Kamis, 29 November 2018

LOKAKARYA PENERJEMAHAN CERITA ANAK (1)

   Hari pertama lokakarya penerjemahan buku cerita anak dimulai agak molor. Menurut agenda dalam acara akan dimulai pukul 8 pagi. Namun ini sudah hampir setengah sembilan namun belum ada tanda tanda akan dimulai. Badan terasa gerah sebab belum mandi juga. bagaimana bisa mandi coba, tiba di tempat acara sudah hampir pukul 8.

Di Depan Stasiun Gubeng
Apalagi mandi di stasiun tidak diperbolehkan. terpaksa deh, berangkat badan masih bau apek, keringat masih lengket. ah, semua demi ilmu baru.

Kami memesan oplet yang sebenarnya kurang meyakinkan. wong sopirnya saja tidak tahu jalan jalan besar. Malah beberapa kali dia turun hanya sekadar untuk menanyakan jalan mana menuju Universitas Negeri Surabaya. Iki sebenarnya sopir opo tho? Dia sebenarnya sopir colt, kayaknya sering ngetem juga. Apalagi tato di tangannya menunjukkan dia bukan orang sembarangan. ya, paling tidak dia bukan sopir sembarangan.

Menyusuri Jalanan Surabaya
Namun untuk masalah jalan dia tampak ekbingunan malah salah satu teman kami menawarkan google map, dia juga malah tidak paham. Dia lebih suka bertanya langsung kepada orang setempat. Wah, komunikasi yang klasik. dan parahnya setelah diberitahu dan ebrtanya kepada masyarakat setempat, dia masih nyasar juga. Duh, iki sopir opo tho?

Setelah beberaap kali belok dan terkena macet, serta putar balik tidak tentu arah, akhirnya sampai juga di rekotrat universitas negeri Surabaya. Gedung yang megah itu sangat timpang dengan kondisi kami yang kucel. Kecualai salah seorang teman yang sudah sempat mandi bersih di stasiun gubeng. Ah, betapa beruntungnya dia yang sempat mandi dan danadan necis. Apakah itu ada pengaruhnya terhadap respon ornang lain?

Tentu ada. nyatanya saat dia tanya ke salah seorang petugas atau pegawai unnes langsung ditunjukkan jalan dan diantar. namun saat melihat kami, dia langsung tanya, " Kalau Anda mau ke mana ya?" Begitu tanyanya tanpa dosa. padahal ya kami satu rombongan dengan teman kami yang duluan itu. Duh, piye tho iki. setelah kami mengaku satu rombongan dia mulai mempersilakan. hum ini benar-benar deskriminatif terhadap orang yang sudah mandi dan belum.
Berputar-putar Tak Tentu Arah

Saat registrasi, badan semakin tidak karuan. lengket dan tidak pede. Ada toilet di ujung. rencana mau mandi di sana setelah daftar ulang. Daftar ulang pun selesai. aku membawa tas masuk ke dalam toilet namun setelah meilhat kondisi toilet, in tidak mungkin untuk mandi. Toiletnya terlalu sempit dan ada lubang angin di bawah. Jadi nanti kalau kami mandi tentu air akan terpercik ke luar. Belum letak tempat daftar ulang dan toilet begitu dekat. Nanti kalau kami mandi pasti kedengaran penjagan tempat daftar ulang.

Ah, bisa ditegur lagi kami nanti. Malu kan? Akhirnya kuurungkan niat mandi pagi itu. Aku hanya membasuh muka beberapa kali. Hum cukup segar juga.


Senin, 26 November 2018

PERJALANAN YANG GILA

      Baru saja tadi malam sampai rumah, malam ini sudah siap siap pergi lagi. Ya, malam ini kami mau menimba ilmu penerjemahan. Menerjemahkan cerita anak dari bahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Keren ya? 
Pembukaan Acara Lokakarya Cerita Anak
   
   Ini ilmu baru sehingga perlu diburu. Siapa tahu dapat sesuatu yang menambah greget menulis, tentunya menulis jenis cerita baru. Ya, paling tidak cerita anak dalam bahasa Inggris atau bahasa Jawa.

Ah, cerita seperti itu sudah banyak contoh dan bukunya.


   Okelah, kalau bahasa Inggris sudah banyak bukunya. Bagaimana dengan cerita bahasa Jawa? Apakah banyak? Atau jangan jangan sudah mau punah. Malam ini, tepatnya dini hari ini pukul 1 kami mau pergi ke Surabaya.
Di universitas negeri Surabaya (Unnes) kami akan belajar menerjemahkan cerita anak dari berbagai bahasa (mungkin bahasa Inggris saja sih  ) kemudian diubah menjadi bahasa Indonesia atau bahasa Jawa.

Untungnya, ada 6 teman yang lain seleksi sehingga tidak terlalu ngelangut di perjalanan kali ini.

     Tahu enggak sih kalau bahasa Jawa termasuk bahasa yang sulit bagi kami. Sehingga ada usulan seorang teman yang mau membawa buku pepak basa Jawa. Ha..ha lucu dan penuh semangat. Kami tidak tahu bagaimana hasil karya kami nanti. Apakah akan dicetak dan dijadikan buku? Atau hanya di-posting di web let's read dan semua orang bisa membaca serta mengunduhnya.

     
Apa pun hasilnya, doa kami semoga sedikit hasil karya kami nanti, dihitung sebagai penambah timbangan kebaikan di kemudian hari. Aamiin. See you Surabaya. Bismillah.

STASIUN GUBENG BIKIN PUYENG

"Neng stasiun balapan. Kota Solo kang dadi kenangan, kowe Karo aku." Asek.
(Hokya hokya jooss)



   Itu kalau stasiun Balapan, Solo. Beda dengan stasiun Gubeng, Surabaya. Pukul 6 kami tiba di stasiun Gubeng. Begitu tiba, ingin rasanya ngadem awak.

Yups, kami ingin mandi. Tapi di mana?

   Aha, ada sebuah toilet umum di dekat Musala. Meluncurlah kami menuju ke sana. Sudah mau siap siap, semua barang di taruh di musala. Beberapa teman mencoba meluruskan boyok.
"Maaf, tidak boleh tiduran di musala," ucap seorang sekuriti. Baiklah kami bangun dan duduk manis. Sambil ngobrol ngobrol, kami mengeluarkan permen. Enggak dimakan sih, tepatnya belum di makan.

"Maaf. Tidak boleh, makan dan minum di Musala," tegur petugas kebersihan.

Baiklah, kami memasukkan lagi permen ke dalam tas. Daripada nunggu enggak jelas, salah satu teman langsung cap cup pergi ke kamar mandi.
   Dia membawa baju, handuk dan perangkat mandi lainnya. Duh, kayaknya seger nih mandi pagi pagi, batinku. Baju ganti sudah dipersiapkan termasuk underwear dan peralatan mandi. Baru mau masuk kamar mandi (baca: toilet).

"Maaf. Tdak boleh mandi ya, sebab airnya tandon," kata petugas kebersihan.

   Baiklah. Kuurungkan niat untuk mandi. Aku kemasi lagi barang barang untuk mandi dan menuju ke musala kembali. Sampai musala kumasukkan lagi peralatan mandi.
Batal acara mandi pagi deh. Oh, Gubeng Gubeng.
    Kemudian setelah berembug, kami memutuskan langsung ke tempat acara. Siapa tahu nanti ada keajaiban tempat mandi yang representatif. Siapa tahu. Semoga dimudahkan niat baik kami untuk menuntut ilmu. Eh, sebenarnya ilmu enggak salah apa apa sih, jadi sebenarnya kurang etis menuntut ilmu.
     Oke, kami tidak akan menuntut ilmu, kami hanya akan mencari ilmu, ngangsu kawruh di kota pahlawan ini. Itu saja. Kami sudah tegar menjalani semua ini. Sebab acara ini sensasinya beda. Beda sekali. Kami.menjadi traveler sejati. Bahkan kami naik oplet segala. Jian true traveler tenun.

Rabu, 31 Oktober 2018

SEMUA KARENA LION AIR

    Pukul 1 kemarin kami harus pergi ke Gorontalo. Berhubung hanya ada maskapai Singa maka mau tidak mau ya naik itu juga. Banyak orang yang menamai maskapai ini dengan rajanya delay. Duh, sudah kebayang bagaimana nasib kami berempat. Okelah itu resiko kami sebagai guru yang ditugaskan ke sana. Semoga saja kami kuat menghadapi perjalanan dab kenyataan.
Keberangkatan dari Jakarta ke Gorontalo

Bismillah
    Penerbangan jam 1 tapi kami sudah pagi pagi pukul 9 harus ke bandara Soeta. Begitu selesai semua boarding pass, kami masuk ke pesawat. Pesawat yang sangat besar. Besar sekali malah wong boing 747. Kami dapat kursi nomor 32, itu artinya kami berada di deretan kursi belakang. Informasi tentang tatib pesawat pun diperagakan. Kemudian dilanjutkan pesawat take off.
   Seperti yang ada di benakku, pesawat ini dan beberapa pesawat yang lain, pasti terjadi goncangan. Kecuali maskapai favorit kami, galuda. He..he Guncangan terus terjadi, sampai bunyi krak krak pun terdengar. Maklum kami berada di buritan jadi sangat terasa. Aku mulai menahan rasa mual dan pening di kepala. Di tambah jantung deg degan. Ya Alloh, kuatkanlah hati kami.
Guru Mitra 1 di dalam Pesawat Lion Air

    Alhamdulillah, pesawat berhasil lepas landas. Lega rasanya. Belum penuh kelegaan kami, terjadi guncangan lagi. Kali ini mungkin karena melewati awan. Ya Alloh, perut mulai mules. Tebersit di pikiran nanti kali terjadi lagi maka aki akan mencari plastik. Kuedarkan pandangan di kursi depanku, ternyata tidak ada plastik. Gawat.
    Setahuku di maskapai apa pun pasti disediakan plastik bagi penumpang yang mabuk. Tapi ini tidak ada. Gila. Maskapai yang sering wira wiri ini kok tidak memberikan pelayanan yang prima kepada para penumpangnya. Sayang sekali.
Tiba di Bandara Makasar

    Rasa mual semakin menggelora. Duh, ya ampun. Rasa mual semakin terasa. Bagaimana ini? Tidak mungkin kan aku muntahkan ke depan. Atau kumuntahkan di toilet. Sepertinya aku tidak akan sanggup ke toilet dengan menahan rasa mual ini. Duh.
    Tak berapa lama, terdengar pengumuman untuk transit pesawat. Kami hanya sampai Makasar saja. Itu artinya kami harus berhwnti. Beruntungnya lagi kami harus turun peswat untuk laporan. Alhamdulillah. Untuk beberapa orang transit itu menjengkelkan dan mengesalkan namun tidak bagiku.
Yey, Aku Terbebas Karena Transit

  Transit telah membuat rasa mualku terjeda karena harus turun dan tidak menerima goncangan pesawat lagi. Terimakasih ya Alloh, untuk solusi yang luar biasa ini.