Senin, 26 November 2018

PERJALANAN YANG GILA

      Baru saja tadi malam sampai rumah, malam ini sudah siap siap pergi lagi. Ya, malam ini kami mau menimba ilmu penerjemahan. Menerjemahkan cerita anak dari bahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Keren ya? 
Pembukaan Acara Lokakarya Cerita Anak
   
   Ini ilmu baru sehingga perlu diburu. Siapa tahu dapat sesuatu yang menambah greget menulis, tentunya menulis jenis cerita baru. Ya, paling tidak cerita anak dalam bahasa Inggris atau bahasa Jawa.

Ah, cerita seperti itu sudah banyak contoh dan bukunya.


   Okelah, kalau bahasa Inggris sudah banyak bukunya. Bagaimana dengan cerita bahasa Jawa? Apakah banyak? Atau jangan jangan sudah mau punah. Malam ini, tepatnya dini hari ini pukul 1 kami mau pergi ke Surabaya.
Di universitas negeri Surabaya (Unnes) kami akan belajar menerjemahkan cerita anak dari berbagai bahasa (mungkin bahasa Inggris saja sih  ) kemudian diubah menjadi bahasa Indonesia atau bahasa Jawa.

Untungnya, ada 6 teman yang lain seleksi sehingga tidak terlalu ngelangut di perjalanan kali ini.

     Tahu enggak sih kalau bahasa Jawa termasuk bahasa yang sulit bagi kami. Sehingga ada usulan seorang teman yang mau membawa buku pepak basa Jawa. Ha..ha lucu dan penuh semangat. Kami tidak tahu bagaimana hasil karya kami nanti. Apakah akan dicetak dan dijadikan buku? Atau hanya di-posting di web let's read dan semua orang bisa membaca serta mengunduhnya.

     
Apa pun hasilnya, doa kami semoga sedikit hasil karya kami nanti, dihitung sebagai penambah timbangan kebaikan di kemudian hari. Aamiin. See you Surabaya. Bismillah.

STASIUN GUBENG BIKIN PUYENG

"Neng stasiun balapan. Kota Solo kang dadi kenangan, kowe Karo aku." Asek.
(Hokya hokya jooss)



   Itu kalau stasiun Balapan, Solo. Beda dengan stasiun Gubeng, Surabaya. Pukul 6 kami tiba di stasiun Gubeng. Begitu tiba, ingin rasanya ngadem awak.

Yups, kami ingin mandi. Tapi di mana?

   Aha, ada sebuah toilet umum di dekat Musala. Meluncurlah kami menuju ke sana. Sudah mau siap siap, semua barang di taruh di musala. Beberapa teman mencoba meluruskan boyok.
"Maaf, tidak boleh tiduran di musala," ucap seorang sekuriti. Baiklah kami bangun dan duduk manis. Sambil ngobrol ngobrol, kami mengeluarkan permen. Enggak dimakan sih, tepatnya belum di makan.

"Maaf. Tidak boleh, makan dan minum di Musala," tegur petugas kebersihan.

Baiklah, kami memasukkan lagi permen ke dalam tas. Daripada nunggu enggak jelas, salah satu teman langsung cap cup pergi ke kamar mandi.
   Dia membawa baju, handuk dan perangkat mandi lainnya. Duh, kayaknya seger nih mandi pagi pagi, batinku. Baju ganti sudah dipersiapkan termasuk underwear dan peralatan mandi. Baru mau masuk kamar mandi (baca: toilet).

"Maaf. Tdak boleh mandi ya, sebab airnya tandon," kata petugas kebersihan.

   Baiklah. Kuurungkan niat untuk mandi. Aku kemasi lagi barang barang untuk mandi dan menuju ke musala kembali. Sampai musala kumasukkan lagi peralatan mandi.
Batal acara mandi pagi deh. Oh, Gubeng Gubeng.
    Kemudian setelah berembug, kami memutuskan langsung ke tempat acara. Siapa tahu nanti ada keajaiban tempat mandi yang representatif. Siapa tahu. Semoga dimudahkan niat baik kami untuk menuntut ilmu. Eh, sebenarnya ilmu enggak salah apa apa sih, jadi sebenarnya kurang etis menuntut ilmu.
     Oke, kami tidak akan menuntut ilmu, kami hanya akan mencari ilmu, ngangsu kawruh di kota pahlawan ini. Itu saja. Kami sudah tegar menjalani semua ini. Sebab acara ini sensasinya beda. Beda sekali. Kami.menjadi traveler sejati. Bahkan kami naik oplet segala. Jian true traveler tenun.

Rabu, 31 Oktober 2018

SEMUA KARENA LION AIR

    Pukul 1 kemarin kami harus pergi ke Gorontalo. Berhubung hanya ada maskapai Singa maka mau tidak mau ya naik itu juga. Banyak orang yang menamai maskapai ini dengan rajanya delay. Duh, sudah kebayang bagaimana nasib kami berempat. Okelah itu resiko kami sebagai guru yang ditugaskan ke sana. Semoga saja kami kuat menghadapi perjalanan dab kenyataan.
Keberangkatan dari Jakarta ke Gorontalo

Bismillah
    Penerbangan jam 1 tapi kami sudah pagi pagi pukul 9 harus ke bandara Soeta. Begitu selesai semua boarding pass, kami masuk ke pesawat. Pesawat yang sangat besar. Besar sekali malah wong boing 747. Kami dapat kursi nomor 32, itu artinya kami berada di deretan kursi belakang. Informasi tentang tatib pesawat pun diperagakan. Kemudian dilanjutkan pesawat take off.
   Seperti yang ada di benakku, pesawat ini dan beberapa pesawat yang lain, pasti terjadi goncangan. Kecuali maskapai favorit kami, galuda. He..he Guncangan terus terjadi, sampai bunyi krak krak pun terdengar. Maklum kami berada di buritan jadi sangat terasa. Aku mulai menahan rasa mual dan pening di kepala. Di tambah jantung deg degan. Ya Alloh, kuatkanlah hati kami.
Guru Mitra 1 di dalam Pesawat Lion Air

    Alhamdulillah, pesawat berhasil lepas landas. Lega rasanya. Belum penuh kelegaan kami, terjadi guncangan lagi. Kali ini mungkin karena melewati awan. Ya Alloh, perut mulai mules. Tebersit di pikiran nanti kali terjadi lagi maka aki akan mencari plastik. Kuedarkan pandangan di kursi depanku, ternyata tidak ada plastik. Gawat.
    Setahuku di maskapai apa pun pasti disediakan plastik bagi penumpang yang mabuk. Tapi ini tidak ada. Gila. Maskapai yang sering wira wiri ini kok tidak memberikan pelayanan yang prima kepada para penumpangnya. Sayang sekali.
Tiba di Bandara Makasar

    Rasa mual semakin menggelora. Duh, ya ampun. Rasa mual semakin terasa. Bagaimana ini? Tidak mungkin kan aku muntahkan ke depan. Atau kumuntahkan di toilet. Sepertinya aku tidak akan sanggup ke toilet dengan menahan rasa mual ini. Duh.
    Tak berapa lama, terdengar pengumuman untuk transit pesawat. Kami hanya sampai Makasar saja. Itu artinya kami harus berhwnti. Beruntungnya lagi kami harus turun peswat untuk laporan. Alhamdulillah. Untuk beberapa orang transit itu menjengkelkan dan mengesalkan namun tidak bagiku.
Yey, Aku Terbebas Karena Transit

  Transit telah membuat rasa mualku terjeda karena harus turun dan tidak menerima goncangan pesawat lagi. Terimakasih ya Alloh, untuk solusi yang luar biasa ini.

Rabu, 26 September 2018

SUSAHNYA BAYAR PAJAK DI INDONESIA

   Seperti yang kuceritakan kemarin, salah satu harta yang bernilai (baca: sepeda motor) telah habis masa berlakunya. Sehingga aku harus membayar pajak agar bisa digunakan. Karena satu dan dua hal, pembayaran pajak tertunda beberapa minggu hingga hari ini. Ini aku sudah berniat baik lho, tidak peduli sudah terlambat dan terkena denda.

Tetap sebagai warga negara yang baik, aku harus taat pajak. Begitu prinsipku.

   Oleh karena itu, dengan semangat 45 dan 1998 aku mau mengurus pajak sepeda motor sendiri. Mumpung hari ini mengajar hanya 2 jam pelajaran. Jadi daripada ngerumpi atau nyinyirin hidup orang lain maka aku berangkat ke Samsat Bantul.

Berbekal STNK, KTP dan BPKB, aku pergi ke Samsat. Oiya FYI aku harus ganti plat nomor sebab sudah masuk pajak lima tahunan. Okelah.

Pertama-tama yang kulakukan adalah cek fisik terlebih dahulu. Ya, diperiksa berapa nomor mesin, nomor rangka dan sebagainya.Eh, ternyata sebelum ke situ, aku harus mengurus pendaftaran terlebih dahulu dan memfotokopikan syarat-syarat adiministasi. Jadi aku balik lagi sebelum mengurus cek fisik.
Begitu dapat lembar formulir dan sudah difotokopikan, aku kembali ke bapak pengecek mesin dan rangka motor. Dia terima lembar formulir. Cek dan cak cek selesai.
Kupikir aku bisa langsung mendaftarkan pajak, ternyata tidak. Aku harus mengesahkan lembar tadi di konter pengesahan. Tok tok tok, sudah disahkan, kemudian pindah di ruang satunya lagi. Di situ aku harus membayar 160 ribu rupiah. Baiklah, aku manut saja.

Selesai pembayaran dan bukti pengesahan, aku masukkan di kotak formulir pendaftaran. Ternyata tidak sampai berhenti di situ. Berhubung alamat STNK dan BPKP berbeda maka kata petugas; aku harus ke Poresta mengurus pergantian alamat baru terlebih dahulu. Kantor Polesta agak jauh dari samsat. Itu artinya, aku harus keluar dari parkiran dan pindah tempat ke polresta.

Sabar...sabar.

Di polresta, aku harus mencari ruangan khusus penanganan BPKB. Setelah melampirkan berkas yang diminta (fotokopi STNK dan KTP serta BPKB), aku kembali ke Samsat. Dan katanya BPKB bisa diambil tanggal 5 Oktober 2018. Ya, Alloh semoga aku ingat. 
Bismillah tetap semangat. Ganbate

Pindah lagi, sekarang balik ke Samsat. Di situ, aku menaruh syarat syarat membayar pajak lagi. Eh, ternyata ada yang kurang sebab waktu di Polresta ada beberapa fotokopian diambil petugas BPKB Okelah, aku harus memfotokopikan syarat lagi.
Aku keluar ruangan lagi, fotokopi lagi. Sret..sret, fotokopian selesai. Sudah lengkap, aku kembali ke petugas pajak motor tadi, Dia ambil berkasku dan diperiksa sekilas.

"Pak, ini STNK bisa diambil tanggal 2 Oktober. Ini kertas pengambilannya."

Ya, Alloh mau bayar pajak saja susah banget. Pantesan banyak orang pada ngemplang. Lha ribet. Sudah ribet, bayar lagi. Duh, Indonesiaku.