Jumat, 27 Mei 2016

27 MEI, ANTARA AKU DAN NENEKKU

    Hari itu, tanggal 27 Mei 2006, hari yang akan diingat oleh orang - orang di Bantul, akan selalu diingat. Kejadian kehilangan yang luar biasa, kejadian yang dasyat, memisahkan suami dan istri, orang tua dan anak, kakek-nenek dan cucu. Seperti aku, yang harus merelakan nenek pergi untuk selama-lamanya. Ya...karena tanggal itu, hari itu dimana bumi Bantul digoncang gempa dasyat 5,9SR. Mungkin ada yang melebihi besaran goncangan tetapi bukan itu inti permasalahannya. Tetapi akibat yang ditimbulkan gempa tersebut sangat - sangat parah. Hampir semua di sekitarku rata dengan tanah. Rumah sakit banjir pasien, sampai pasien ditaruh dijalan jalan. Semua luka parah karena yang luka ringan pasti sudah ikut mengungsi karena ada isu stunami. Ah...tega nian orang yang memberi isu tersebut.
   Hari itu aku kehilangan seorang nenek, nenek yang meninggal karena tertimpa tembok yang sudah lapuk. Aku tau memang nenek tersebut tidak terlalu dekat denganku namun beliaulah tinggal satu - satunya nenek yang kumiliki. Aku juga yakin aku bukanlah cucu kesayangan beliau, ada cucu yang lebih disayang kata ibuku sih. Aku percaya saja, wong sama aku juga beliau kurang sayangnya. Bagaimanapun biarlah. Bukankah aku tidak perlu membalas sama seperti beliau. Justru aku harus menunjukkan pada beliau kalau aku cucu yang baik hati dan bisa diandalkan. Nanti beliau juga menyadari bahwa ada cucu laki - lakinya yang tulus menyayanginya. Tanpa pamrih. Harus jelas itu.
    Tetapi bagaimana beliau menyadari tentang usahaku kalau beliau sudah tiada? O..iya mungkin beliau di atas sana menyaksikan semua niat baikku ini. Semoga saja beliau tidak menyesal telah salah memilih cucu yang salah. Oleh karena itu aku akan mengirimi beliau doa - doa dan Al fatehah, biar beliau tenang di sana. Mungkin sekarang beliau menitikan airmata atas semua baktiku ini. Semoga saja ini meringankan siksa kuburnya dan dimaafkan segala kesalahannya.
    Aku tau sendiri nenekku tidak pernah sholat, apalagi puasa. Eit...untuk puasa nenekku rajin sekali tetapi ya itu...puasanya aneh. Puasa mutih misalnya, beliau tidak akan makan yang berwarna putih - putih seperti nasi, pake garam, air putih dan lain - lain. Kebayang engga sih makan tanpa ada garam dilauk kita? Puasa apalagi ya? O..iya puasa nebtu, yaitu puasa hari lahirnya beliau jadi pas hari kelahiran beliau puasa. Tuh...aneh bukan. Ya...itulah nenekku dengan sedikit kelebihan dan banyak kekurangan, apalagi agama nol besar. Dan kuyakin beliau penganut kejawen. Apa iti kejawen? Kejawen adalah sebuah tradisi yang ada di lingkungan Jawa, biasanya masih terpengaruh animisme dan dinamisme. Apa itu? Silahkan cari saja di google karena tulisan ini bukan soal tanya jawab. Tulisan ini tentang kisah sedih di tanggal 27 Mei, 10 tahun yang lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar yang membangun sangat berguna tidak hanya bisa mencaci tetapi berikan juga solusi