Selasa, 30 Juni 2015

IPAD, ANAKKU DAN SERTIFIKASI



“Yah beliin Ipad, ya?” rengek anakku yang masih berumur 6 tahun. Aku kaget dan merasa heran darimana ia mengetahui Ipad segala. Nampaknya perkembangan teknologi telah merambah ke segala usia. Buktinya anakku sudah mengenal gadget yang satu ini. Kalau anakku yang masih kecil saja sudah mengenal peralatan teknologi, bagaimana dengan para peserta didik kita? Mungkin mereka lebih canggih daripada anakku. Dari kondisi yang ada ini aku tertantang untuk mengetahui lebih banyak tentang teknologi, minimal jangan sampai kalah dengan anakku. Dan yang penting juga aku jangan sampai kalah dengan para peserta didikku. Jika para peserta didi sudah bias membuat e-mail, maka aku harus dapat membuat blog dan jika peserta didikku sudah dapat membuat blog maka aku harus dapat membuat cyber class. Malu rasanya jika aku sebagai guru kurang pergaulan (kuper ) dan gagap teknologi (gaptek) dihadapan para peserta didik. Kalau sampai kalah wah..jangan-jangan mereka belajar bukan dari gurunya tetapi malah belajar dari mbah Google.
Sebagai guru saat ini, malu rasanya tertinggal informasi di sekitar kita, bukankah semua materi/ bahan pelajaran dapat kita dapatkan dari lingkungan termasuk teknologi yang tersedia di sekitar kita. Kita harus mendengar dan melihat sekeliling kita, Indonesia kita dan dunia kita. Kemudian kita dapat menghubungkan pengetahuan tentang sekeliling kita dengan mata pelajaran yang kita ajarkan. Dengan cara tersebut, informasi yang diperoleh siswa selalu actual. Apalagi jika kita para guru yang sudah sertifikasi ada baiknya tambahan gaji tersebut untuk berlangganan surat kabar (melihat sekeliling) dan membeli laptop serta berlangganan internet (melihat dunia kita). Kedua fasilitas tersebut dapat juga kita gunakan untuk menunjang pembelajaran. Dengan sarana tersebut kita dapat menyajikan materi pelajaran dengan lebih menarik dan sistematis. Kita perlu mengurangi model pembelajaran dengan ceramah dan mencatat, karena itu pasti membosankan peserta didik kita.
Mari kita sisihkan beberapa lembar uang tunjangan profesi kita untuk menambah pengetahuan melalui surat kabar dan laptop terintegrasi dengan internet untuk menjadi guru yang professional. Bukankah gaji kita naik 100%? Logikanya ika gaji kita naik 1 x lipat maka etos kerja kita juga harus naik 1 x lipat, tidak seperti biasa-biasa saja sebab gaji kita sudah luar biasa besarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar yang membangun sangat berguna tidak hanya bisa mencaci tetapi berikan juga solusi