu hanya dilihat satu orang saja. Atau mungkin yang melihat blog hanya dirimu saja. Tidak masalah. Atau yang melihat hanya 5 (lima) orang: bapakmu, ibumu, adikmu, kamu dan mantanmu. Ealah, ngomongin mantan. Sudah deh, tidak perlu ngomongin mantan. Kalau mau melupakan mantan gampang kok, ajak balikan saja, nanti kan sebutannya bukan mantan lagi. Tetapi kekasih. :D

    Itu anehnya lomba ini. Sekarang ngomongin hadiah. Ngomong ngalur ngidul kok belum afdol kalau belum ngomongin tentang hadiahnya. Hadiah untuk lomba ini cukup banyak kok, hampir 1 juta. Tepatnya 750ribu rupiah. Lumayan besar kan? Ya, cukuplah untuk beli bakso satu gerobak. Bisa mentraktir orang-orang se-Rt. Iya, kalau warga RT-nya hanya sedikit, kalau banyak? Kalau banyak beliin bakso tusuk saja. Murah meriah. Berapa pun hadiahnya yang penting ikut dan berani mencoba tantangan baru. Itu lebih penting. 

    So selamat mencoba dan berjuang. Semoga lancar dan sukses serta doakan aku agar menjadi juara ya? (Halah, doa terselubung)

Kamis, 08 Februari 2018

Allah Selalu Punya Rahasia Jadi Jalani, Nikmati dan Syukuri Saja


    Saat membaca buku “Jalani, Nikmati,Syukuri”, aku jadi teringat sebuah film lama. Film berjudul “Paycheck” yang diperankan oleh Ben affleck dan Uma Thurman. Film itu pernah dirilis pada tahun 2003. Sudah lama banget ya? Iya sih. Tetapi kesan dan pesannya masih kuingat sampai sekarang. Dalam film tersebut diceritakan tentang seorang ilmuwan yang menemukan sebuah teknologi masa depan. Teknologi tersebut bisa digunakan untuk melihat masa depan. Ngeri banget ya?

    Kenapa ngeri? Karena semua orang ingin mengetahui masa depannya. Mereka saling berebut dan penasaran dengan masa depan. Saat seseorang melihat masa depannya yang jelek, maka dia akan berusaha mencegahnya. Begitu pun dengan orang lain. Orang yang mempunyai masa depan bagus, cenderung ingin mempertahankan. Timbullah rasa saling curiga dan saling mengalahkan. Keadaan bumi menjadi kacau balau. Tersebab semua orang ingin memperbaiki masa depannya yang buruk. Begitu juga sebaliknya. Semua orang saling berlomba menjadi yang terbaik. Orang-orang mudah stress, terlalu serius dan tidak punya hati.

    Untungnya film itu berakhir dengan happy ending. Si ilmuwan bisa menghancurkan mesin ciptaannya sendiri. Kemudian dia membiarkan hidup ini tetap menjadi misteri, tetap menjadi rahasia.

Lalu apa hubungannya dengan buku “Jalani, Nikmati, Syukuri”?

    Bayangkan saja, bila teknologi canggih tersebut ada di dunia. Misteri dunia tidak ada lagi. Semua orang mengetahui apa yang bakal menimpanya. Semua orang tahu apa yang akan terjadi dengannya. Mereka juga tahu bagaimana masa depannya. Dengan kondisi seperti itu, tentu semua orang akan gelisah dalam hidup. Kita tidak bisa menjalani hidup dengan bahagia. Jangankan hidup bahagia, mungkin kita akan lupa untuk berbahagia. Kita lupa bagaimana cara menikmati hidup. Bahkan kita tidak tahu bagaimana cara mensyukuri hidup. Kenapa? Karena kita kehilangan harapan, kita kehilangan misteri dan kita kehilangan nikmat hidup.

    Semua masa depan telah tampak dan bisa kita saksikan. Kalau sudah tahu masa depan untuk apa kita berdoa? Doa-doa tidak akan dipanjatkan lagi. Pun ibadah akan kita tinggalkan. Kenapa? Tersebab kita sudah tahu akhir perjalanan kita. Kita sudah tahu apa yang akan menimpa kita. Orang-orang akan malas melakukan kebaikan. Sebab hasilnya sama saja, tidak merubah hidup mereka. Gambaran masa depan sudah terbayang. Lebih ngeri lagi, kita tahu akhir dari hidup kita. Jadi untuk apa, membantu orang lain? Tidak akan ada lagi kejutan dari Allah.

Apa yang sebenarnya kita miliki?

    Saat teknologi masa depan ada, kita tidak memiliki apa-apa. Bahkan mimpi pun kita tidak punya. Semua telah dirampas oleh teknologi masa depan. Kita tidak punya pilihan lain tersebab kita sudah melihat masa depan kita. Yang kita tuju hanya mempertahankan atau mengubah masa depan tersebut. Masa depan yang buruk kita ubah dan masa depan baik kita pertahankan. Mirisnya, untuk melakukan hal tersebut, kita harus mengalahkan orang lain.

    Andaikan ada pilihan seperti buku ini. Buku yang isinya membebaskan kita untuk memilih, kita mau membaca di awal, tengah atau akhir buku. Tidak masalah, terserah. Tersebab di buku ini tidak ada daftar isinya. Daftar isi yang menuntut kita membaca runtut, dari awal sampai akhir. Tidak bisa diloncati. Namun buku ini beda, buku ini unik. Keunikkan tersebutlah yang membuat kita bebas memilih, mau membaca dari mana saja. Tinggal pilih. Buku ini memang dimaksudkan untuk membebaskan para pembacanya untuk memilih. Demikian juga hidup kita, kita bebas memilih mau hidup yang seperti apa.

Ingat, selalu ada pilihan

    Selaras dengan apa yang ditulis dalam buku ini, hidup selalu ada pilihan. Saat mesin waktu atau teknologi masa depan tidak memberikan pilihan -tersebab kita sudah tahu masa depan-, hidup kita selalu ada pilihan. Begitu pun saat ayahku meninggal, aku mempunyai banyak pilihan. Aku bisa memilih untuk terus melanjutkan sekolah dengan biaya terseok-seok. Aku bisa berhenti sekolah dan mencari pekerjaan. Atau aku bisa di rumah saja dan meratapi nasib hidupku.

    Untungnya, Allah menolong dan memberikan kekuatan. Aku berani mengambil resiko dan yakin Allah tidak akan menimpakan beban melebihi kemampuanku. Seperti yang difirmankan dalam Al-quran surat Albaqarah ayat 286.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.”

    Alhamdulillah ibu kuat, aku kuat. Kita memilih berjuang. Dengan kemampuan yang ada, aku melanjutkan sekolah. Sekarang aku bisa menjadi seperti ini. Laki-laki yang mandiri dan tangguh. Hal itu disebabkan aku telah memilih hal yang benar. Andaikan ada mesin waktu saat itu dan aku memiliki, aku pasti  mencegah ayahku meninggal dunia di masa lalu. Namun apa yang terjadi bila aku berhasil mencegahnya? Entahlah. Mungkin tidak ada hikmah di balik kematian ayah. Aku mungkin menjadi laki-laki yang cengeng dan tidak mandiri. Bukankah, kemudahan belum tentu baik? Malah sering kesulitan hidup membuat kita tegar dan kuat. 

    Dengan keyakinan bahwa orang meninggal dunia itu tidak bisa dicegah, aku pun pasrah. Aku belajar menerima kenyataan dan berdamai dengan diri sendiri. Aku mulai menata hidup dan berani mengambil resiko. Aku sekolah terus sampai kuliah. Walaupun ibu, single parent namun beliau sangat mendukung pilihan hidupku: sekolah sampai tinggi. Akhirnya, dengan kunci ajaib tiga kata (disiplin, sabar dan semangat), aku bisa kuliah dan meraih gelar master. Rahasia itulah yang membuat aku mempunyai mimpi dan berikhtiar menggapainya. 

    Itulah hidup, selalu ada misteri di kehidupan kita. Allah selalu punya rahasia dan Alhamdulillah itu tetap menjadi rahasia-Nya. Kita hanya perlu yakin saja bahwa Allah itu Maha Baik. Beberapa kebaikan itu juga bisa kita petik dari buku ini. Mau membaca nasehat kebaikan lainnya? Silakan cek lebih detail buku tersebut di bawah ini. 

Identitas Buku
Judul               : Jalani Nikmati Syukuri
Penulis             : Dwi Suwiknyo
Cetakan           : Cetakan, 2018
Penerbit           : Noktah
Tebal               : 260 halaman
ISBN              : 978-602-50754-5-2

Layout             : Layout buku ini artistik, warna warni dan eye catching. 
Oiya, kamu bisa menempelkan photomu di cover buku ini. Tepatnya di bagian bawah kiri cover buku. Tempelkan saja photo terkerenmu ya? :) Selamat membaca dan memetik kebaikan dari buku ini.
                  

Selasa, 06 Februari 2018

Hadiah True Story 1 Jeti

"Bun, aku keluar sebentar."
"Ke mana?" tanya istri.
Aku segera menunjukkan HP-ku. Tertera di situ ada postingan dari penyelenggara true story (Mas Dwi Suwiknyo).
"Pak, bisa datang? Saya tunggu untuk pembagian hadiah."
Begitu bunyi WA yang kutunjukkan kepada istri.

"Terus, maksudnya bagaimana?"
"Ya, aku minta izin untuk mengambil hadiah."
Istri diam saja. Namun itu artinya diperbolehkan. Bukankah perempuan selalu begitu? Diam itu artinya mau. Walaupun kadang diam itu artinya emas. Emas itu kuning dan kuning itu.. (ah sudahlah)

   Begitu mendapat lampu ijo (menurutku sih), aku meluncur menuju rumah Mas Dwi Suwiknyo. Pernah datang ke sana, jadi aku tidak sulit menemukan. Dengan PD-nya aku geber sepeda motor membelah malam. Malam itu, yang tadinya hujan deras, kok ya langsung reda. Mungkin memang rezekiku malam itu. Melewati jalan Parangtritis yang lengang, aku mengendarai dengan kecepatan 50km/jam. Tidak terlalu cepat memang. Namun entahlah mengendarai sepeda motor matic itu agak sulit. Mana perneling enggak ada, apalagi kopling. Beugh.

    Memang sih, sepeda motor matic itu sepeda motor yang ramah emak-emak. Tinggal gas pol, rem pol lancar. Begitulah sistem kerja sepeda motor matic. Aku yang tidak biasa menaiki sepeda motor matic, sedikit kesulitan. Enggak bisa menginjak rem, sedikit mengkhawatirkan. Bagaimana kalau tiba-tiba ada sepeda motor nyelonong. Wah, bahaya. Mengandalkan rem tangan kok kurang mantap. Solusinya ya pelan-pelan saja jalannya.

    Kira-kira 20 menit perjalanan sampailah aku di ring road selatan. Jalanan ini juga tampak lengang dan basah. Hanya beberapa kendaraan yang lewat. Hujan yang turun beberapa menit sebelumnya membuat orang-orang malas untuk ke luar rumah. Berbeda denganku, yang penuh semangat. Terbayang sudah hadiah lomba true story. Apalagi kali ini naskahku lolos dua. Bisa dihitungkan, kalau untuk satu naskah dapat 500ribu maka kalau lolos dua, aku dapat 1juta. Jumlah yang cukup besar untuk membeli bakso tusuk. 

    Minimal memberi komisi untuk istri sebagai tanda terimakasih telah diberi izin ke luar. Terus berbagi juga dengan anak tersebab telah menjadi anak yang menurut. Paling tidak kasih saja 50ribu cukuplah. Toh, masih anak-anak. Jangan banyak-banyaklah, wong namanya masih anak-anak. Tidak elokkan memegang uang yang gede. Masih anak-anak gitu loh. Takutnya kalau diberi uang 100ribu malah untuk beli tela-tela. Lah, malah dapat satu gerobaknya. Jangan-jangan dapat penjualnya juga. #jiah

    Setelah melewati beberapa tikungan, eks terminal bus Giwangan juga sudah kulewati. Tinggal lurus saja. Sekarang memasuki gang kecil. Entah mengapa perjalanan ini terasa lama dan tidak segera sampai tujuan. Apakah ini karena aku ingin buru-buru sampai? Atau memang aku agak lupa jalannya. Semoga aku benar, batinku. Aku terus mengendarai pelan-pelan, takut terlewat gangnya. Gang pertama terlewati, gang kedua sudah terlewat dan gang ketiga juga sudah terlewati. Tetapi kenapa malah sampai masjid. Harusnya kan sebelum masjid belok kiri. Haduh nyasar.

    Benar saja, aku keblandang (opo yo bahasa Indonesiane?). Aku bantir stir, balik lagi. Ya, gang yang kutuju sudah kulalui. Gini ya perjuangan mau mendapatkan uang satu jeti. Enggak papa lah, perjuangan. Aku belok dan masuk gang menuju rumah Mas Dwi. Alhamdulillah, tuan rumah sudah menunggu dengan uang segepok. Uang itu katanya, hadiah untuk semua yang lolos true story, baik yang tema 1 maupun tema 2. Dan aku lolos kedua-duanya. : D Baru kali ini aku lolos kedua-duanya dan mendapat rezeki nomplok. Alhamdulillah.

Curcol (Curhat colongan)

    Gambar di atas, bukan buku true story yang aku bicarakan. Namun itu buku hasil lomba true story juga untuk tema Riba. Alhamdulillah, aku juga lolos dan mendapat uang 500ribu. By the way, tentang apa sih ceritaku? 

Itu kisah tentang diriku yang pernah tersesat dalam riba. Kendaraan rela kredit, rumah hasil kredit, seakan hidup komplit dan elit. Tapi ternyata, hidup malah semakin terlilit. Dan tampak kehidupan terjepit, tidak semulus yang kukira. Apakah itu artinya tidak berkah? Lalu bagaimana aku lepas dari semua itu? Semua jawaban ada di buku ini. 

Mumpung masih promo, silakan order ke aku biar tahu ceritaku dan cerita teman lain soal riba.

Buku ini diskon 20% sampai tanggal 15 Februari 2018