Minggu, 08 Februari 2015

GURU SELEB

Akhir ini guru merupakan profesi yang kurang menggiurkan, jika orientasi seseorang adalah menjadi orang kaya. Banyak peserta didik yang penulis tanya mereka menjawab lebih suka bekerja di sektor swasta, PNS non guru dan artis.  Tidak mengherankan bila peserta didik kita dengan bangganya dan semangat membara berlatih peran, modelling dan nge-band. Mereka merasa bahwa dunia seperti itulah yang mempunyai pretige, di samping menjadi dokter dan TNI/Polisi.
    Bukan salah mereka jika mereka bermimipi seperti itu. Toh, menjadi guru itu sulit untuk terkenal, apalagi exist dalam ketenaran. Bahkan para guru yang berprestasipun hanya dikenal oleh segelintir peserta didik dan teman - teman guru sendiri. Sangat ironis! Padahal kalau kita telusuri lebih jauh banyak guru yang telah membuat karya - karya yang luar biasa. Seperti guru yang novelis, guru yang penulis, guru yang designer, guru teladan dan lain - lain. Andai saja para guru tersebut difasilitasi dan disponsori oleh pihak swasta dan pemerintah, mungkin saja guru tersebut setenar seorang seleb. Apalagi jika fasilitas dan publikasi diberika kepada guru, tentu cita - cita menjadi guru bisa jadi pilihan yang menggiurkan bagi peserta didik.
Kita patut appreciate terhadap beberapa perusahaan yang mulai mengangkat para atlit menjadi selebriti. Nama - nama seperti Bambang Pamungkas, Ponaryo Astaman, Ivan Dimas dan lain lain mulai dikenal tidak hanya kalangan yang gila bola tetapi masyarakat luas mulai mengenalnya. Pemakaian nama - nama mereka tentu mengguntungkan bagi par atlet untuk meningkatkan prestasi. Sebab tanpa prestasi yang gemilang mereka tentu tidak akan dipakai oleh club atau sponsor. Perusahaan pemakai jasa mereka merasa beruntung dengan kehadiran para atlit tersebut. Lalu bagaimana dengan guru? Sampai saat ini belum pernah kita lihat seorang guru wira wiri di televisi menawarkan produk sesuatu. Yang kita lihat adalah simbol guru yang sering digunakan dalam sebuah sinetron, itupun digambarkan dengan tidak akurat. Malah kadang guru diibaratkan sebagai lelucon yang tidak edukatif.
    Ladang promosi yang bisa dijalankan seorang guru sebenarnya banyak seperti mempromosikan wajar 9 tahun atau 12 tahun, produk buku, tas, sepatu, motivasi dan lainnya. Semua bisa mengenai sarana prasarana yang digunakan di dalam lingkup sekolah.  Simbol guru dapat mewakili produk seperti itu sebab guru sudah teruji menggunakan barang - barang tersebut. Mereka juga berhasil meraih cita - citanya yaitu menjadi guru. Lalu pertanyaan yang muncul adalah mengapa mengiklankan produk - produk tersebut menggunakan para artis yang mungkin kita belum tau prestasi akademik mereka seperti apa? Atau prestasi yang telah dihasilkan selama ini apa? Apa cukup penampilan atau tampang semata?
     Jadi sepertinya menjadi guru seleb hal yang sangat mungkin diwujudkan jika ditunjang oleh sarana - prasarana yang disediakan pihak swasta/perusahaan dan pemerintah. Tinggal pihak swasta (produsen) dan pemerintah mau atau tidak?  Apa mungkin mereka pesimis dan takut produk mereka tidak laku? Inilah yang terjadi bila mereka hanya mengejar profit oriented, maka tertutup sudah kesempatan bagi kita, para guru untuk menjadi selebritis dan tentu saja kaya secara materi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar yang membangun sangat berguna tidak hanya bisa mencaci tetapi berikan juga solusi