Selasa, 18 Maret 2014

PENDIDIKAN ANAK DALAM TIGA ASPEK DI TIGA LINGKUNGAN



Pendidikan merupakan kebutuhan primer setiap manusia yang harus dipenuhi. Sebab tanpa pendidikan maka orang tidak akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Oleh karena itu, menjadi perhatian semua orang bahwa pendidikan perlu dipikirkan dan dijalankan sebaik mungkin. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional,  pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana  belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif  mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual  keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta  ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Marimba (2004:20) menambahkan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Tujuan yang sangat komprehensif dan mulia tersebut harus diupayakan supaya terwujud oleh setiap orang, khususnya para orang tua yang mempunyai anak. Karena orang tuanyalah yang dituntut mampu dan bertanggung jawab terhadap kondisi anaknya. Walaupun pada fitrahnya setiap manusia adalah suci dan bersih seperti kertas putih maka orang tuanyalah yang akan mengisinya dengan memberi dan memilihkan pendidikan yang baik agar anak menjadi anak yang sholeh atau sholikah. Di sebutkan dalam hadist bahwa:
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ یُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ یُھَوِّ دَانِھِ وَیُنَصِّ رَانِھِ أَوْ یُمَجِّ سَانِھِ
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih. Kedua orang tualah yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (H.R. Muuttafaqun ‘Alaihdari Abu Hurairah r.a.).
Begitu pentingnya pendidikan menyebabkan orang tua harus berhati – hati dalam mendidik dan memilihkan pendidikan.
Dengan pendidikan yang baik dan tepat maka akan diperoleh output/hasil yang baik dan memuaskan serta menjadi bekal hidup di dunia dan akhirat. Pendidikan tidak hanya membuat anak pandai (pikiran), tetapi pendidikan juga membuat anak berkembang budi pekerti dan jasmani. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan K.H. Dewantara bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (pancaindera serta keterampilan-keterampilan). Lalu bagaiman pendidikan menurut pandangan Islam? Pendidikan dalam pandangan Islam meliputi tiga aspek yang tidak dapat dipilah-pilah yaitu pendidikan ruh (tarbiyah ruhiyah), pendidikan intelektualitas (tarbiyah 'aqliyah), dan pendidikan jasad (tarbiyah jasadiyah),
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan seorang anak harus komprehensif dan bertanggung jawab. Komprehensif artinya bahwa pendidikan harus meningkatkan 3 aspek yang dimiliki anak yaitu budi pekerti atau ruh, pikiran atau inteletualitas dan jasmani atau jasad. Sedangkan bertanggung jawab artinya bahwa orang tualah yang harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dari mulai dalam kandungan sampai dewasa atau menikah. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak sesuai dengan firman Allah dalam Surat at Tahrim (66) : 6,
یَاأَیُّھَا الَّذِینَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَھْلِیكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. At-Tahrim/ 66: 6). Berdasarkan firman tersebut, maka sebagai orang tua wajib menjaga keluarga dari api neraka melalui pendidikan yang baik dan islami agar anaknya bertaqwa dan beriman. Pendidikan yang penulis maksud tidak terbatas kepada pendidikan secara formal seperti di sekolah atau lembaga pendidikan tetapi lebih jauh lagi bahwa pendidikan bisa diperoleh dimana saja dan kapan saja. Dengan asumsi bahwa pendidikan yang diperoleh dapat meningkatkan dan merubah seseorang dari tidak tau menjadi tau, dari tidak baik menjadi baik dan dari tidak taqwa menjadi taqwa.
Pendidikan secara formal berarti sebuah lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan seperti lembaga sekolah. Sedangkan pendidikan non-formal meliputi: keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, idealnya sebagai orang tua melakukan pendidikan di tiga lingkungan pendidikan tersebut dengan mengembangkan dan meningkatkan 3 aspek kompetensi yaitu : aspek budi pekerti/ruh/ranah afektif, aspek intelektualitas/ranah kognitif dan aspek jasad/ranah psikomotorik.
1.   Pendidikan di lingkungan keluarga
Pendidikan fundamental berada di dalam lingkungan keluarga, maka berikan pendidikan yang berkualitas terhadap anak kita. Pendidikan yang berkualitas dapat diberikan dan dikondisikan dengan membiasakan anak melakukan hal – hal yang baik menurut agama Islam sehingga ke-3 aspek dapat berkembang dengan maksimal :
a.    Aspek budi pekerti atau ruh (tarbiyah ruhiyah)
Di lingkungan keluarga, ada banyak kesempatan untuk mengembangkan aspek afektif, budi pekertai atau ruh seperti:
1)      membiasakan anak untuk mematikan televisi menjelang magrib karena pada jam – jam tersebut kita harus bersiap – siap untuk menunaikan sholat magrhib.
2)      Membiasakan anak untuk mengambil, memberi, makan dan minum dengan tangan kanan. Jika makan dengantangan kiri, diperingatkan dan dipindahkan makanannya ke tangan kanannya secara halus. Dibiasakan membaca Bismillah ketika hendak makan.
3)      Membiasakan anak untuk mendahulukan bagian kanan dalam berpakaian. Ketika mengenakan kain, baju, atau lainnya memulai dari kanan; dan ketika melepas pakaiannya memulai dari kiri.
4)      Membiasakan anak untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengulanginya berkali-kali setiap hari serta membaca "Alhamdulillah" jika bersin. Kemudian menahan mulut dan menutupnya jika menguap, dan jangan sampai bersuara.
5)      Membiasakan anak untuk berterima kasih jika mendapat suatu kebaikan, sekalipun hanya sedikit.
6)      Mengucapkan salam dengan sopan kepada orang yang dijumpainya dengan mengatakan"Assalamu ’Alaikum" serta membalas salam orang yang mengucapkannya dan lain – lain. Masih banyak contoh perbuatan – perbuatan baik dan islami yang dapat kita berikan dan biasakan kepada anak kita agar kebiasaan atau kegiatan baik itu akhirnya tidak menjadi beban dan dilakukan secara otomatis.
b.   Aspek intelektualitas (tarbiyah 'aqliyah)
Aspek intelektualitas sering juga kita sebut sebagai ranah kognitif dan di dalam lingkungan keluarga, aspek intelektualitas dapat kita kembangkan dengan cara :
1)      Sebagai orang tua, kita bisa ikut mendampingi anak kita waktu belajar atau kalau bisa kita dapat mengajari anak kita tentang materi pelajaran.
2)      Bisa juga sekali-kali memberikan hadiah yang disenangi berupa makanan, mainan atau diajak jalan-jalan. Tetapi diusahakan agar tidak memberikan mainan berbentuk hewan atau manusia.
3)      Membiasakan anak untuk mengambil makanan yang terdekat dan tidak memulai makan sebelum orang lain makan.
4)      Membiasakan anak untuk memakai pakaian yang menutup aurat agar tumbuh kesadaran untuk menutup aurat dan malu membukanya.
5)      mengajak sholat berjamaah baik di rumah maupun di masjid
6)      membiasakan mengaji sebelum belajar selama lebih kurang 15 – 30 menit perhari.
7)      membiasakan anak untuk belajar 2 – 3 jam sehari, entah itu ada ulangan atau tidak termasuk apakah itu hari libur atau tidak. Pengembangan kemampuan intelektualitas di lingkungan keluarga juga masih banyak jumlahnya, kita sebagai orang tua juga terus dan tetap memberikan kebiasaan – kebiasaan baik selama tidak melenceng dari akidah islam dan sesuai dengan tuntunan nabi Muhammad S.A.W.
c.    Aspek jasad (tarbiyah jasadiyah)
Aspek jasad atau ranah psikomotorik ini berhubungan langsung dengan tubuh atau kesehatan badan. Jadi hal yang dapat kita lakukan adalah :
1)      membiasakan anak makan dengan pelan – pelan, tidak tergesa-gesa dan supaya mengunyah makanan dengan baik. Sehingga terjadi percernaan dan tidak menyebabkan sakit perut atau tersedak
2)      membiasakan untuk menjaga kebersihan mulut dengan menggosok gigi menggunakan siwak atau sikat gigi setelah makan, sebelum tidur, dan sehabis bangun tidur.
3)      Membiasakan anak untuk tidur dengan miring ke kanan dan tidak tertelungkup sehingga sirkulasi pernafasan anak tidak terganggu
4)      Membiasakan anak untuk tidak menghisap jari atau menggigit kukunya agar terpelihara kesehatan gigi, kuku dan tidak sakit perut
5)      Membiasakan makan dan minum yang sederhana dan menjauhkan dari sikap rakus karena makanan dan minuman yang mewah atau enak cenderung mengandung kolesterol dan tidak menyehatkan
6)      Membiasakan anak untuk melakukan olah raga pada hari – hari libur atau pagi hari agar terjaga stamina dan kesehatan. Karena ditubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
2.   Pendidikan di  lingkungan sekolah
Pendidikan anak di lingkungan sekolah mungkin hanya berlangsung sekitar 6 – 8 jam perhari. Walaupun hanya berlangsung tidak terlalu lama, namun pendidikan di lingkup sekolah juga sangat penting dalam pembentukan pribadi anak yang islami dan kaffah. Karena pendidikan di lingkungan sekolah juga mengembangkan 3 aspek atau yang lebih kita kenal dengan 3 ranah yaitu ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Oleh sebab itu, orang tua perlu cermat dan selektif dalam menyekolahkan anaknya agar pendidikan islami dapat diberikan kepada anak di sekolah.
a.    Aspek budi pekerti atau ruh (tarbiyah ruhiyah)
menyekolahkan anak di sekolah yang mengajarkan agama islam lebih banyak dari pada sekolah umum. Sekolah seperti ini biasanya ada di sekolah – sekolah islam terpadu. Dalam Surat Al An’am ayat 82, Allah SWT dengan tegas berfirman bahwasannya orang yang beriman dengan aqidah yang benar akan dipastikan aman dan pasti mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Pendidikan di lingkungan sekolah islam pasti mengajarkan pelajaran - pelajaran seperti tahfidz, tahsin dan lain – lain.
b.    Aspek intelektualitas (tarbiyah 'aqliyah)
Albert Einstein mengatakan bahwa ilmu pengetahuan tanpa agama seperti orang buta. Lebih jauh lagi dasar pendidikan agama telah ditentukan Allah dalam Surat an-Nahl (16) :125 yang berbunyi,
ادْعُ إِلَى سَبِیلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik” (QS.An-Nahl/ 16: 125. Pendidikan setiap individu dalam agama islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu:menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah S.W.T. Maka memilihkan sekolah yang memiliki keunggulan dalam hal kecerdasan yang berlandaskan keislaman menjadi suatu keharusan bagi orang tua.
c.    Aspek jasad (tarbiyah jasadiyah)
Di dalam lembaga sekolah pasti selalu ada yang namanya peningkatan aspek psikomotorik yang berhubungan dengan gerak badan seperti olah raga, pramuka (hizbul wathon) dan outbond. Jika hal tersebut ada maka kita tidak perlu khawatir tentang kesehatan dan jasmani anak kita sebab di lingkungan keluarga di lakukan dan di lingkungan sekolah juga dilakukan secara rutin.
3.   Pendidikan di lingkungan masyarakat
Pendidikan di lingkungan masyarakat perlu mendapat perhatian yang lebih karena pergaulan anak di lingkungan masyarakat lebih heterogen. Sehingga efek dan pengaruh pergaulan tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda setiap individu. Karena ada anak yang di lingkungan keluarga atau rumah tangga baik, ternyata di lingkungan masyarakat kurang baik. Seperti pepatah mengatakan bahwa bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi dan bergaul dengan pandai besi maka akan terpercik api. Oleh karena itu orang tua harus terus memantau perkembangan dan pergaulan anak di lingkungan masyarakat. Ada beberapa kegiatan positif yang dapat diikuti oleh anak untuk mengembangkan aspek budi pekerti, intelektualitas dan aspek jasad di lingkungan masyarakat seperti:
a.       Aspek budi pekerti atau ruh (tarbiyah ruhiyah)
1)   Menyarankan anak untuk menjadi takmir masjid dan mengikuti kegiatan – kegiatan yang ada di masjid seperti tadarus Al-qur’an, mengurusi masjid, mengurusi zakat atau infak dan lain - lain
2)   Menyarankan anak untuk masuk pondok pesantren
3)   Mengingatkan anak di perjalanan dengan hafalannya atau distelkan tadarus Al-qur’an agar hafalannya selalu terjaga. Abu Dawud dari Mu’adz bin Anas bahwa Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda: "Barang siapa membaca Al-quran dan mengamalkan kandungan isinya, niscaya Allah pada hari kiamat mengenakan kepada kedua orang tuanya sebuah mahkota yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Maka apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkan hal ini".
4)   Menginatkan anak agar kalau berjalan jangan mendahului kedua orangtua atau siapa yang lebih tua darinya.
5)   Mengajak anak untuk sholat berjamaah, baik di masjid maupun di rumah
b.      Aspek intelektuaitas (tarbiyah ‘aqliyah)
Untuk peningkatan aspek intelektualitas yang dapat dilakukan di lingkungan masyarakat antara lain :
1)      Mengikuti anak untuk les atau bimbingan belajar yang ada
2)      Menyarankan untuk belajar kelompok bersama teman - temannya
3)      Menyarankan untuk bertanya kepada orang yang lebih mengetahui atau mendatangkan guru privat untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak.
c.       Aspek jasad (tarbiyah jasadiyah)
1)      Mengajak atau menyarankan untuk ikut kerja bakti yang ada
2)      Mengikutkan dalam les yang berkaitan dengan olah tubuh seperti bulu tangkis, renang, karate dan lain - lain
3)      Menyarankan untuk mengikuti lomba yang diadakan masyarakat seperti lomba 17 agustusan
4)      Mengikuti senam pagi jika ada di masyarakat


REFERENSI

Marimba, Ahmad D. (2004), Pengantar Filsapat Pendidikan Islam cet ke-1. Bandung, PT.Al-Ma'arif
Ramayulis (2004),  Ilmu Pendidikan Islam cet ke-4. Jakarta; Kalam Mulia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar yang membangun sangat berguna tidak hanya bisa mencaci tetapi berikan juga solusi