Rabu, 05 Desember 2018

MEMBAHAGIAKAN IBU

     Setelah ada kepastian kapan akan dilaksanakan penghargaan lomba konten kanal Paud, aku segera kontak orangtua, khususnya ibu. Sebab tinggal ibulah satu satunya orangtua kandungku.
  Saatnyalah aku membahagiakan beliau. Uang yang kudapatkan dari lomba ini akan kugunakan untuk menyenang-nyenangkan hati keluarga dan orangtua.
      Maka berangkatlah kami berenam ke Bandung, dimana tempat itulah diselenggarakan pemberian penghargaan itu. Aku pun memesan enam tiket. Aku, istri, kedua anak, ibu kandung dan ibu mertua. Kereta yang kupilih pun, kelas bisnis. Bukan apa apa, takut saja kalau ekonomi, mana gerbong yang ampek, sempit dan mungkin bau. Itulah yang biasanya terlintas bila memilih gerbong kelas ekonomi.
Menunggu Kereta di Stasiun Tugu

   Harga yang cukup mahal untuk enam orang di kelas bisnis tidak menjadi soal. Termasuk kalau semua hadiah lomba habis untuk perjalann ke barat ini. Tak mwngapa sebab kapan lagi aku bisa membahagian orangtua kalau tidak hari ini.
     Ya hari ini. Sebelum semua terlambat dan aku memyesal bila tidak melakukan apapunn untuk orangtuaku.
    Pukul 10 lebih kami mulai berangkst ke stasiun, sebab kereta akan berangkat pukul 12 lebih sedikit. Tidak apalah kami menunggu barang sebentar di stasiun. Itu lebih baik daripada mepet keberangkatan malah membuat kemrungsung dan tidak tenang di jalan. Apalagi kalau sampai telat maka bisa jadi tiket itu hangus. Duh, jadi sia-sia deh semua.
      Anak lakiku sudah tidur, maka mau tidak mau kubopong dan kutaruh di dalam mobol. Ibu juga sudah tidur, kucoba membangunkan. Setelah semua bekal dibawa dan komplit, kami berangkat. Sampai di stasiun waktu menunjukkan pukul 11.30,           Alhamdulillah tidak terlambat. Kami bisa agak tenang. Angin dingin mulai menusuk saat keluar mobil.
    Aku pun mulai mencetak tiket. Dengan modal kode bookinh aku mencetak 6 tiket di mesin cetak depan pintu masuk stasiun. Stasiun Tugu tampak sepi. Namun aku yakin di dalam kereta tetap ramai nantinya. Benar saja, lumayan ramai.
 
Bersama Keluarga, Ibu dan Ibu Mertua 

    Meskipun ramai kalau bisnis tetap saja kita dapat tempat duduk. Semoga.

Selasa, 04 Desember 2018

CARA MENYELAMI HATI PIMPINAN

    Untuk menyelami seorang pimpinan itu perlu ilmu khusus. Perlu trik khusus. Tidak bisa kita grusa grusu sebab nanti hasilnya tidak seperti yang kita harapkan.

Misalnya kita mau izin atau perlu keluar sekolah, kita perlu lihat kesibukan pimpinan.

    Termasuk, apakah raut muka pimpinan sedang gembira. Sedang sedih. Atau apakah pimpinan sedang sibuk? Juga apakah pimpinan baru PMS atau tidak. Itu penting sebab salah membaca suasana, hasilnya bisa kecewa. Siang ini aku mau menghadap pimpinan untuk minta izin menghadiri acara resmi pemerintah. Tingkat nasional lho. 
     Kulihat Bu Kepsek sedang duduk di ruang guru. Ah, kesempatan ini, batinku. Kebetulan acara hari ini ada pelatihan pengisian E-Raport. Jadi semua sibuk dengan kegiatan masing masing. Suasana yang kondusif.
     Segera aku cepat cepat nge-print surat tugas yang mesti ditanda-tangani pimpinan.
Yups, satu lembar surat tugas telah tercetak, saatnya menghadap. Keadaan sepi guru guru sudah pergi ke ruang komputer untuk pelatihan.
     "Maaf, bu. Mohon menghadap," ucapku hati -hati.
     "Ada apa, Dik?"
     "Ini bu, saya mau izin besok hari Kamis dan Jumat."
     "Ada apa?" selidik Bu Kepsek.
    "Ini bu, saya dapat penghargaan di Bandung," ucapku sambil menyodorkan lembar undangan dari Dirjend PAUD.
Beliau tampak mencermati surat itu dan mungkin bingung.
    "Jadi gini bu, buku PAUD saya juara lima Lomba Konten Kanal PAUD."
    "Oya ya," jawab beliau setelah sedikit paham.
    Dalam hati aku berharap, " Selamat ya Dik. Panjenengan telah membawa harum sekolah kita. Terus maju dan berprestasi ya?" 
    Itu tak terucap. Sungguh, tidak perlulah diberi uang saku atau apa. Sekadar ucapan selamat saja sih.  (ternyata itu pun harapan berlebihan  )
    Dalam kondisi yang sudah terbuka hatinya, segera kusodorkan surat tugas yang baru kuprint tadi agar ditanda-tangani. Sebab panitia lomba hanya membutuhkan surat tugas dari pimpinan langsung. Kalau biasanya kan yang tanda tangan pejabat eselon 2 atau kepala dinas. Juga perlu SPPD. Tetapi kalau lomba paud sangat longgar. Bahkan yang tidak kerja di instansi, tidak perlu bawa surat tugas.
    Tidak perlu juga bawa surat keterangan dari pak dukuh atau lurah. Cukup bawa tiket untuk dapat gantinya.
   "Terus buku 1 ( kumpulan silabus semua guru) dan buku 2 (kumpulan RPP semua guru) tahun lalu sudah ada tho Dik? Sebab kita mau akreditasi tahun depan" ucap bu kepsek mengalihkan pembicaraan.
   "Waduh, susah bu meminta teman teman untuk mengumpulkan silabus dan RPP?"
   "Tapi tetap dimintai lho?
   " Iya, Bu."
   "Terus nanti ikut membimbing pelatihan E-Rapot lho, Dik."
Dalam hati, "Kan orang yang jadi narsum sudah ditunjuk yaitu guru TIK, kok aku jadi ikut ikutan, tapi okelah. Yang penting besok Kamis pergi lagi. Terimakasih Bu Kepsek."

Kamis, 29 November 2018

PENSIUN PASTI TERJADI

    Pagi ini ada peristiwa yang tidak biasa, yaitu adanya dua rekan guru yang pensiun. Guru-guru yang sudah mengajar selama puluhan tahun di sekolah ini. Pasti mengalami masa yang disebut pensiun. Menurut aturan pemerintah setiap ASN (Aparatur Sipil Negara) mau tidak mau harus pensiun sebagai tanda berakhirnya mengabdi kepada negara di instansi sekolah.

Hj. Sri Widyastini Berpamitan
      Hari ini, rekan guru Hj. Sri Widyastini ini luar biasa sekali. Beliau sudah mengajar selama 40 tahun. Meskipun mengajar di SD terlebih dahulu, kemudian baru mengajar di SMP 2 Bambanglipuro. Beberapa waktu yang lalu rekan guru yang lain juga telah pensiun. Pensiun memang tidak bisa ditolak. Pensiun pasti terjadi. Bahkan ada beberapa orang guru atau ASN yang mengajukan pensiun dini. Tentu dengan keinginan dan kepentingan masing masing. 
      Kalau aku sendiri sih, ingin menuntaskan seluruh waktu mengabdi di dunia pendidikan. Inshaalloh tidak ada keinginan untuk pensiun dini. Mungkn ini dunia saya. mungkin ini passion saya dan mungkin pula ini ladang saya dalam mencari pahala. Sebab dengan mengajar yang baik dan melakukan tugas kedinasan dengan baik, maka di situlah pahala akan terus mengajlir. Inshaalloh. Ingin rasanya memberikan pelayanan prima.
Teman-teman menyalami guru yang pensiun
Pensiun pasti tejadi sehingga bila ingin mendapatkan pahala yang banyak, maka sisa waktu yang ada perlu dimanfaatkan untuk berbuat yang terbaik. So, seberapa baik kamu akan mengakhiri masa kerjamu. Berikan yang terbaik untuk sisa kerja yang ada.
    Tentu kita tidak ingin, orang-orang mengenang kita sebagai pegawai atau guru yang malas. Guru kurang kurang disiplin dan mengacuhkan siswa. Bukankah secara langsung maupun tidak langsung siswa kita belajar. Entah kita katakan atau tidak. Bahkan ada seorang teman yang bilang bahwa siswa tetap belajar saat kita ada di kelas atau tidak. Saat kita tidak mengajar pun siswa sebenarnya juga belajar. Namun yaitu tadi siswa kita belajar tentang hal yang baik atau tidak. Oleh karena itu perlu kita beri contoh hal yang baik. Selamat pensiun teman-teman yang mesti pensiun tahun ini. Semoga aku pensiun dengan baik dan bermanfaat saat melaksanakan pengabdian. Aamiin. 

LOKAKARYA PENERJEMAHAN CERITA ANAK (1)

   Hari pertama lokakarya penerjemahan buku cerita anak dimulai agak molor. Menurut agenda dalam acara akan dimulai pukul 8 pagi. Namun ini sudah hampir setengah sembilan namun belum ada tanda tanda akan dimulai. Badan terasa gerah sebab belum mandi juga. bagaimana bisa mandi coba, tiba di tempat acara sudah hampir pukul 8.

Di Depan Stasiun Gubeng
Apalagi mandi di stasiun tidak diperbolehkan. terpaksa deh, berangkat badan masih bau apek, keringat masih lengket. ah, semua demi ilmu baru.

Kami memesan oplet yang sebenarnya kurang meyakinkan. wong sopirnya saja tidak tahu jalan jalan besar. Malah beberapa kali dia turun hanya sekadar untuk menanyakan jalan mana menuju Universitas Negeri Surabaya. Iki sebenarnya sopir opo tho? Dia sebenarnya sopir colt, kayaknya sering ngetem juga. Apalagi tato di tangannya menunjukkan dia bukan orang sembarangan. ya, paling tidak dia bukan sopir sembarangan.

Menyusuri Jalanan Surabaya
Namun untuk masalah jalan dia tampak ekbingunan malah salah satu teman kami menawarkan google map, dia juga malah tidak paham. Dia lebih suka bertanya langsung kepada orang setempat. Wah, komunikasi yang klasik. dan parahnya setelah diberitahu dan ebrtanya kepada masyarakat setempat, dia masih nyasar juga. Duh, iki sopir opo tho?

Setelah beberaap kali belok dan terkena macet, serta putar balik tidak tentu arah, akhirnya sampai juga di rekotrat universitas negeri Surabaya. Gedung yang megah itu sangat timpang dengan kondisi kami yang kucel. Kecualai salah seorang teman yang sudah sempat mandi bersih di stasiun gubeng. Ah, betapa beruntungnya dia yang sempat mandi dan danadan necis. Apakah itu ada pengaruhnya terhadap respon ornang lain?

Tentu ada. nyatanya saat dia tanya ke salah seorang petugas atau pegawai unnes langsung ditunjukkan jalan dan diantar. namun saat melihat kami, dia langsung tanya, " Kalau Anda mau ke mana ya?" Begitu tanyanya tanpa dosa. padahal ya kami satu rombongan dengan teman kami yang duluan itu. Duh, piye tho iki. setelah kami mengaku satu rombongan dia mulai mempersilakan. hum ini benar-benar deskriminatif terhadap orang yang sudah mandi dan belum.
Berputar-putar Tak Tentu Arah

Saat registrasi, badan semakin tidak karuan. lengket dan tidak pede. Ada toilet di ujung. rencana mau mandi di sana setelah daftar ulang. Daftar ulang pun selesai. aku membawa tas masuk ke dalam toilet namun setelah meilhat kondisi toilet, in tidak mungkin untuk mandi. Toiletnya terlalu sempit dan ada lubang angin di bawah. Jadi nanti kalau kami mandi tentu air akan terpercik ke luar. Belum letak tempat daftar ulang dan toilet begitu dekat. Nanti kalau kami mandi pasti kedengaran penjagan tempat daftar ulang.

Ah, bisa ditegur lagi kami nanti. Malu kan? Akhirnya kuurungkan niat mandi pagi itu. Aku hanya membasuh muka beberapa kali. Hum cukup segar juga.