Selasa, 30 Juni 2015

IPAD, ANAKKU DAN SERTIFIKASI



“Yah beliin Ipad, ya?” rengek anakku yang masih berumur 6 tahun. Aku kaget dan merasa heran darimana ia mengetahui Ipad segala. Nampaknya perkembangan teknologi telah merambah ke segala usia. Buktinya anakku sudah mengenal gadget yang satu ini. Kalau anakku yang masih kecil saja sudah mengenal peralatan teknologi, bagaimana dengan para peserta didik kita? Mungkin mereka lebih canggih daripada anakku. Dari kondisi yang ada ini aku tertantang untuk mengetahui lebih banyak tentang teknologi, minimal jangan sampai kalah dengan anakku. Dan yang penting juga aku jangan sampai kalah dengan para peserta didikku. Jika para peserta didi sudah bias membuat e-mail, maka aku harus dapat membuat blog dan jika peserta didikku sudah dapat membuat blog maka aku harus dapat membuat cyber class. Malu rasanya jika aku sebagai guru kurang pergaulan (kuper ) dan gagap teknologi (gaptek) dihadapan para peserta didik. Kalau sampai kalah wah..jangan-jangan mereka belajar bukan dari gurunya tetapi malah belajar dari mbah Google.
Sebagai guru saat ini, malu rasanya tertinggal informasi di sekitar kita, bukankah semua materi/ bahan pelajaran dapat kita dapatkan dari lingkungan termasuk teknologi yang tersedia di sekitar kita. Kita harus mendengar dan melihat sekeliling kita, Indonesia kita dan dunia kita. Kemudian kita dapat menghubungkan pengetahuan tentang sekeliling kita dengan mata pelajaran yang kita ajarkan. Dengan cara tersebut, informasi yang diperoleh siswa selalu actual. Apalagi jika kita para guru yang sudah sertifikasi ada baiknya tambahan gaji tersebut untuk berlangganan surat kabar (melihat sekeliling) dan membeli laptop serta berlangganan internet (melihat dunia kita). Kedua fasilitas tersebut dapat juga kita gunakan untuk menunjang pembelajaran. Dengan sarana tersebut kita dapat menyajikan materi pelajaran dengan lebih menarik dan sistematis. Kita perlu mengurangi model pembelajaran dengan ceramah dan mencatat, karena itu pasti membosankan peserta didik kita.
Mari kita sisihkan beberapa lembar uang tunjangan profesi kita untuk menambah pengetahuan melalui surat kabar dan laptop terintegrasi dengan internet untuk menjadi guru yang professional. Bukankah gaji kita naik 100%? Logikanya ika gaji kita naik 1 x lipat maka etos kerja kita juga harus naik 1 x lipat, tidak seperti biasa-biasa saja sebab gaji kita sudah luar biasa besarnya.

Jumat, 19 Juni 2015

JAVA INTERNASIONAL LIBRARY : PERPUSTAKAAN BERGAYA LOKAL TETAPI KUALITAS INTERNASIONAL



 Oleh : Joko Sulistya, M.Pd*)

Perkembangan pesat perpustakaan di berbagai daerah perlu kita syukuri karena hampir di tiap kecamatan bahkan setiap dusun telah berdiri perpustakaan. Di samping pesatnya perkembangan perpustakaan, sekarang juga mucul berbagai bentuk atau model perpustakaan. Ada model perpustakaan berbasis komunitas yang beranggotakan masyarakat dari berbagai tingkat usia, pendidikan dan latar belakang, perpustakaan berbasis pengetahuan, perpustakaan berbasis pasar, yang intinya koleksi buku disediakan berdasarkan permintaan atau keinginan pasar (baca:pemustaka) dan lain – lain.  Dalam amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, peran perpustakaan sangatlah penting. Perpustakaan dapat menjadi jembatan bagi para pencari sumber pengetahuan dan ketrampilan. Perpustakaan bukan lagi monopoli orang – orang intelek atau berpendidikan tetapi hampir semua golongan dapat menimba ilmu di perpustakaan. Pengusaha kecil, peternak, petani, dan profesi-profesi yang lain dapat mencari pengetahuan di perpustakaan karena perpustakaan dapat menyajikan dan menyediakan bacaan yang mereka inginkan. Jika mereka tidak menemukan di perpustakaan dusun, mereka dapat mencari perpustakaan di tingkat daerah dan provinsi. Kalaupun mereka belum menemukan yang mereka cari, mereka dapat mengakses internet yang telah disediakan di perpustakaan secara gratis.
 Sekarang perpustakaan telah berkembang demikian maju, perpustakaan tidak hanya menyediakan hard copy atau buku tetapi sarana untuk mengakses soft copy termasuk akses internet telah mereka sediakan.  Namun sayangnya masih banyak perpustakaan yang belum mengindahkan tentang pentingnya pelayanan prima (excellent service) sehingga kelengkapan koleksi buku dan kecanggihan sarana-prasarana yang disediakan kurang berarti. Malah bisa-bisa para pengunjung kecewa dan antipasti dengan perpustakaan karena keramahan dan profesionalisme pustakawan tidak dijaga dan ditingkatkan. Oleh karena itu, peningkatan dan pengembangan perpustakaan tidak hanya sarana – prasarana tetapi juga sumber daya manusia (SDM) yang ada di perpustakaan. Sebelum kita membahas tentang pengembangan perpustakaan yang sesuai dengan kekhasan daerah masing – masing, ada baiknya kita membahas tentang pengertian dan model perpustakaan yang ada terlebih dahulu.
A.    Pengertian perpustakaan
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, Perpustakaan Nasional adalah lembaga pemerintah non departemen yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara. Bagi perpustakaan nasional mungkin hal itu tidak menjadi kendala karena terpenuhinya sumber dana, sarana-prasaran dan sumber daya manusia (SDM) sehingga tidak menjadi masalah seandainya perpustakaan nasional memiliki berbagai fungsi. Tetapi untuk perpustakaan yang berada di tingkat bawah, alangkah baiknya jika mengkhususkan diri pada salah satu fungsi dengan mengoptimalkan koleksi dan SDM. Dengan banyaknya fungsi perpustakaan memberikan kesempatan kepada para pengelola untuk mengembangkan perpustakaan atau kalau tidak mungkin pengelola perpustakaan dapat menfokuskan diri kepada salah satu fungsi perpustakaan. Ciri khas sebuah perpustakaan, baik koleksi buku maupun sarana-prasaran akan menjadi nilai lebih dan daya tarik bagi para pengunjung.
Darmono (2001:2) mengemukakan bahwa Perpustakaan pada hakekatnya adalah pusat sumber belajar dan sumber informasi bagi pemakainya. Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar dan informasi artinya bahwa perpustakaan tidak harus selalu berupa koleksi buku semata, tetapi dapat ditambah dengan koleksi – koleksi yang dapat melengkapi kekhasan perpustakaan itu sendiri. Misalnya perpustakaan berfungsi sebagai perpustakaan penelitian maka di dalam perpustakaan tersebut berisi hasil – hasil penelitian dan juga koleksi buku yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian tersebut. Sementara Wafford (2001) menterjemahkan perpustakaan sebagai salah satu organisasi sumber belajar yang menyimpan, mengelola dan memberikan layanan bahan pustaka baik buku maupun non buku kepada masyarakat tertentu maupun masyarakat umum.
B.     Model – model perpustakaan
Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari satu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya.
Perpustakaan yang berbasis pasar akan memberikan nuansa yang sangat beerbeda pada perpustakaan. Karena pelayanan akan diberikan berdasarkan kebutuhan pengguna. Biasanya pelayanan pada perpustakaan hanya berdasarkan keinginan pengelola perpustakaan, namun apabila dilaksanakan berbasis pasar maka pelayanan akan diberikan berdasarkan kebutuhan, permintaan, dan keinginan customer. Sebagai contoh kecil adalah penyediaan buku pada perpustakaan di sebuah perguruan tinggi.
C.     Pengembangan perpustakaan
Blasius Sudarsono dalam bukunya “Antologi Kepustakawan Indonesia” mengatakan bahwa pembangunan perpustakaan umum di Indonesia masih sangat lemah (Sudarsono, 2006 : 164).
1.      Sumber Daya Manusia (SDM) atau Pustakawan
Sumber daya manusia di perpustakaan dapat terdiri dari pustakawan, tenaga administrasi dan operator komputer yang senantiasa selalu ditingkatkan kualitasnya dengan diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan, seminar-seminar, loka karya, workshop dan kongres dibidang perpustakaan maupun disiplin ilmu yang relevan.Pemakaaian seragam pegawai bagi pustakawan baik dan sah – sah saja tetapi untuk menunjukkan eksistensi kelokalan maka alangkah baiknya jika pustakawan menggunakan pakaian adat. Sebagai contoh untuk pustakawan di Jogjakarta, pustakawan memakai pakaian adat jawa; laki – laki mengenakan blangkon dan sorjan dan perempuan menggunakan kebaya. Alangkah elegan dan indahnya dipandang mata. Kalau DKI saja berani mewajibkan para pegawai pemerintah memakai pakainan adat betawi, masak kita tidak dapat mewajibkan para pegawai perpustakaan memakai pakaian tradisional. Di samping itu, para petugas dapat memberikan contoh dan model pakaian jawa kepada para generasi muda atau pemustaka yang datang ke perpustakaan. Namun pakaian jawa yang kelihatan pemakaiannya ribet dapat di antisipasi dengan membuat model yang praktis dan simpel tetapi tidak mengurangi esensi pakaian tersebut.
Di samping itu, Endraswara (2003) mengatakan bahwa watak dasar orang Jawa adalah sikap nrima. Nrima adalah menerima segala sesuatu dengan kesadaran spiritual-psikologis, tanpa merasa nggrundel (menggerutu karena kecewa di belakang).orang Jawa begitu menjunjung tinggi sifat keramahtamahan dan nilai kerukunan antar sesama sehingga begitu menghindari konflik demi mencapai kedamaian dalam hidup (Suseno, 2001).Bratawijaya (1997) mengatakan bahwa orang Jawa dikenal memiliki sikap yang lamban, tidak mau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan, sopan santun, lemah lembut, ramah dan sabar.

2.      Sarana Prasarana
Untuk sarana dan prasarana yang ada di perpustakaan baiknya diciptakan sebagai tempat dan sumber belajar sehingga dari luar harus sudah memberikan kesan dan ciri khas sebuah gedung perpustakaan  daerah tertentu. Oleh karena untuk saran dan prasarana, penulis membagi dalam beberapa bagian seperti:
a)      Gedung atau bangungan perpustakaan
Gedung perpustakaan harus yang benar-benar dirancang untuk perpustakaan, dimana lokasinya harus strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat penggunanya serta diperlengkapi dengan sarana dan fasilitas pendukung seperti aula, ruang layanan, ruang pengolahan, ruang staf dan pimpinan, toilet, areal parkir yang memadai dan memperhatikan kenyamanan pengguna untuk membaca.
Untuk gedung mungkin tulisan ini agak terlambat atau kalau memungkinkan dipugar kembali, penulis menyarankan untuk membuat gedung yang bercirikas lokal. Kalau perpustakaan di Jogjakarta, maka baiknya gedungnya berbentuk joglo dengan arsitektur jawani. Pemberian hiasa janur- janur dan beraneka ketrampilan tangan dari daun kelapa tersebut dapat dijadikan hiasan menambah kesan adat dan budaya Jawa. Kita dapat mencontoh budaya yang ada di pulau Bali, hampir semua tempat memberikan corak dan ciri khas bali, entah itu bentuk bangungan/gedung maupun hiasan – hiasan yang lain. Untuk itu alangkah baiknya jika di Jogjakarta juga menerapkan model gedung berciri Jogjakarta. Ini juga sebagai sumber belajar para generasi muda dalam memahami bentuk bangungan daerah tertentu.
b)      Cafe atau mini resto dalam perpustakaan
Penulis berpendapat bahwa tidak tabu untuk membiarkan para pengunjung membawa makanan dan minuman. Malah kalau perlu pihak perpustakaan membuka sebuah cafe atau mini resto yang menyediakan  makanan d  dan minuman ringan. Cafe ini berada di dalam gedung perpustakaan dengan model self service. Para pengunjung dapat mengambil dan melayani sendiri karena ini merupakan bagian dari kantin kejujuran. Dengan harapan bahwa perpustakaan juga ikut andil dalam membangun karakter bangasa yang jujur dan berani. Pendapatan cafe ini akan selalu di audit setiap minggu dan diinformasikan kepada para pengujung tentang hasil dari cafe kejujuran tersebut. Apakah cafe mengalami keuntungan atau kerugian dalam berniaga? Jangan lupa juga ucapkan juga terimakasih kepada pengunjung atas kejujurannya berbelanja di cafe kejujurannya.Perpustakaan Sebagai Lembaga Nirlaba Perpustakaan sebagai lembaga informasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak menitikberatkan pada pencarian keuntungan materi. Mari bersama – sama kita ciptakan generasi penerus yang jujur dan berani.
c)      Interior dan eksterior perpustakaan
Interior yang ada di perpustakaan baiknya dihias dengan ciri khas Indonesia atau kedaerahan seperti untuk Jawa bisa dengan memberikan wayang geber atau berjejernya beberapa wayang di sudut perpustakaan. Nah kalau memungkinkan juga dipajang beberapa gamelan di dalam gedung perpustakaan dengan diberikannya tulisan nama gamelan tersebut. Untuk nguri-nguri kesenian tradisional, khususnya karawitan, pihak perpustakaan dapat memberikan kursus atau diklat nabuh gamelan pada waktu – waktu tertentu. Dengan cara tersebut maka perpustakaan dapat sebagai sumber belajar dan sekaligus pelestari kesenian Jawa.

3.      Pelayanan atau service
Layanan perpustakaan dapat berupa layanan terbuka (open acces) dan layanan tertutup (closed acces). Sedangkan sistem layanan untuk perpustakaan umum ada baiknya diterapkan adalah sistem layanan terbuka (open acces). Sementara itu fasilitas-fasilitas yang perlu diberikan oleh perpustakaan untuk dapat dikatakan ideal adalah : (a) layanan otomasi, (b) layanan foto copy, (c) layanan pandang dengan (audio visual), (d) layanan hotspot (wifi) internet, (e) layanan untuk orang dengan kondisi khusus (cacat).
a)      Peminjaman
komputer dalam otomasi perpustakaan ini terdiri dari : (a) Sistem akuisisi dan pemesanan bahan pustaka, (b) Sistem sirkulasi, (c) Sistem pengatalogan, (d) Kontrol terbitan berseri. Sedangkan perangkat lunak (software) yang dapat digunakan atau dipilih diantara yang beredar di pasaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial perpustakaan itu sendiri. Perangkat lunak itu antara lain adalah NCI-Bookman, INMAGIC, LIBRARIAN, Micro CDS/ISIS ataupun versi Windowsnya yaitu Winisis, VTLS, TINLIB dan lain-lain. Penerapan komputer atau otomasi perpustakaan tentulah berdasarkan pertimbangan terhadap kemampuan komputer yang sangat cepat dan tepat dalam pekerjaan yang sering dan selalu berulang-ulang. Sehingga dengan menggunakan komputer biaya pengerjaannya akan lebih murah dibanding dengan tenaga manusia (Davis, 1986:43).Fungsi Deposit Sesuai arti kata deposit yakni menyimpan, maka perpustakaan merupakan tempat menyimpan informasi yang dibutuhkan oleh para pemakai. Fungsi penyimpanan yang dimaksudkan menyimpan informasi yang telah dikemas dalam berbagai bentuk kemasan. Pada umumnya orang mengenal perpustakaan sebagai tempat menyimpan buku, akan tetapi perkembangan saat ini, informasi dapat dikemas dalam bentuk CD atau VCD.
b)      Menjalin komunitas
Menurut pasal 12 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, tentang Perpustakaan, menyebutkan bahwa perpustakaan melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan layanan kepada pemustaka. Tujuan kerjasama ini adalah untuk meningkatkan jumlah pemustaka yang dapat dilayani dan meningkatkan mutu layanan perpustakaan.Untuk menjalin kerjasama dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu yang formal atau informal. Menjalin kerjasama secara formal adalah dengan menjalin kerjasama dengan warga sekolah dan warga masyarakat. Kerjasama secara informal yaitu dengan menjalin kerjasama dengan para pengguna facebook atau twitter. Ketika para pengunjung datang dan meminjam buku, pustakawan dapat meminta alamat facebook atau twitter untuk menjalin kerjasama di kemudian hari. Dengan fasilitas tersebut pustakawan dapat menginformasikan tentang buku – buku baru dan info – info yang berhubungan dengan perpustakaan seperti lomba yang diadakan perpustakaan pusat atau perpustakaan daerah.
c)      Peningkatan promosi dan publikasi
fungsi publikasi ini dapat dimaksimalkan sebagai media komunikasi informasi, agar hasil karya sivitas akademik dikenal dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak. Perpustakaan perlu menambah tenaga kerja yang mahir menangani Teknologi Informasi. Tujuannya adalah meningkatkan promosi dan publikasi karena bagaimanapun sebuah lembaga atau instanti perlu terus melakukan promosi dan publikasi atas kegiatan – kegiatannya.
Kesimpulan
Gambaran dan impian tersebut yang terangkum di bawah ini antara lain adalah : (1) gedung dan bangunan yang megah atau mewah dengan sejumlah ruangan yang memadai, (2) para pegawai yang bersemangat, berintegritas, berdisiplin dan menjiwai serta loyal kepada pekerjaan, (3) lokasi yang strategis dengan lahan yang luas dan mudah diketahui masyarakat dan mudah dijangkau pengunjung disertai sejumlah papan penunjuk, (4) sarana dan prasarana yang memadai, perlengkapan/inventaris kantor yang baik dan standar, seperti meubiler, alat transportasi, dan beberapa mesin untuk mendukung pelaksanaan aktivitas organisasi, (5) sumber informasi (koleksi) bahan pustaka yang relatif lengkap, bervariasi, bermutu dan jumlah yang memadai dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (up to date), (6) tersedia dan dilengkapi penerapan teknologi, terutama teknologi informasi, dan (7) sistem, prosedur dan mekanisme kerja yang baik (Supriyanto, 2006 : 28).


Daftar Pustaka:
Darmono, Manajemen dan Tata Perpustakaan Sekolah (Cet. I; Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001), h. 2
Sudarsono, Blasius.2006. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta : Pengurus Pusat IPI bekerja sama dengan Sagung Seto
Davis, William S.. 1986. Sistem pengolahan informasi. Jakarta : Erlangga.


LAPORAN WORKSHOP LPIR



 “Workshop Pembinaan Lomba Penelitian Ilmiah Remaja”
Oleh Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
           



                            

         Surat Tugas dari Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor: 800/11594 tertanggal 5 Desember 2013 tentang Tugas mengikuti Workshop Pembinaan Lomba Penelitian Ilmiah Remaja oleh Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


                            

Hari                 : Jum’at s/d Senin
Tanggal           : 13 s/d 16 Desember 2013
Tempat            : Hotel Kusuma Sahid Solo
                          Alamat Jl. Sugiyopranoto No.20 Telp (0274) 646356






1.      Prof. Dr. Ir. H. Wahyuddin Latunreng dari Ketua Dewan Juri LPIR Kemendikbud (HP:0816888669/081399950664 pin 25e67dc9)
2.      Prof. Baharudin Tappa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (HP: 08129221687) dan E-mail : btappa@yahoo.com
3.      Ir. Mohammad Zainudin, M,Eng dari Direktorat Paten, Ditjen HKI, Kementerian Hukum & HAM RI (HP: 08128214719) mzaind2003@yahoo.com
4.      Agus, Ph.D dari Dosen UPI dan juga sebagai Juri LPIR bidang IPS dan Kemanusiaan
5.      Iroh Siti Zahroh, S.Pd, M.Pd dari LPMP Banten juga sebagai Juri LPIR bidang IPS dan Kemanusiaan (HP: 081384774565) dan E-mail :  tenri_adhiza@yahoo.co.id.
6.      Prof. Hertien Koosbandiah Surtikanti dari Dosen UPI dan juga sebagai Juri LPIR bidang IPA dan Lingkungan (HP: 0811217034) dan E-mail:hertien_surtikanti@upi.edu
7.      Agung Widodo dari Juri Lomba Karya Jurnalistik Siswa
8.      Tim Indo Karakter sebagai motivator






Workshsop Pembinaan Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) tingkat SMP diikuti para guru SMP perwakilan dari provinsi berjumlah 198 orang dengan kualifikasi dan rincian sebagai berikut :
1.      Berkualifikasi IPS dan Kemanusiaan : 66 orang
2.      Berkualifikasi IPA dan Lingkungan : 66 orang
3.      Berkualifikasi Pengetahuan Teknik dan Rekayasa : 66 orang





No
Hari/Tanggal
Pukul
 Catatan Kegiatan
1
Jum’at, 13 Desember 2013
19.30 – 21.00
Upacara Pembukaan oleh Wakil Dirjen Dikdas Dir. PSMP dan dilanjutkan pembekalan materi LPIR oleh Bp. Prof. Dr. Ir. H. Wahyuddin Latunreng dari ketua Dewan Juri Kemendikbud.
2
Sabtu, 14 Desember 2013
08.00 – 09.00
Penjelasan Teknis oleh Panitia
09.00 – 11.00
Penjelasan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) oleh Direktorat Haki, Bp. Ir. Moh Zainudin, M.Eng dan untuk hasil karya yang sudah dipatenkan dapat dilihat di http://www.dgip.go.id
11.00 – 11.15
Istirahat
11.15 – 13.00
Pembinaan LPIR oleh Juri bidang IPS dan Kemanusiaan, Bp. Dr. Agus dan Ibu Iroh Siti Zahroh, S.Pd, M.Pd
13.00 – 14.00
Ishoma
14.00 – 15.30
Lanjutan…Pembinaan LPIR oleh Juri bidang IPS dan Kemanusiaan, Bp. Dr. Agus dan Ibu Iroh Siti Zahroh, S.Pd, M.Pd dengan membuat kelompok dan penulis termasuk kelompok 6. Setiap anggota kelompok harus membuat 3 judul penelitian untuk dilombakan dengan kelompok lain.
15.30 – 16.00
Istirahat
16.00 – 17.30
Lanjutan…Pembinaan LPIR oleh Juri bidang IPS dan Kemanusiaan Bp. Dr. Agus dan Ibu Iroh Siti Zahroh, S.Pd, M.Pd dengan diskusi untuk menentukan judul yang sesuai yang akan diangkat untuk Lomba antar kelompok dan juga membuat presentasi kelompok.


17.30 – 19.00
Ishoma
19.00 – 21.00
Peningkatan motivasi peserta workshop Pembinaan LPIR oleh Indo Karakter
3
Minggu, 15 Desember 2013
08.00 – 12.00
Lanjutan…Pembinaan LPIR oleh Juri bidang IPS dan Kemanusiaan Bp. Dr. Agus dan Ibu Iroh Siti Zahroh, S.Pd, M.Pd dengan praktek presentasi karya pilihan tiap kelompok. Ada 8 Kelompok dan setiap kelompok hanya menampilkan satu karya terbaik untuk lomba antar kelompok.
12.00 – 13.30
Ishoma
13.30 – 17.30
Informasi tentang Lomba Karya Jurnalistik Siswa tahun 2014 oleh Tim LKJS
17.30 – 19.00
Ishoma
19.00 – 21.00
Pembekalan dan Pengumuman
Kelompok terbaik.Untuk lomba kelompok bidang IPS dan Kemanusiaan, kelompok 6 menjadi juara I atau terbaik dengan mengangkat tema Pengaruh Kesadaran Masyarakat  Terhadap Pelestarian Hutan Tutupan Adat Sebagai Upaya Penyelamatan Lingkungan Di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat” dan mendapat hadiah kain dari Bp. Prof. Dr. Ir. H. Wahyuddin Latunreng

4
Senin, 16 Desember 2013
08.00 – 09.00
Acara penutupan dan para peserta pulang





1.   Diketahui dan diperoleh sistematika laporan penelitian yang baku untuk LPIR
2.   Ada 3 kriteria sebuah naskah diterima atau terseleksi dari para juri yaitu (a). Judul up to date (kekinian) atau unik (b).Unsur penelitiannya ada, jadi bukan proses pembuatan semata (c). Nilai kepedulian siswa terhadap lingkungannya
3.   Esensi penelitian ada 3 yaitu (a). membandingkan :”Dampak…dst (b). mengetahui effek : “Pengaruh… dst” (c). memberi hal baru/mengetahui sesuatu yang baru.
4.   Mengetahui tentang Hak Karya Interlektual (HKI) yaitu (a). Hak Cipta : Ilmu Pengetahuan, Seni, Sastra dan lain-lain, (b). Hak Milik Industri : paten, merk, design, rahasia dagang, dan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT).
5.   Ada informasi tentang Lomba Karya Jurnalistik Siswa (LKJS) tahun 2014 dan penjelasan tentang tema, ketentuan dan pengertian tentang istilah – istilah yang ada dalam dunia jurnalistik.





            Demikian laporan hasil workshop Pembinaan LPIR tingkat SMP yang ditugaskan kepada saya. Ada kurang dan lebihnya saya mohon maaf yang sebesar – besarnya. Akhir kata saya ucapkan terimakasih atas kepercayaan dan dukungan yang diberikan kepada saya,