Pendidikan merupakan kebutuhan
primer setiap manusia yang harus dipenuhi. Sebab tanpa pendidikan maka orang
tidak akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Oleh karena itu, menjadi
perhatian semua orang bahwa pendidikan perlu dipikirkan dan dijalankan sebaik
mungkin. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem
pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. Marimba (2004:20) menambahkan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Tujuan yang
sangat komprehensif dan mulia tersebut harus diupayakan supaya terwujud oleh
setiap orang, khususnya para orang tua yang mempunyai anak. Karena orang
tuanyalah yang dituntut mampu dan bertanggung jawab terhadap kondisi anaknya. Walaupun
pada fitrahnya setiap manusia adalah suci dan bersih seperti kertas putih maka
orang tuanyalah yang akan mengisinya dengan memberi dan memilihkan pendidikan
yang baik agar anak menjadi anak yang sholeh atau sholikah. Di sebutkan dalam
hadist bahwa:
مَا مِنْ
مَوْلُودٍ إِلاَّ یُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ یُھَوِّ دَانِھِ
وَیُنَصِّ رَانِھِ أَوْ یُمَجِّ سَانِھِ
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih.
Kedua orang tualah yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
(H.R. Muuttafaqun ‘Alaihdari Abu Hurairah r.a.).
Begitu pentingnya pendidikan menyebabkan orang tua
harus berhati – hati dalam mendidik dan memilihkan pendidikan.
Dengan pendidikan yang baik dan
tepat maka akan diperoleh output/hasil yang baik dan memuaskan serta menjadi
bekal hidup di dunia dan akhirat. Pendidikan tidak hanya membuat anak pandai
(pikiran), tetapi pendidikan juga membuat anak berkembang budi pekerti dan
jasmani. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan K.H. Dewantara
bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti
(kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa pendidikan
adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan
jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa,
cipta, dan budi nurani) dan jasmani (pancaindera serta
keterampilan-keterampilan). Lalu bagaiman pendidikan menurut pandangan Islam? Pendidikan
dalam pandangan Islam meliputi tiga aspek yang tidak dapat dipilah-pilah yaitu
pendidikan ruh (tarbiyah ruhiyah), pendidikan intelektualitas (tarbiyah
'aqliyah), dan pendidikan jasad (tarbiyah jasadiyah),
Berdasarkan pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan seorang anak harus komprehensif dan
bertanggung jawab. Komprehensif artinya bahwa pendidikan harus meningkatkan 3
aspek yang dimiliki anak yaitu budi pekerti atau ruh, pikiran atau inteletualitas
dan jasmani atau jasad. Sedangkan bertanggung jawab artinya bahwa orang tualah
yang harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dari mulai dalam
kandungan sampai dewasa atau menikah. Tanggung jawab orang tua terhadap
pendidikan anak sesuai dengan firman Allah dalam Surat at Tahrim (66) : 6,
یَاأَیُّھَا
الَّذِینَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَھْلِیكُمْ نَارًا
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS.
At-Tahrim/ 66: 6). Berdasarkan firman tersebut, maka sebagai orang tua wajib
menjaga keluarga dari api neraka melalui pendidikan yang baik dan islami agar
anaknya bertaqwa dan beriman. Pendidikan yang penulis maksud tidak terbatas
kepada pendidikan secara formal seperti di sekolah atau lembaga pendidikan
tetapi lebih jauh lagi bahwa pendidikan bisa diperoleh dimana saja dan kapan
saja. Dengan asumsi bahwa pendidikan yang diperoleh dapat meningkatkan dan
merubah seseorang dari tidak tau menjadi tau, dari tidak baik menjadi baik dan
dari tidak taqwa menjadi taqwa.
Pendidikan
secara formal berarti sebuah lembaga yang bertanggung jawab menetapkan
cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan seperti
lembaga sekolah. Sedangkan pendidikan non-formal meliputi: keluarga dan masyarakat.
Oleh karena itu, idealnya sebagai orang tua melakukan
pendidikan di tiga lingkungan pendidikan tersebut dengan mengembangkan dan
meningkatkan 3 aspek kompetensi yaitu : aspek budi pekerti/ruh/ranah afektif,
aspek intelektualitas/ranah kognitif dan aspek jasad/ranah psikomotorik.
1. Pendidikan
di lingkungan keluarga
Pendidikan fundamental berada di
dalam lingkungan keluarga,
maka berikan pendidikan yang berkualitas terhadap anak kita. Pendidikan yang
berkualitas dapat diberikan dan dikondisikan dengan membiasakan anak melakukan
hal – hal yang baik menurut agama Islam sehingga ke-3 aspek dapat berkembang
dengan maksimal :
a. Aspek
budi pekerti atau ruh (tarbiyah ruhiyah)
Di
lingkungan keluarga, ada banyak kesempatan untuk
mengembangkan aspek afektif, budi pekertai atau ruh seperti:
1) membiasakan
anak untuk mematikan televisi menjelang magrib karena pada jam – jam tersebut
kita harus bersiap – siap untuk menunaikan sholat magrhib.
2) Membiasakan
anak untuk mengambil, memberi, makan dan minum dengan tangan kanan. Jika makan
dengantangan kiri, diperingatkan dan dipindahkan makanannya ke tangan kanannya
secara halus. Dibiasakan
membaca Bismillah ketika hendak makan.
3) Membiasakan
anak untuk mendahulukan bagian kanan dalam berpakaian. Ketika mengenakan kain,
baju, atau lainnya memulai dari kanan; dan ketika melepas pakaiannya memulai
dari kiri.
4) Membiasakan
anak untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengulanginya berkali-kali
setiap hari serta membaca "Alhamdulillah" jika bersin. Kemudian
menahan mulut dan menutupnya jika menguap, dan jangan sampai bersuara.
5) Membiasakan
anak untuk berterima kasih jika mendapat suatu kebaikan, sekalipun hanya
sedikit.
6) Mengucapkan
salam dengan sopan kepada orang yang dijumpainya dengan
mengatakan"Assalamu ’Alaikum" serta membalas salam orang yang
mengucapkannya dan lain – lain. Masih banyak contoh perbuatan – perbuatan baik
dan islami yang dapat kita berikan dan biasakan kepada anak kita agar kebiasaan
atau kegiatan baik itu akhirnya tidak menjadi beban dan dilakukan secara
otomatis.
b. Aspek
intelektualitas (tarbiyah 'aqliyah)
Aspek intelektualitas sering juga kita sebut sebagai ranah kognitif dan di
dalam lingkungan keluarga, aspek intelektualitas dapat kita kembangkan dengan cara :
1) Sebagai orang tua, kita bisa ikut mendampingi anak
kita waktu belajar atau kalau bisa kita dapat mengajari anak kita tentang
materi pelajaran.
2) Bisa
juga sekali-kali memberikan hadiah yang disenangi berupa makanan, mainan atau
diajak jalan-jalan. Tetapi diusahakan agar tidak memberikan mainan berbentuk
hewan atau manusia.
3) Membiasakan
anak untuk mengambil makanan yang terdekat dan tidak memulai makan sebelum
orang lain makan.
4) Membiasakan
anak untuk memakai pakaian yang menutup aurat agar tumbuh kesadaran untuk menutup
aurat dan malu membukanya.
5) mengajak
sholat berjamaah baik di rumah maupun di masjid
6) membiasakan
mengaji sebelum belajar selama lebih kurang 15 – 30 menit perhari.
7) membiasakan
anak untuk belajar 2 – 3 jam sehari, entah itu ada ulangan atau tidak termasuk
apakah itu hari libur atau tidak. Pengembangan kemampuan
intelektualitas di lingkungan keluarga juga masih banyak jumlahnya, kita
sebagai orang tua juga terus dan tetap memberikan kebiasaan – kebiasaan baik
selama tidak melenceng dari akidah islam dan sesuai dengan tuntunan nabi
Muhammad S.A.W.
c. Aspek jasad
(tarbiyah jasadiyah)
Aspek jasad atau ranah psikomotorik ini berhubungan langsung dengan tubuh atau kesehatan badan. Jadi hal yang dapat
kita lakukan adalah :
1) membiasakan
anak makan dengan pelan – pelan, tidak tergesa-gesa dan supaya mengunyah
makanan dengan baik. Sehingga terjadi percernaan dan tidak menyebabkan sakit
perut atau tersedak
2) membiasakan
untuk menjaga kebersihan mulut dengan menggosok gigi menggunakan siwak atau
sikat gigi setelah makan, sebelum tidur, dan sehabis bangun tidur.
3) Membiasakan
anak untuk tidur dengan miring ke kanan dan tidak tertelungkup sehingga
sirkulasi pernafasan anak tidak terganggu
4) Membiasakan
anak untuk tidak menghisap jari atau menggigit kukunya agar terpelihara
kesehatan gigi, kuku dan tidak sakit perut
5) Membiasakan
makan dan minum yang sederhana dan menjauhkan dari sikap rakus karena makanan
dan minuman yang mewah atau enak cenderung mengandung kolesterol dan tidak
menyehatkan
6) Membiasakan
anak untuk melakukan olah raga pada hari – hari libur atau pagi hari agar
terjaga stamina dan kesehatan. Karena ditubuh yang sehat terdapat jiwa yang
kuat.
2. Pendidikan
di lingkungan sekolah
Pendidikan anak
di lingkungan sekolah mungkin hanya berlangsung sekitar 6 – 8 jam perhari. Walaupun hanya berlangsung tidak
terlalu lama, namun pendidikan
di lingkup sekolah juga sangat
penting dalam pembentukan pribadi anak yang islami dan kaffah. Karena
pendidikan di lingkungan
sekolah juga mengembangkan 3 aspek atau yang lebih kita kenal dengan 3 ranah yaitu
ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Oleh sebab itu, orang
tua perlu cermat dan selektif dalam menyekolahkan anaknya agar pendidikan
islami dapat diberikan kepada anak di sekolah.
a. Aspek
budi pekerti atau ruh (tarbiyah ruhiyah)
menyekolahkan
anak di sekolah yang mengajarkan agama islam lebih banyak dari pada sekolah
umum. Sekolah seperti ini biasanya ada di sekolah – sekolah islam terpadu. Dalam Surat
Al An’am ayat 82, Allah SWT dengan tegas berfirman bahwasannya orang yang
beriman dengan aqidah yang benar akan dipastikan aman dan pasti mendapatkan
petunjuk dari Allah SWT. Pendidikan di lingkungan sekolah islam pasti
mengajarkan pelajaran - pelajaran seperti tahfidz, tahsin
dan lain – lain.
b. Aspek
intelektualitas (tarbiyah 'aqliyah)
Albert
Einstein mengatakan bahwa ilmu pengetahuan tanpa agama seperti orang buta. Lebih jauh lagi dasar pendidikan
agama telah ditentukan Allah dalam Surat an-Nahl (16) :125 yang berbunyi,
ادْعُ إِلَى سَبِیلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
“Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik” (QS.An-Nahl/ 16: 125.
Pendidikan setiap individu dalam agama islam mempunyai tujuan yang jelas dan
tertentu, yaitu:menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah S.W.T. Maka memilihkan sekolah yang memiliki keunggulan dalam hal kecerdasan
yang berlandaskan keislaman menjadi suatu keharusan bagi orang tua.
c. Aspek jasad (tarbiyah jasadiyah)
Di dalam lembaga sekolah pasti selalu ada yang namanya
peningkatan aspek psikomotorik yang berhubungan dengan gerak badan
seperti olah raga, pramuka (hizbul wathon) dan outbond.
Jika hal tersebut ada maka kita tidak perlu khawatir tentang kesehatan dan
jasmani anak kita sebab di lingkungan keluarga di lakukan dan di lingkungan
sekolah juga dilakukan secara rutin.
3.
Pendidikan
di lingkungan masyarakat
Pendidikan
di
lingkungan masyarakat perlu mendapat perhatian yang lebih karena pergaulan anak
di lingkungan masyarakat lebih heterogen. Sehingga efek dan pengaruh pergaulan
tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda setiap individu. Karena ada anak yang di lingkungan keluarga atau rumah
tangga baik, ternyata di lingkungan masyarakat kurang baik. Seperti
pepatah mengatakan bahwa bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi
dan bergaul dengan pandai besi maka akan terpercik api. Oleh karena itu orang tua harus terus memantau
perkembangan dan pergaulan anak di lingkungan masyarakat. Ada beberapa kegiatan
positif yang dapat diikuti oleh anak untuk mengembangkan aspek budi pekerti,
intelektualitas dan aspek jasad di lingkungan masyarakat seperti:
a.
Aspek
budi pekerti atau ruh (tarbiyah ruhiyah)
1)
Menyarankan anak untuk menjadi takmir masjid dan mengikuti kegiatan
– kegiatan yang ada di masjid seperti tadarus Al-qur’an, mengurusi masjid,
mengurusi zakat atau infak dan lain - lain
2)
Menyarankan anak untuk masuk pondok pesantren
3)
Mengingatkan anak di perjalanan dengan
hafalannya atau distelkan tadarus Al-qur’an agar hafalannya selalu terjaga. Abu
Dawud dari Mu’adz bin Anas
bahwa Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda: "Barang
siapa membaca Al-quran dan mengamalkan kandungan isinya, niscaya Allah pada
hari kiamat mengenakan
kepada kedua orang tuanya sebuah mahkota yang cahayanya lebih indah daripada
cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Maka
apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkan hal ini".
4) Menginatkan
anak agar kalau berjalan jangan mendahului kedua orangtua atau siapa yang lebih
tua darinya.
5)
Mengajak anak untuk sholat berjamaah, baik di masjid maupun
di rumah
b.
Aspek
intelektuaitas (tarbiyah ‘aqliyah)
Untuk
peningkatan aspek intelektualitas yang dapat dilakukan di lingkungan masyarakat
antara lain :
1)
Mengikuti
anak untuk les atau bimbingan
belajar yang ada
2)
Menyarankan untuk belajar kelompok
bersama teman - temannya
3)
Menyarankan untuk bertanya kepada orang yang lebih mengetahui
atau mendatangkan guru privat untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak.
c.
Aspek
jasad (tarbiyah jasadiyah)
1)
Mengajak atau menyarankan untuk ikut kerja bakti yang ada
2)
Mengikutkan dalam les yang berkaitan
dengan olah tubuh seperti bulu tangkis, renang, karate dan lain - lain
3)
Menyarankan
untuk mengikuti lomba yang
diadakan masyarakat seperti lomba 17 agustusan
4)
Mengikuti
senam pagi jika ada di masyarakat
REFERENSI
Marimba,
Ahmad D. (2004), Pengantar Filsapat Pendidikan Islam cet ke-1. Bandung,
PT.Al-Ma'arif
Ramayulis
(2004), Ilmu Pendidikan Islam cet ke-4. Jakarta;
Kalam Mulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar yang membangun sangat berguna tidak hanya bisa mencaci tetapi berikan juga solusi