Kamis, 12 Agustus 2010

Reborn

aku merasa terlahir kembali. akan aku coba apapun yang terbaik untukku dan hidupku sebab hidup hanya sekali bukan? tidak lebih dan waktu kitapun hanya 24 jam sehari, tidak lebih. jika orang lain mampu melakukan hal yang baik untuknya kenapa aku tidak bisa?
sudah banyak tuhan memberi aku kelebihan, rasanya rugi bukan bila kita tidak mencoba meraih yang terbaik dan termulia hidup di bumi dan disyurga. insyaalloh. tuhan telah berbaik hati kepadaku sehingga akupun perlu berbaik-baik terhadap tuhanku.di hari ini....tahun yang lalu aku muncul didunia dengan segudang kelebihan dan samudra kekurangan namun aku tau pasti aku akan menperoleh hal yang terbaik atas ijinNya.

UN BUTUH PENGAWAS YANG ‘AWAS’

Hajatan besar Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) segera digelar.di bulan Maret 2010 ini. Di tingkat SMA/MA hajatan itu dilaksanakan tanggal 22-26 Maret 2010 dan untuk tingkat SMP/MTs akan digelar pada tanggal 29 Maret-1 April 2010. Hajatan yang berupa Ujian Nasional (UN) merupakan agenda tahunan bagi Depdiknas. Meskipun merupakan acara tahunan namun Depdiknas selalu memandang istimewa UN sehingga sarana-prasarana jauh-jauh hari mulai dipersiapkan. Dari tingkat pusat sampai daerah mulai bekerja keras demi terlaksana UN dengan baik dan lancar. Dari berbagai persiapan kelancaran UN tersebut, yang tak kalah pentingnya adalah menyiapkan para petugas yang mengawasi jalannya UN.
Disadari atau tidak, pengawas adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang kelancaran dan keberhasilan UN. Pengawas, ibarat sebuah pisau yang dapat digunakan untuk memotong sesuatu. Melalui pengawasan pengawaslah dapat terkuak kecurangan yang dilakukan oleh peserta didik maupun panitia UN. Walaupun ada Tim Pemantau Independen (TPI), namun peran pengawas sangat signifikan dalam meminimalisir kecurangan. Mata pengawas yang “awas” (baca:jeli) akan dapat mendeteksi indikasi kecurangan yang ada. Oleh karena itu, pengawas UN perlu jeli dan waspada terhadap perilaku peserta tes (testee) yang tidak biasa seperti sering melihat ke bawah meja, membawa HP waktu tes, sering kebelakang dan lain-lain. Pengawas yang tidak jeli dapat memberikan kesempatan kepada para peserta tes maupun panitia UN sekolah untuk melakukan tindak kecurangan.
Kejelian pengawas dengan selalu melaksanakan tugas dengan baik membuat para peserta tes akan dapat bekerja mandiri dan percaya diri, di samping panitia UN sekolah segan terhadapnya. Namun bagaimanapun, pengawas juga jangan terlalu kaku dan pasang wajah angker yang akan membuat para peserta didik tidak simpatik dan jengkel. Alangkah baiknya, jika para pengawas tetap berwajah bersahabat dan kooperatif tanpa melupakan tugas pokoknya yaitu pengawasan.
Kejelian para pengawas juga telah berperan dalam penentuan tingkat kejujuran sebuah kota. Kita patut bersyukur bahwa kota Yogyakarta termasuk daerah hijau dalam pelaksanaan UN. Itu artinya kejujuran UN di kota Yogyakarta sangat tinggi. Kejujuran dalam melaksanakan UN akan berkorelasi dengan hasil UN para peserta tes, sehingga hasil tes dapat dikatakan accountable. Berbeda dengan daerah lain yang menjadi zona merah yaitu daerah dengan tingkat kejujuran pelaksanaan UN yang rendah. Kalau tingkat kejujuran UN rendah, apakah kita dapat yakin bahwa nilai yang didapat para peserta tes itu murni hasil berpikirnya?
Seperti tahun-tahun sebelumnya, UN diawasi oleh para guru non-mata pelajaran yang di UN-kan. Hal ini sangat baik sebab guru non-UN sebagai pengawas, tidak mempunyai kemampuan yang memadai untuk membantu para peserta tes dalam menjawab soal-soal tes walaupun dia mempunyai niat. Bayangkan kalau yang mengawasi guru mata pelajaran Ujian Nasional (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA), tentu ada potensi guru tersebut untuk membantu peserta didik sebab guru mata pelajaran UN mempunyai kemampuan untuk melakukan hal itu jika ia mempunyai niat. Penulis berharap bahwa para pengawas dapat melaksanakan tugasnya dengan idealisme yang tinggi yaitu mensukseskan UN tahun 2010 ini. Idealisme yang tinggi dan kejelian para pengawas akan meredam berbagai kecurangan UN yang semakin inovatif dan variatif saja. Oleh karena itu, di pundak para pengawas yang ‘awas’, kita dapat berharap bahwa zona hijau UN akan semakin banyak di Indonesia sehingga kita dapat berbangga dengan hasil nilai UN anak-anak kita